top of page

Sofian Tak Putus Asa, Walau Hidup Dengan Bantuan Tongkat

adbmi.org – Hidup dengan bantuan tongkat, Sofian (40), terlahir spesial. Hidup dengan bantuan tongkat di samping kiri tubuhnya. Setiap hari, setiap saat dalam kehidupannya tidak terlepas dari tongkat. Hampir 24 jam, tongkat selalu membersamainya.

Hidup dengan bantuan tongkat, Sofian tak pernah putus asa. Sofian menepis pandangan orang tentang dirinya dengan segala keterbatasannya. Keterbatasan yang dimiliki bukan berarti membuat ia terbata – bata dalam hidup. Meskipun tongkat adalah teman hidupnya, tapi ia tidak pernah mau dikasihani oleh tetangga dan masyarakat sekitarnya.Setiap hari, sejak pagi hingga sore hari ia bergelut dengan mesin, khususnya sepeda motor. Dari keahliannya tersebut, ia bisa menghidupi keluarganya. Terutama Istri dan buah hatinya.

Tongkat baginya adalah teman hidup yang memberikannya kemudahan dalam menjalani kehidupan ini. Mulai dari bekerja, beraktivitas dan bersilaturahim kepada sanak saudaranya.

Sejak kecil ia sudah di didik untuk tidak menerima belas kasihan tetangga. Hebatnya, meskipun hidup dengan bantuan tongkat, tapi ia bisa bekerja mencari nafkah bagi keluarganya.

Sofian merupakan warga desa Sengkol kecamatan Pujut kabupaten Lombok Tengah – NTB. Ia salah satu orang yang mengalami kelainan dalam tubuhnya. Kakinya yang sebelah kiri tidak tumbuh dengan normal.

Hidup Dengan Bantuan Tongkat, Sofian Tak Pernah Putus Asa

Photo Istimewa : Sofian saat duduk di berugak milik Bu Sefti.


Di berugak berukuran 2 x 2 meter milik buk Septi itu Sofian duduk dengan bersila. Di sampingnya ada tongkat berukuran 1,5 meter yang tetap membantunya ke sana kemari.

Di berugak yang terbuat dari bambu tersebut, Sofian duduk dengan beberapa orang penting yang kagum padanya. Salah satunya, Roma Hidayat ketua yayasan Advokasi Buruh Migran Indonesia.

Roma sampai datang dari Selong – Lombok Timur menuju Kuta Mandalika, Lombok Tengah hanya demi bertemu dengan Sofian. Ia sudah mendengar bagaimana kehidupan Sofian yang sangat luar biasa.

Pikirnya, jarang sekali ia melihat orang yang hidup dengan alat bantu, seperti Sofian ini bisa bertarung mengarungi kehidupan. Selain itu juga, yang paling Roma kagumi adalah kerja keras Sofian yang tidak mengharapkan empati dari orang lain.

Sejak awal pertemuan, Sofian banyak menceritakan pada Roma tentang kisah hidupnya sampai saat ini. Mulai dari urusan ekonomi sampai dengan asmara.

Sofian sendiri sudah menikah sebanyak tiga kali. Dari ketiga istrinya itu, ia di karuniai masing – masing satu orang anak. Pernikahannya yang ketiga, baru berjalan beberapa tahun. Ia menikah dengan salah satu warga kampungnya sendiri yang berasal dari desa Sengkol. Namanya Mianah dan baru di karuniai satu orang anak.

Lelaki tamatan sekolah dasar tersebut mengungkapkan, meskipun ia hidup dengan bantuan tongkat, “jika masalah asmara, jangan pernah ragukan saya,” cetusnya pada Roma sembari tersenyum.

Sofian juga menceritakan tentang Mianah, istrinya sendiri yang baru saja pulang dari rantauan. Mianah sendiri pernah merantau ke Arab Saudi sebelum mereka menjadi sepasang suami istri.

“Ia pulang tahun 2019, setelah itu pada tahun 2020 saya meminangnya untuk dijadikan sebagai istri,” cetus Sofian.

Sofian sendiri hanya lulusan sekolah dasar, namun kemahirannya memperbaiki sepeda motor itu ia dapati dari hasil bermainnya. Kebetulan, ia senang sekali dengan perbengkelan, akhirnya ia memutuskan untuk membuka bengkel di depan rumahnya.

Meskipun hidup dengan tongkat, Ia bahkan sejak usai belia sudah bisa mendapatkan uang. Akhirnya, di usianya yang ke 15 tahun ia memutuskan untuk menikah. Membangun rumah tangga, ia mulai sejak berusia 15 tahun ketika ia sudah bisa mendapatkan uang dari hasil bengkelnya sendiri.

“Pahit manis sudah saya rasakan dalam mengarungi bahtera rumah tangga sampai saya menikah untuk yang ketiga kalinya,” terang Sofian.

Sampai saat ini, ia hidup rukun bersama istrinya yang ketiga, Mianah.

Keluarga mereka merupakan salah satu penerima manfaat program konsorsium ADBMI dan LGBS bekerjasama dengan SIAP SIAGA. Program yang dicanangkan untuk menguatkan ekonomi Pasca pandemi covid 19.

Hidup Dengan Bantuan Tongkat, Sofian Tak Pernah Putus Asa

Photo Istimewa : Sofian saat mencoba memperbaiki sepeda motor.


*Membaca Peluang & Merencanakan Usaha*

Keluarga Sofian merupakan satu dari 300 keluarga penerima manfaat dari program konsorsium yayasan Advokasi Buruh Migran Indonesia (ADBMI) dan LGBS serta bekerja sama dengan SIAP SIAGA.

Program ini merupakan sebuah proyek kemitraan Indonesia dan Australia untuk kesiap siagaan bencana. Melalui program ini ADBMI dan LGBS akan berupaya melakuhkann penanganan dampak ekonomi yang disebabkan oleh pandemic covid 19 di tiga desa lingkar Mandalika, yaitu di desa Tanak Awu, sengkol dan Kuta kecamatan Pujut Lombok Tengah, NTB.

Sofian sendiri diwakili oleh istrinya, Mianah selalu mengikuti pelatihan yang diselenggarakan. Mulai dari pembebasan manejemen ekonomi rumah tangga, merencanakan usaha sampai dengan pelatihan yang lainnya yang difasilitasi oleh BUMDes di desanya.

Ia bersama istrinya sudah merencanakan akan membuka usaha di samping bengkelnya.

“Jadi selain menyasar para pejalan kaki dan masyarakat sekitarnya, kami juga melihat peluang banyaknya orang – orang yang memperbaiki sepeda motor di bengkel,” terangnya.

Ia berharap, melalui usaha yang dibuat bersama istrinya ini bisa menutupi kekurangan penghasilannya selama ini.

Ia menceritakan penghasil bersihnya selama menggeluti perbengkelan tak banyak, hanya 700 ribu perbulan. Namun ia bersama istrinya selalu bersyukur.

“Untungnya kami tidak meminta – minta,” cetusnya sembari tersenyum depan Roma Hidayat.

Ia juga sangat mensyukuri kegigihan istrinya yang ingin membuka usaha.

“Istri saya tetap mengikuti pelatihan. Tidak pernah absen. Itu sangat saya syukuri,” terangnya.

0 tampilan0 komentar

Comentarios

Obtuvo 0 de 5 estrellas.
Aún no hay calificaciones

Agrega una calificación
bottom of page