top of page

Seminar Sosialisasi Program

Bagaimana Mengatasi Kemiskinan, Konservasi Lingkungan, Buruh Migran dan Ketimpangan Gender dalam Satu Tepukan?

Seminar yang bertajuk seperti di atas bertujuan untuk :

  1. Sosialisasi ke stakeholders terkait program: bentuk, progress  & tantangan program di 12 Desa lingkar Taman Nasional Gunung Rinjani.

  2. Mendapatkan masukan untuk perbaikan strategi, peluang integrasi/sinergi dan menjaring ide-ide terkait prorgam.

dengan output sebagai berikut :

  1. Tersosialisasikannya program dan hasilnya;

  2. Ada masukan untuk perbaikan strategi dan strategi untuk mengatasi tantangan program;

  3. Tergalinya potensi kemitraan dan sinergisitas baik dengan pemerintah maupun swasta;

  4. Tersampaikannya hasil analisa sosial dan database BMI ke Pemerintah Desa.

Kegiatan tersebut diikuti oleh peserta sebanyak 150 Orang yang merepresentasikan beberapa unsur yaitu :

  1. Perwakilan dari 12 Desa Program;

  2. Perguruan Tinggi, Sekolah Kejuruan dan Penyelenggara Pelatihan;

  3. Badan Usaha Milik Daerah;

  4. Lembaga Keuangan;

  5. Instansi Pemerintah;

  6. Lembaga Swadaya Masyarakat;

  7. BEM dan Organ Gerakan Kepemudaan;

  8. Badan Promosi Pariwisata Daerah;

  9. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani;

  10. Kecamatan dan SKPD;

  11. Badan Penanaman Modal dan Lingkungan Hidup;

  12. Organisasi Perempuan;

  13. Pers.

Seminar dipandu oleh seorang Moderator, L. Husni Anshori, SP dengan menghadirkan narasumber sebagai berikut:NarasumberPoint-point

(Catatan : setiap narasumber menyediakan bahan presentasi dan disediakan waktu 15 menit untuk mempresentasikannya) Kepala BAPPEDA Lombok Timur1.        Peta/landscape  kondisi kemiskinan di Lombok Timur

2.        Proyeksi pembangunan Ekonomi untuk Kawasan di sekitar Hutan TNGR;

3.        Kebijakan Pemkab Lombok Timur dalam Penyelarasan Upaya Pengentasan Kemiskinan, Buruh Migran, Ketimpangan Gender & Konservasi Lingkungan  di masa yang akan datang;

4.        Apa kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Lombok Timur dalam menjalankan kebijakan di atas?Kepala BRI cabang Selong1.      Kondisi Perekonomian Lombok Timur dari Perspektif Bank (potensi, hambatan, sektor yang belum tergarap, peluang);

2.      Potensi khusus pertumbuhan dan perkembangan ekonomi untuk kawasan/desa-desa di sekitar TNGR;

3.      Komitemen BRI dalam mendorong  pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan?

4.      Promosi produk-produk BRI yang dapat diakses oleh warga dan pelaku  ekonomi yang ada di sekitar kawasan TNGR.Kepala TNGR1.    Posisi strategis TNGR dalam mendukung  kehidupan dan kesejahteraan warga Lombok;

2.    Potensi Valuasi Ekonomi TNGR

3.    Kebijakan TNGR terkait Konservasi dan Pengentasan Kemiskinan.Muhammad Dahri  (Timba Nuh) dan

Kusumawati  (Jeruk Manis)1.Testimoni Inspirasi  dari kelompok masyarakat: berbagi inspirasi, tips dalam memulai usaha  dan cara mengembangkannya;

2.Suka dan duka dalam memulai bisnis.

Latar Belakang

Program ini berangkat dari issue ;  bagaimana mengentaskan kemiskinan tapi dalam tepukan yang sama juga berkontribusi pada kelestarian lingkungan (green prosperity) khususnuya kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Jika mengurai postur kemiskinan di Indonesia;  BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Sehingga kemiskiann dipandang sebagai ketidakmampuan sebuah rumah tangga dari sisi ekonomi dalam mememuhi kebutuhan dasar makanan dan non-makanan yang diukur  dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memilki rata-rata pengeluaran per kapita bulanan di bawah garis kemiskinan. Pengangguran dan kemiskinan hingga saat ini merupakan masalah besar bangsa Indonesia yang belum bisa terpecahkan. Menurut data BPS Maret 2016, jumlah penganggur terbuka tercatat sebanyak 9,42 juta orang (8,48%) dari total angkatan kerja sekitar 111,4 juta orang. Dari jumlah 9,42 juta orang penganggur tersebut, terdiri dari 7,4 juta orang (78,38%) adalah pemuda usia produktif. Sementara Jumlah Penduduk miskisn dengan pengeluaraan per kapita/bulan di bawah garis kemiskinan mencapai 28,01 orang (10,86 %).  Masih dari BPS,  kontribusi komoditi makanan seperti  beras, rokok, telur ayam, bawang merah terhadap garis kemiskinan sebesar 73,50%. (Padahal ini adalah produk lokal/desa, apakah ini berarti kita sudah kehilangan keswadayaan/ketahanan pangan?).

Konsorsium ADBMI didukung oleh MCA-I  ini di lakukan di 12 desa yang terletak di lingkar Rinjani. Data BPS Lombok Timur (2013), angka kemiskinan pada 8 (delapan) kecamatan di Lingkar TNGR tersebut sangat tinggi. Sebagai catatan, Konsorsium akan bekerja di 6 kecamatan (12 Desa). Tingkat pendidikan rendah (60% hanya tamat Sekolah Dasar),  pengangguran tinggi, kepemilikan lahan rata-rata kurang dari 10 are per KK (sudah termasuk lahan pemukiman).  Kondisi kemiskinan inilah yang mendorong warga sekitar kawasan hutan untuk mengelola lahan secara eksploitatif, bahkan menerobos kedalam kawasan hutan melakukan pembalakan liar (illegal logging) sehingga terjadi deforestrasi.SambeliaSembalunAikmelSuelaPringgabayaPringgaselaMontong GadingPenduduk (jiwa)30.17519.05194.23837.89591.40250.81741.818Penduduk Laki-Laki (jiwa)14.7369.19043.29517.34942.97423.33718.955Penduduk Perempuan (jiwa)15.4399.86150.94320.54648.42827.48022.863Rumah Tangga (RT)8.4585.65227,90711,81826,067015,10813,033Rumah Tangga Miskin (%)44,1054,3954,3046,3446,4338,3044,96

Dan dari analisis sosial yang dilakukan, traidisi patriarchal yang masih kental berpengaruh pada semua aspek kehidupan berupa bias gender dan kemiskinan. Ia berwajah feminim (di mana sebagian besar kelompok miskin adalah perempuan). Feminisme Kemiskinan ini disebabkan oleh rendahnya akses ke pendidikan, adanya gap berbasis gender dalam pengelolaan sumber daya alam, minimnya akses dalam manajerial perekonomian rumah tangga.

Demikan juga dalam pengelolaan migrasi sebagai alternative masyarakat miskin di lingkar TNGR untuk keluar dari jerat kemiskinan, masih sangat bias gender. Kalau pria yang menjadi TKI, maka perempuan yang tinggal di rumah tidak punya kewenangan penuh dalam pengelolaan remittance. Demikian sebaliknya, jika perempuan yang jadi TKW maka tidak sedikit kasus, pria/suami yang ditinggal di rumah memanfaatkan uang remittance untuk biaya pacaran atau kawin lagi. Intinya, Bias gender turut berkontribusi dalam migrasi tidak sehat yang sedang berlangsung sekarang. Dan dampaknya, Migrasi belum mampu memberikan jalan keluar bagi masyarakat dari kemiskinan.

Fenomena sisi lain buruh migran kita selain sebagai pahlawan devisa adalah mereka rentan menjadi korban pelanggaran hak BMI, mereka juga memiliki ketahanan ekonomi keluarga yang sangat rapuh. Sehingga, ketika mereka pulang ke rumah di desanya yang ada di perbatasan TNGR, maka aktivitas ekonomi yang mereka lakukan adalah kembali masuk ke dalam kawasan.

Program memandang, untuk dapat mengentaskan kemiskinan di Komunitas Target group ini, maka harus menyasar perbaikan di dua level ini, rumah tangga dan kemampuan bisnis. Dan untuk itu, diperlukan saran pendukung edukasi berupa modul edukasi yang berangkat dari kebutuhan komunitas serta memakai pendekatan yang sesuai dengan latar belakang komunitas. Pendekatan kesejahteraan dalam upaya konservasi merupakan keniscayaan. Karena bagaimanapun, manusia bisa hidup dan bergantung pada sumber daya alam sekitarnya. Dalam artian tersebut, sepanjang usia manusia, ia akan terus berhubungan dan mempengaruhi alam sekitarnya. Oleh karenannya, kepentingan konservasi akan selalu berhadapan dengan kepentingan ekonomi.

0 tampilan0 komentar

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page