top of page

TERLEPAS DARI COVID-19 TAKHAYUL? PEMERINTAH BELUM CUKUP OPTIMAL

Apakah Covid-19 itu hanya takhayul? Pertama-tama kita perlu tahu apa itu Covid-19. Covid-19 adalah sebuah virus yang menjelma menjadi pandemi yang sekarang ini merajalela di segala penjuru dunia khususnya di Indonesia. Pandemi Covid-19 bersumber dari media-media mainstream merupakan virus yang menyeramkan bahkan mematikan tetapi tidak ada sumber yang jelas yang memberikan informasi secara detail tentang bagaimana virus tersebut bekerja.

 

adbmi.orgBerangkat dari kerasahan tersebut, ADBMI Foundation mengadakan Talkshow yang bertajuk “BERSATU ATAU BABAK BELUR DIHAJAR TAKHAYUL COVID-19?”. Tema yang memang membawa aspirasi masyarakat dengan menyematkan kata “Takhayul” dalam tema tersebut.

Disiarkan secara Live Streaming melalui media sosial Facebook ADBMI Foundation setelah ba’da jum’at tepatnya pukul 14.00 – 18.00 WITA, bertempat di Queen Coffe PTC dengan menghadrikan narasumber-narasumber yang memang kompeten dibidang tersebut termasuk Pasien 01 NTB Kluster Jakarta.

Untuk mengkaji lebih jauh lagi tentang isu-isu yang terjadi ditengah masyarakat mengenai Covid-19 memang tidak bisa secara individual. Sangat diperlukan perspektif dari berbagai kalangan termasuk instansi pemerintah yang terkait di NTB khususnya Kab. Lombok Timur.

Hj. Yuyum Minwaroh, LC bersama H (Pasien 01 NTB Kluster Jakarta) bersama H. Kembun Arif, S.Kep (Kapus Pringgasela) di TALKSHOW – BERSATU ATAU BABAK BELUR DIHAJAR COVID-19?


Hj Yuyum Minwaroh LC, merupakan pasien 01 NTB Kluster Jakarta memberikan pernyataan dari sudut pandang korban Covid-19. Sepulangnya dari Jakarta, beliau segera memeriksakan diri ke dokter karena merasakan demam yang tak biasa.

Beliau menjelaskan “Saya demam, lemas, batuk, sendi-sendi sakit, saya khawatir. Dokter tidak yakin itu adalah Covid-19, yang pasti itu adalah virus”.

Dr Akmal selaku Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lombok Timur, menyanyangkan ada kata “Takhayul” yang seakan-akan menggiring opini tentang Covid-19. Virus ini memang penyakit lama, akan tetapi mulai mewabah.

“Ketika ada suatu penyakit atau pandemi, kerjasama lintas sektoral memang sangat diperlukan. Dengan adayanya pandemi ini tingkat kesiapan kita diuji, bahasa halusnya dikoreksi”, jelasnya.

Faktanya di lapangan masyarakat kita memang terpecah, terbagi menjadi dua kubu. Ada beberapa masyarakat yang percaya tentang keberadaanya Covid-19 dan ada yang tidak percaya. Terjadi dilema yang dalam di tengah masyarakat kita.

Dr H Hasbi Santoso (Dikes) menerangkan “Memang benar adanya perpecahan di masyarakat tetapi bagi kami dikesehatan Covid-19 ini benar adanya. Karena kami secara langsung berinteraksi, sudah ada alat yang mumpuni untuk mengecek keberadaanya”.

Rata-rata menilai pemerintah sudah bekerja secara optimal, tetap memberikan support dan tenaga medis tetap istiqomah dalam menjalankan tugasnya.

Medis ditingkat desa pun termasuk di dalamnya “Di puskesmas sudah ada tim yang dibentuk dan ditempatkan di semua desa yang ada di Kecamatan Pringgasela, tugasnya adalah memantau siapa saja yang mengalami gejala Covid-19 dan lainya” tambah H Kembun Arif SKep (Kepala Puskesmas Pringgasela).

"BERSATU ATAU BABAK BELUR DIHAJAR TAKHAYUL COVID-19?"

Narasumber yang hadir di TALKSHOW – BERSATU ATAU BABAK BELUR DIHAJAR COVID-19?


Jawaban terhadap keberadaan Covid-19 apakah “Takhayul” atau tidak sudah terjawab melalui narasumber yang memang bekerja dibidang kesehatan. Tetapi statement kinerja pemerintah sudah optimal kami rasa belum karena dibeberapa sektor seperti pendidikan dan bisnis benar-benar babak belur.

Dari segi pendidikan, Fauzan selaku Komite SDN 02 Lepak menuturkan “Pembelajaran melalui during saya rasa kurang efisien dan efektif jika dibandingkan dengan metode konvensional. Anak-anak kami lebih banyak menghabiskan waktu bermain dengan Gadget dengan alasan belajar, padahal kenyataannya waktu belajar mereka hanya sebentar selebihnya mereka menggunakan Gadget untuk bermain saja”.

Tidak hanya itu dengan diadakannya metode baru dalam pembelajaran ini membuat tidak sedikit siswa/i yang bosan sehingga mengakibatkan naiknya tingkat putus sekolah bahkan bisa berakhir dengan menikah usia dini. Tentu ini sangat menghawatirkan melihat genarasi muda yang saat ini.

Fakta tentang Covid-19 itu tidak mesti terlihat oleh mata, kita sangat rasakan. Dan fakta diberbagai sektor seperti di pertanian dan pendidik kita memang babak bebelur.

“Apapun persepsi yang dilakukan oleh, tetapi ini memang perubahan yang dialami oleh dunia. Pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan tentang belajar jarak jauh. Belajar tatap muka diperluas di daerah zona kuning, dan penyederhanaan kurikulum dengan merampingkan kompetensi dasar”, ungkap Usman M Pd (Kabid Pembinaan SMP Dikbud Lombok Timur).

Sisi lain, Hirsan sekretaris Desa Suela mencermati, ada suatu rencana yang sudah kita tentukan, namun terjadi alih fungsi dan bahkan mandek tidak sempat kita urus.

Ia menambahkan, untuk mengurangi tatap muka dimasa pandemi ini, kita menyiapkan sistem layanan terpadu (sipesidu), sehingga apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dari desa, bisa dipesan lewat sms melalui aplikasi.

Tidak hanya itu dibidang bisnis juga mengalami kerugian sangat signifikan. Muhnan SE (Ekonom ADBMI Foundation) menjelaskan “Mungkin disektor atas atau kedinasan tidak tahu jika petani-petani kita mengalami kesulitan yang teramat sangat. Harga 1 Kg tomat di pasaran saat ini hanya dihargai Rp 500 saja perkilo. Belum lagi imbas bagi sektor perbankan”.

Isu corona ini memang membuat ekonomi lumpuh. Daya beli masyarakat turun, beberapa perusahaan tutup dan karyawanya di PHK. Orang-orang yang di PHK mencari nafkah kemana? Hal ini salahsatu alasan bertambahnya angka calon PMI khususnya daerah Kab. Lombok Timur. Isu Covid-19 masih menggema tetapi tingkat migrasi meningkat.

0 tampilan0 komentar

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page