top of page

Tim Evaluator AWO Berkunjung Ke LSD dan Pemerintah Desa Dampingan ADBMI

Pagi ini, di kantor desa Wanasaba beberapa keluarga PMI dan Purna PMI di undang untuk bertemu dengan tim evaluator dari AWO Internasional. Bertemu dengan pak Sugeng Prianto dan Anita Ramsak. Mereka berdua di tugaskan hanya untuk mendengar cerita dari hasil program ADBMI sampai saat ini kerjasama dengan AWO Internasional.

adbmi.orgTidak ada tinta yang cukup untuk menulis begitu banyak cerita yang disampaikan oleh keluarga pekerja migran Indonesia maupun purna PMI. Setiap desa, bahkan setiap orang punya cerita tersendiri yang menjadi pelengkap dalam hidup. Menjadi bumbu – bumbu kehidupan.

Berlokasi di desa Wanasaba, desa yang bisa ditempuh sekitar satu jam dari kantor yayasan ADBMI Selong Lombok Timur. Salah satu desa dengan sumberdaya manusia yang berlimpah dan tentunya juga sumberdaya alamnya.

Tim Evaluator AWO Berkunjung Ke LSD dan Pemerintah Desa Dampingan ADBMI

Photo Istimewa: Tim Evaluator dan masyarakat keluarga pekerja migran Indonesia saat di desa Wanasaba.


Di aula, sudah ada beberapa keluarga PMI. Duduk berjejer, membentuk lingkaran yang tak sempurna. Lebih mirip persegi panjang. Di tengah – tengahnya ada meja sebagai tempat meletakkan peralatan dan kebutuhan. Ada laptop dan beberapa catatan. Ada pula jajan kotakan yang di sediakan oleh Lembaga Sosial Desa Wanasaba.

Setelah pendamping desa LSD Wanasaba membuka, tibalah saatnya pak Sugeng bercerita tentang kedatangannya ke Wanasaba. Ia tak banyak bicara memaparkan tujuannya. Ia hanya ingin memperkenalkan diri, tak lebih. Namun ia berharap semua yang di undang bisa berbicara lebih banyak ketika ada pertanyaan yang di berikan.

Sugeng Prianto sendiri merupakan orang Jawa tulen. Tepatnya di kabupaten Blitar. Namun sekarang ia tinggal di Malang Jawa Timur. Lombok sendiri tak asing baginya. Sejak tahun 1989 ia sudah mengarungi pulau seribu masjid ini. Kedatangannya kali ini dengan Anita Ramsak, perempuan Slovenia itu, untuk membantu Anita memahami bahasa Indonesia. Sugeng bertugas sebagai translator bagi Anita.

Tim Evaluator AWO Berkunjung Ke LSD dan Pemerintah Desa Dampingan ADBMI

Photo Istimewa : Sugeng Prianto dan Anita Ramsak Tim Evaluator AWO Internasional.


Sementara Anita Ramsak, ia bertugas memberikan pertanyaan yang kemudian diartikan ke bahasa Indonesia untuk mudah di pahami oleh lawan bicara. Anita bertugas mencatatkan dan memberikan hasil pelaporan yang ia dapatkan ke AWO Internasional sebagai partner kerjasama dari ADBMI sampai saat ini.

Di desa Wanasaba sendiri, ada Sukrianto salah satu kepala seksi di pemerintahan desa Wanasaba. Sukri tepatnya di posisi kasi pemerintahan.

Sukri menceritakan kepada Sugeng dan Anita pengalamannya saat menjadi pekerja migran ke Brunei Darussalam beberapa tahun lalu. Ia berangkat menjadi perantau setelah menamatkan kuliahnya. Bahkan setelah ia ia berumah tangga.

Tahun 2016, Sukri resmi menjadi perantau di Brunei Darussalam menjadi pelayan restoran.

Selama di sana, Sukri kerap mengeluh karena gaji yang tak sesuai dengan perjanjian. Ia hanya mendapatkan gaji sebesar 2 juta rupiah per bulan. Belum di potong dengan biaya – biaya yang lainnya.

Akhirnya, ia memutuskan untuk pulang setelah bekerja selama 1,5 tahun menjadi pelayan restoran.

Tim Evaluator AWO Berkunjung Ke LSD dan Pemerintah Desa Dampingan ADBMI

Photo Istimewa : Sukrianto kasi pembangunan pemerintah desa Wanasaba yang juga mantan PMI.


“Dari pada saya kabur, lebih baik saya langsung pulang ke kampung saya,” terangnya kepada tim evaluator.

Sementara, terang Sukri, Lembaga Sosial Desa di Wanasaba saat itu belum ada. Tidak ada tempat melaporkan permasalahan yang dialaminya. Bahkan PL pun belum tentu bisa menyelesaikan permasalah yang di dapatkan oleh PMI yang suda di berangkatkan.

Di depan tim evaluator dan keluarga PMI lainnya, Sukri memaparkan apa yang dilihat dan di rasakannya tentang keterlibatan LSD Wanasaba sampai saat ini dalam menangani kasus pekerja migran. Mereka selalu mengedukasi masyarakat untuk menjadi pekerja migran yang sesuai prosedur.

Sejak tahun 2019, terang Sukri, saya berada di sistem pemerintahan di desa Wanasaba. Sejak saat itu, saya melihat keterlibatan LSD yang tanpa pamrih membantu masalah masyarakat.

“Bahkan tak jarang, bukan hanya kasus PMI yang di tangani oleh LSD. Yang jelas ketika ada permasalah masyarakat yang di tau oleh LSD, mereka langsung berkoordinasi dengan pemerintah desa Wanasaba,” ucap Sukri kepada Sugeng yang kemudian di translate ke bahasa Inggris untuk mudah dipahami Anita.

Selain itu, Tim Evaluator juga berbincang dengan pemerintah desa Wanasaba membahas program – program yang dijalankan oleh LSD Wanasaba sampai saat ini.

Haji Misnun kepala desa Wanasaba sangat senang di kunjungi oleh tim evaluator dari AWO Internasional. Ini hanya sekali, sejak awal program di desa Wanasaba, Haji Misnun sudah terbiasa menjamu tamu yang datang dari luar negeri. Ada yang datang dari Filipina, Jerman dan saat ini dikunjungi tamu dari Slovenia.

Misnun menceritakan kehidupan sosial masyarakatnya yang notabenenya sebagai petani dan pedagang. Namun tak biasa kita pungkiri, itu semua tidak bisa menutup kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Hasil akhirnya adalah menjadi perantau.

Photo Istimewa : Di ruang kepala desa Wanasaba, tim evaluator berbincang dengan kades dan sekdes desa Wanasaba.


Data 2021 milik Lembaga Sosial Desa Wanasaba, ada sekitar 330 masyarakat desa Wanasaba yang mengadu nasib menjadi perantau. Ada yang ke Malaysia, Brunei Darussalam dan Timur Tengah. Ada juga yang ke Eropa, tapi tak banyak.

Lembaga Sosial Desa Wanasaba juga salah satu LSD yang menginisiasikan adanya peraturan di tataran desa terkait pelindungan pekerja migran beserta keluarga. Perdes perlindungan PMI ada sejak tahun 2019 sedangkan penganggarannya mulai diberikan desa sejak tahun 2020.

“Ini adalah sedikit fasilitas yang kami berikan, semoga di manfaatkan dengan baik terkait pelindungan masyarakat kita terutama yang bermigrasi,” terang Haji Misnun kepada AWO Internasional.

Di ruangan pribadinya yang sederhana itu, Haji Misnun menjamu tim evaluator bersama dengan sekertaris desa (sekdes) Wanasaba, Lalu Taufikurrahman.

0 tampilan0 komentar

Kommentare

Mit 0 von 5 Sternen bewertet.
Noch keine Ratings

Rating hinzufügen
bottom of page