top of page

Santi dan Sejuta Tangisannya, Akibat "Merariq Kodeq"

Nusa tenggara barat (NTB) khususnya Lombok sangat erat dengan fenomena "Merariq Kodeq" atau dalam bahasa Indonesia "Pernikahan Dini". Diusia yang masih terbilang sangat muda, mereka melaksanakan pernikahan. Yang seharusnya mereka belajar dan mengejar cita-cita.

Masyarakat lombok sangat familiar dengan fenomena"Merariq Kodeq" dalam bahasa Sasak, jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia bisa dikatakan "Pernikahan Dini" atau menikah usia anak terminologi saat ini.


Santi salah satu dari sekian banyak perempuan sasak yang melakukan praktek "Merariq Kodeq" ini. Pernikahan harusnya indah, namun berbeda dengan pernikahan yang dialami oleh Santi.

Santi dan Sejuta Bulir Tangsisannya, Akibat "Merariq Kodeq"
ILUSTRASI: Wanita duduk menangis di depan rumah (Ilustrator: Bing Copilot)

adbmi.org - Tepatnya di Dusun Dasan Tapen Daya Desa Telaga Waru kec. Pringgabaya, telah terjadi kekerasan terhadap perrempuan atas nama Santi ( 19 tahun) yang merupakan isteri dari Ahmad Yadi ( 24 tahun) Dusun Dasan Tapen Lauk.


Kekerasan yang dilakukan bukan kekerasan fisik namun kekerasan psikis, yang menyebapkan gangguan jiwa terhadap santi yang menjadi korban kekerasan tersebut.


Pristiwa ini terjadi bermula dari pernyataan dari Ahmad Yadi yang menceraikan isterinya secara hukum agama, artinya percerian ini belum melalui proses pengadilan tapi bagaimanapun juga itu sah secara huukum agama.

Perceraian yang terjadi antara Santi dengan Ahmad Yadi, terjadi karena berawal dari pada waktu berpacaran, pihak keluarga tidak setuju dengan hubungan mereka berdua, baik dari pihak keluarga Santi maupun dari pihak keluarga Ahmad Yadi.


Namun demikian merekapun tetap melaksanakan pernikahan tersebut, yang dilaksanakan di Dusun Dasan Tapen Lauk, di hari Jum’at setelah selesai melaksanakan shollat Jum'at.


Setelah selesai melaksanakan pernikahan Ayah dari Santipun langsung berangkat ke Malaysia, meninggalkan keluarganya, yang sebelumnya Ibunda dari Santi juga sudah berada di Arab Saudi.


Sekitar dua minggu lamanaya setelah berlangsungnya pernikahan perceraian itupun terjadi, dan menururt pengakuan dari Santi, dia dalam keadaan mengandung (Hamil). Perlakuan Ahmad Yadi tidak bisa diterima oleh keluarga Santi, tetapi yang lebih tragis lagi Santi tidak diterima di keluarganya lagi.


Dikarenakan, sebelum melakukan pernikahan itu keluarganya sudah memperingati Santi untuk jangan melakukan pernikahan itu, karena ini akan sia-sia, akan mendatangkan malapetaka, itu yang dikatakan oleh keluarga santi.


Betapa menderitanya santi, sudah diceraikan oleh suaminya, ingin pulang ke keluarganya, malah tidak menerima kehadiranya kembali.

Santi dan Sejuta Bulir Tangsisannya, Akibat "Merariq Kodeq"
ILUSTRASI: Wanita menangis bersender di sebuah papan kayu (Ilustrator: Bing Copilot)

Mendengar kabar itu penulispun langsung datang ke rumahnya Santi, pada waktu itu kebetulan dia tidak ada dirumahnya, dia berada dirumah temanya. Secara kebetulan tetangganya memberikan nomor kontaknya.


Penulis mencoba menghubunginya, Santi-pun bergegas pulang. Sekalipun pada waktu itu, bibinya, seperti tidak begitu peduli dengan kehadiran penulis.


Saat wawancara dengan Santi, setiap pertanyaan yang dilontarkan, satupun tidak dijawab oleh santi. Setiap pertayaan dijawab dengan tangisan, satu katapun tidak bisa dijawab oleh santi. Dipertemuan pertama, penulis gagal mencari keterangan dari Santi.


Tidak habis akal, penulispun langsung bergegas ke rumah Kepala Dusun (Kadus) untuk menceritakan apa yang terjadi. Diskusi yang kami laksanakan dengan pak kadus Dasan Tapen daya Nasarudin SH, tidak membuahkan hasil yang kami inginkan.


Beberapa hari setelahnya, penulis janji temu dengan mantan suaminya Santi, guna mencari informasi yang berkaitan dengan Santi. Dari wawancara yang dibalut ngobrol itu sempat juga penulis menceritakan keadaan dari mantan istrinya yang seperti itu, diapun terdiam dan tidak menjawab.


Pada akhirnya dia (sang mantan suami) hanya dapat menjawab dengan satu kalimat singkat “Saya tidak bisa mengatasi keluarga saya” bebernya.

Dua hari selanjutnya, penulis mendatangi rumah Santi lagi, tetapi santi tidak bisa ditemui dirumahnya. kemudian penulis mencoba menguak informasi dari tetangga-tetangga Santi yang berada di lingkungan rumahnya.


Penulis berspekulasi, dari informasi yang diberikan oleh tetangga-tetangganya dapat memerikannya spot light, dan membantu mencari jalan keluar dari permsalahan Santi.


Namun hasil wawancara dari tetangganya tidak begitu banyak, sehingga tidak cukup bisa membantu mencari jalan keluar dari permasahan Santi.

Kemudian penulis berkesimpulan untuk langsung melaporkan temuannya ke Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Lombok Timur, untuk mendiskusikan masalah yang sedang dihadapi oleh Santi dan keluarganya.


Solusi dari P2TP2A menyarankan untuk mendekati keluarga Santi, membujuk mereka supaya menerima Santi kembali agar kondisi mental santi bisa pulih kembali. Juga menghubungi pihak Puskesmas yang ada di Pringgabaya untuk berdiskusi dan meminta rujukan untuk Santi sehingga dia bisa di rawat lebih intensip.


Penulis melakukan apa yang disarankan P2TP2A untuk menemui Santi dan keluarganya. Pertemuan kali ini, akhirnya bisa bertemu dengan keluarganya dan Santi.


Santi sudah terlihat lebih baik ditangan keluarganya. Melihat kondisinya yang sudah cukup baik, penulis mencoba untuk melakukan wawancara, Santi memberikan respon yang positif dan mau memberikan informasi dari semua pertanyaan terkait masalah-masalah yang ia hadapi selama ini.


Selama satu jam, wawancara dengan santi berjalan. Penulis menarik kesimpulan, yang diinginkan oleh santi adalah ia ingin memiliki kesibukan, sehingga ia bisa melupakan pristiwa yang pernah menimpanya. Santi juga berharap supaya bisa meniti karir dan jangan ada lagi perempuan yang mengalami persitiwa seperti yang ia alami.



Rumah Tangga Santi "Merariq Kodeq" dan Keluarganya


Santi merupakan produk keluarga yang broken home, santi bersama 2 (dua) adiknya diasuh oleh neneknya.


Ibunya merupakan seorang pekerja migran Indonesia (PMI) yang sudah beberapa kali pergi ke luar negeri, ke Arrab Saudi. Dan bapaknya juga seorang PMI Malaysia, sama seperti ibunya.


Selama ini, Santi tinggal bersama 6 (enam) orang lainnya di rumah neneknya, selain bersama 2 (dua) adiknya, bibi dan anak-anaknya juga di rumah nenek.


Yang menghidupi Santi serta adik-adiknya adalah ibu, bahkan ibunya juga merenovasi rumah neneknya. Ayah santi sangat jarang mengirimi biaya hidup karena sekarang ayahnya sudah menikah lagi.


Pepatah mengatakan “Buah tidak jatuh jauh dari pohonya”, malangnya Santi yang harus menelan buah pahit dari pohon yang tidak bertanggungjawab.

Santi dan Sejuta Bulir Tangsisannya, Akibat "Merariq Kodeq"
ILUSTRASI: Wanita duduk menangis (Ilustrator: Bing Copilot)

Bapaknya sering menikah dan berganti pasangan. Mantan isterinyapun memilih pergi karena disebapkan oleh statusnya yang masa itu menjanda, dikarenakan bapaknya kawin lagi.


Terlepas dari rumitnya masalah yang dialami santi dan keluarganya, KPBM Desa Telaga Waru Kecamatan Pringgabaya, sudah mengambil tindakan untuk membantu penyelesaian permasahan yang dialami oleh Santi dan keluarganya.


Karena selama ini, kasus-kasus seperti kasus Santi ini tidak jarang terjadi di desa Telaga Waru. Sudah lebih dari 4 (empat) kasus, yang mirip kisahnya hampir sama dengan kisah yang dihadapi santi.


Catatan Pendamping Lapangan (2010)

30 tampilan1 komentar

1 Comment

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
Guest
Aug 08
Rated 5 out of 5 stars.

Banyakin tulisan2 gini min, kita gatau tulisan mana yg akan merubah pola pikir org...semangadhhh

Like
bottom of page