top of page

Rumah Perubahan, Tempat Belajar Anak – Anak Kawasan Lingkar Mandalika

Rumah Perubahan didirikan oleh keluarga PMI. Ia bukan doctor ataupun sekelas professor Renald Kassali sang pendiri rumah perubahan yang terkenal menjadi tokoh nasional. Namun dari rintisannya ini, banyak masyarakat yang terbantu pendidikan anaknya.

Tempatnya sederhana. Tak mewah seperti diperkotaan. Apalagi dengan latar belakang kawasan Mandalika yang terkenal pesat pembangunannya. Dari tangan dinginnya ini, anak – anak bisa mendapatkan akses pendidikan yang lebih dekat. Mereka tak perlu berjalan jauh bahkan harus menyebrangi jalanan yang dilewati truk dan mobil besar dan mewah lainnya.

Inilah dia, Suhardi sang pendiri yayasan Darut Taqwa Selawang yang menjadi rujukan masyarakat untuk memberikan akses pendidikan bagi anaknya. Di sini, kita tidak pernah melihat rumah ini sepi.

Sedari pagi sampai pagi lagi tetap ada kegiatan yang memberikan edukasi kepada anak – anak di kawasan penyangga Mandalika.

Rumah Perubahan, Tempat Belajar Anak - Anak Kawasan Lingkar Mandalika

Photo Istimewa : Rumah Perubahan itu bernama Yayasan Darut Taqwa Selawang.


adbmi.org  Selepas Magrib, ketika Sudarman baru saja turun dari Musholla samping Rumahnya, anak – anak didikannya sudah menunggu di rumah. Ada yang hanya membawa Al – Qur’an, ada pula yang masih membawa Iqra’. Bahkan ada juga dari mereka yang membawa permen untuk dimakan.

Suhardi lalu masuk ke rumah dan mengeluarkan sound system serta Al – Qur’an untuk dibaca. Sementara anak – anak didiknya langsung duduk ketika Sudarman sang guru ngaji duduk selepas mempersiapkan semuanya yang menjadi perlengkapan untuk proses belajar mengaji.

Di ruang sederhana yang bahkan serupa bangunan kios, tanpa jendela yang terpasang dan bahkan tanpa ada rolling door ini sudarman mengajar anak – anak mengaji. Bahkan bangunan itu belum sempat dilapisi semen dan dipoles dengan cat sehingga jelas sekali bata yang menunjukkan dua hal. Pertama, tidak ada biaya untuk melanjutkan. Atau yang kedua, bangunan tersebut baru jadi.

Di ruangan itu, ada papan tulis berwarna putih. Ada juga jam sebagai penunjuk waktu. Sementara anak – anak duduk dengan menggunakan alas tikar seadanya.

“bissmillahirrahmannirrahiim….,” ucap Suhardi syahdu sebagai tanda untuk mengawali proses belajar mengaji malam ini. Sembari membawa kitab dan memgang mic, Sudarman memimpin langsung anak – anak yang mengaji.

Lantunan ayat – ayat suci Al – Qur’an terdengar sampai ke pinggir jalan. Jaraknya sekitar 50an meter dari lokasi rumahnya yang sekaligus menjadi tempat berdirinya yayasan Darut Taqwa Selawang atau biasanya disebut YADAWA.

Yayasan Darut Taqwa Selawang ini sudah lama terbentuk. Kegiatannya pun berjalan sudah lama yang diawali dengan tempat belajar mengaji anak – anak dusun Selawang Desa Tanak Awu kecamatan Pujut Lombok Tengah.

Dua tahun belakangan ini, berdiri pula PAUD / RA “Anak Sholeh Darut Taqwa” desa Pujut di bawah yayasan Yadawa. Itupun terinspirasi dari akses pendidikan yang jauh bagi anak – anak di dusunnya.

Selepas Sholat Isya, ketika proses belajar mengaji sudah usai, Suhardi duduk bersama pengurus BUMDes desa Tanak Awu. Di berugak depan rumah Sudarman, Eril Direktur BUMDes dan Haerul anggota BUMDes Desa Tanak Awu yang tak lain juga adik dari Suhardi.

Rumah Perubahan, Tempat Belajar Anak - Anak Kawasan Lingkar Mandalika

Photo Istimewa : Suhardi (Topi hitam), Anwar pengurus BUMDes (baju kuning) dan Eril pengurus BUMDes (Jaket hitam) saat berada di rumah Suhardi.


Di depan kedua pengurus BUMDes tersebut, Suhardi menceritakan mimpi besarnya dengan didirikannya yayasan Yadawa ini. Terlebih ada tiga lembaga pendidikan di dalamnya yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Tempat Belajar Al – Qur’an (TPA) dan Madrasah Diniyah Islamiyah (MDI).

“kita berharap kebermanfaatan yang lebih banyak lagi selama masih hayat,” terangnya kepada Haerul dan Eril sembari menunjuk ruangan sederhana itu. Selain itu, Suhardi juga memaparkan kegiatan yang tak pernah kosong di kediamannya sampai dengan memanfaatkan musholla samping rumahnya sebagai tempat mengajar.

“pagi hari, disini ada kegiatan belajar anak – anak dan itu berlangsung sampai siang. Setelah itu, sorenya lanjut mengajar di musholla. Lalu masuk magrib melanjutkan kegiatan mengaji untuk anak – anak di rumah,” terang Suhardi sembari menggunakan bahasa sasak.

Ada sekitar 20an peserta didik yang ikut belajar di PAUD yang ia bangun sampai saat ini. Dengan 7 tenaga pengajar yang ia gaji dengan seadanya.

Disinilah tempat belajar arti kebermanfaatan yang harus tersebar luas. Bahkan untuk menunjang pembiayaan, tak jarang ia harus merogoh kocek dalam – dalam untuk membiayai operasional yayasan pendidikan yang ia bangun. ________

Rumah Perubahan, Tempat Belajar Anak - Anak Kawasan Lingkar Mandalika

Photo Istimewa : Anak – anak di desa Penyangga Mandalika Lombok Tengah – NTB.


*Akses Pendidikan Di Kawasan Desa Penyangga Mandalika*

Mandalika bagi kebanyakan orang menjadi tempat yang wajib dikunjungi karena keindahannya, ceritanya sampai dengan banyaknya perhelatan sekelas event Internasional yang dilakukan. Moto GP misalkan, salah satu event internasional yang membuat dunia melirik Indonesia, khususnya Mandalika Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Geliat investor membangun penginapan, membeli lahan warga dan juga merubah desa yang dulunya terbelakang ini menjadi sorotan kacamata dunia. Namun Mandalika tetaplah Mandalika. Ia hanya sebuah cerita legenda masyarakat sekitar yang yakin akan kecantikan dan pengorbanan dari sang putrid raja.

Mandalika bukanlah Dewi Fortuna yang ketika datang dan langsung memberikan keberuntungan seperti legenda yang dibangun di masa Yunani Kuno.

Pesatnya pembangunan, pelebaran jalan, penghalusan jalan yang memakan lahan warga, ternyata tak dibarengi dengan pembangunan sumber daya manusianya melalui pendidikan.

Angka putus sekolah yang masih relative tinggi. Bahkan kehadiran mandalika membuat anak – anak di kawasan Mandalika lebih memilih mencari nafkah dengan berjualan dipinggir jalan dan area pantai Kuta dibandingkan dengan melanjutkan pendidikan mereka.

Maka penting sekali memunculkan sebuah kepedulian. Namun kita lupa, bahwa kepedulian itu tidak dipaksakan ada. Namun ia hadir secara alamiah yang kemudia membuat setiap orang untuk bergerak dan berbuat.

Salah satunya, kepedulian yang dimunculkan oleh Suhardi, kelurga PMI yang memiliih membangun yayasan pendidikan untuk anak – anak masyarakat di sekitarnya. Jarang sekali ada orang seperti Suhardi yang rela mengorbankan separuh rumahnya untuk beristirahat, dan separuhnya lagi untuk kegiatan pendidikan.

Motivasinya membangun yayasan ini pun tak main – main. “kita berharap generasi kedepannya lebih baik lagi sumber daya manusianya. Selain itu juga agama yang menuntun kita berbuat baik selama masih hayat,” terang Suhardi.

Rumah Perubahan, Tempat Belajar Anak - Anak Kawasan Lingkar Mandalika

Photo Istimewa : Suhardi saat mengikuti pelatihan rencana bisnis yang difasilitasi oleh pengurus BUMDes desa Tanak Awu.


Suhardi sendiri merupakan salah satu keluarga penerima manfaat dalam program yang diturunkan oleh konsorsium yayasan Advokasi Buruh Migran Indonesia dan Lembaga Generasi Bintang Sejahtera yang di dukung oleh SIAP SIAGA dan Palladium.

Sebuah program kemitraan pemerintah Indonesia dan Australia dalam meningkatkan ekonomi keluarga pekerja migrant Indonesia pasca pandemic covid 19. Program ini terdapat di tiga desa, Tanak Awu, Kuta dan Sengkol yang menjadi desa penyangga Mandalika. Suhardi menjadi penerima manfaat karena ada salah satu keluarganya, adik perempuannya yang menjadi pekerja migran.

0 tampilan0 komentar

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page