Rudat – Greenback 2.0 Bank Dunia (The World Bank)
- ADBMI Foundation
- 26 Feb 2017
- 9 menit membaca
[et_pb_section admin_label=”section”][et_pb_row admin_label=”Baris”][et_pb_column type=”1_2″][et_pb_image admin_label=”Greenback 2.0″ src=”http://adbmifoundation.org/wp-content/uploads/2017/02/GREENBACK-LombokTimur-colori3.jpg” show_in_lightbox=”off” url_new_window=”off” use_overlay=”off” animation=”left” sticky=”off” align=”left” force_fullwidth=”off” always_center_on_mobile=”on” use_border_color=”off” border_color=”#ffffff” border_style=”solid”] [/et_pb_image][/et_pb_column][et_pb_column type=”1_2″][et_pb_image admin_label=”Gambar” src=”http://adbmifoundation.org/wp-content/uploads/2017/02/WBG-logo-WBG-vertical-RGB.jpg” show_in_lightbox=”off” url_new_window=”off” use_overlay=”off” animation=”left” sticky=”off” align=”left” force_fullwidth=”off” always_center_on_mobile=”on” use_border_color=”off” border_color=”#ffffff” border_style=”solid”] [/et_pb_image][/et_pb_column][/et_pb_row][et_pb_row admin_label=”row”][et_pb_column type=”4_4″][et_pb_text admin_label=”Teks” background_layout=”light” text_orientation=”left” use_border_color=”off” border_color=”#ffffff” border_style=”solid”]
RUDAT DRAMA PERFORMANCE
Background
Indonesia setiap tahun, rata-rata menempatkan setengah juta Buruh Migran setiap tahun. Dan dalam kurun 5 tahun terakhir, Lombok Timur menjadi penyumbang terbesar Nasional (rata-rata 30 ribu/tahun). Kabupaten Lombok Timur, dengan populasi 1.1 juta jiwa yang sebagian besarnya adalah Suku Sasak (suku asli penghuni Pulau Lombok). Jumlah ini setara dengan 27.5% dari total 4.3 juta populasi penduduk seluruh Provinsi NTB (seluruh NTB terbagi dalam 8 Kabupaten dan 2 Kotamadya), (Center Statistic Agency, 2007). Dari pendataan yang dilakukan ADBMI pada tahun 2009, 2010 dan 2012 di 22 Desa, rata-rata 10-15% penduduk desa tersebut berada di luar negeri menjadi Buruh Migran (TKI) pada setiap tahun tersebut. Dengan rata-rata potensi remmittance sebesar Rp.5,4 Milyar per tahun.
Meskipun Lombok Timur merupakan pengirim BMI tersbesar di NTB, namun jumlah remittance yang masuk ke Lombok Timur kalah jauh dibanding daerah lain yang jumlah BMI-nya lebih sedikit, bahkan dengan Kota Mataram yang Jumlah BMI-nya tidak lebih dari seribu. Jika dibandingkan dengan Sumbawa, jumlah remmitance Lombok Timur hanya 1/40, padahal jumlah BMI-nya tiga kali lebih banyak. Ini menunjukkan, ada masalah dengaan manajemen remmitance. Bahkan Direktur BI di Mataram, mensinyalir 80% dari para BMI masih menggunakan cara konvensional/non bank) dalam pengiriman. Masih banyak para BMI yang menitip uang hasil kerja lewat teman yang kebetulan pulang ke Indonesia, menitip pengiriman lewat majikan/teman, lewat pos atau membawa cash money ketika pulang. Demikian juga dalam Dalam tradisi pengelolaan di dalam rumah tangga. Masih dari Data BMI pada tahun 2014, terlihat angka yang anomali di mana jumlah BMI tidak sebanding dengan jumlah remmitance. Kabupaten/kota terbanyak adalah Kota Mataram/Lombok Barat mencapai Rp.110.263.036.950,59 (54,94 persen), disusul Sumbawa Rp.61.858.873.443,22 (30,82 persen), Bima Rp.24.516.425.802 (12,22 persen), Lombok Tengah Rp.2.595.985.658,97 (1,29 persen), Lombok Timur Rp.1.195.412.026,56 (0,60 persen) dan terendah Dompu Rp.264.138.065,25 (0,13). Anomali ini semakin terlihat pada tabel berikut (data BPS 2014) :
Jumlah Remitten Provinsi Nusa Tenggara Barat menurut Kabupaten / Kota
No
Kabupaten / Kota
(000.000 Rp)20142013
20121Mataram/Lombok Barat/KLU173.912,70193.459,66250.249,062Lombok Tengah4.071,605.571,473.947,173Lombok Timur1.981,103.016,273.339,784Sumbawa101.700,92129.774,86114.137,355Dompu2.574,04976,60464,516Bima48.026,6865.678,5599.930,357Western Union (Kantor Pos dan Pegadaian)1.073.588,731.030.907,77632.101,64 Total1.405.855,771.429.385,181.104.169,85
Secara kultural, pengelolaan remittance dan keuangan rumah tangga secara umum sangat berpusat pada laki-laki yakni suami dalam rumah tangga. Ini tidak lepas dari doktrik patriarkhi yang menempatkan laki-laki sebagai yang utama dalam hampir semua aspek. Sementara isteri lebih difungsikan sebagai “kasir” yang memegang uang dan namun tidak memiliki kuasa untuk menentukan peruntukannya, uang itu hanya numpang lewat. Remittance telah menjadi persoalan yang pelik, menjadi pemicu perceraiaan. Di samping persoalan kurang saling percaya antara suami isteri dan ketidak pahaman tentang tata cara pengiriman uang, memunculkan profesi baru di kalangan masyarakkat, yaitu Ojek Rekening. Yaitu, satu orang pemilik rekening di desa, menerima kiriman remittance dari beberapa warga lain yang sedang bekerja di luar negeri. Untuk selanjutnya, si pemilik rekening yang menarik uang di bank untuk diberikan ke isteri/anggota keluarga/sesuai permintaan si pengirim.
Nampak seperti ada anomali di sini, di tengah inovasi jasa layanan kiriman uang oleh lembaga keuangan yang semakin gencar, namun transaksi tradisional juga masih sangat tinggi di kalangan Buruh Migran Indonesia asal Lombok Timur. ADBMI melihat fenomena ini tidak lepas dari pesoalan; pengetahuan, kemudahan akses, cultural gap dan psikologi barrier. Karakter umum yang muncul adalah masyarakat yang tidak mau repot dengan urusan administrasi. Inilah yang mempengaruhi masyarakat enggan mengurus atau mengakses layanan keuangan. Karena layanan keuangan dianggap merepotkan dan kurang praktis jika dibandingkan dengan cara penyimpanan atau mengelola keuangan keluarga selama ini. Masyarakat beranggapan bahwa dengan memegang cash money berarti pemenuhan kebutuhan dasar cepat terpenuhi dan digunakan tanpa harus berurusan dengan pihak lain. Sedangkan masyarakat yang berhubungan dengan layanan keuangan lebih disebabkan oleh adanya kebutuhan yang mendesak misalnya untuk kebutuhan pengiriman uang, kebutuhan pengajuan modal kredit atau untuk merespons kasus-kasus insidental yang terjadi saat itu seperti pengaruh promosi yang diselenggarakan dan kasus kriminal perampokan dan lain sebagainya. Kurangnya kesadaran kritis warga melawan zona kenyamanan memegang uang cash dan menyinkronkan keberadaan uang, usaha dengan jasa perbankan membutuhkan proses pendampingan. Sehingga kesadaran muncul dan praktik warga bisa terlaksana dalam jangka waktu yang sangat panjang dan berkelanjutan (sustainable).
Sehingga dari hal tersebut, edukasi pengelolaan keuangan sangat penting serta kampanye-kampanye massif yang dilakukan pada semua kalangan di masayarakat. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk kampanye dan sosialisasi adalah dengan menggunakan pendekatan kebudayaan yakni menggunakan media tradisional Rudat yang sangat dekat dan berterima di masyarakat. Dalam pengalaman ADBMI, penggunaan media ini cukup efektif dilakukan.
Rudat adalah salah satu dari produk seni Budaya milik Masyarakat sasak (etnis asli Penduduk Pulau Lombok). Berbentuk seni drama yang mempunyai skenario/jalan cerita sendiri (biasanya berlatar cerita kerajaan, namun belakangan mulai juga mengambil cerita keadaan sosial setempat), diselingi tari dan nyanyi tradisional. Sangat digemari oleh Masyarakat. Setiap kali pementasan selalu ramai dikunjungi oleh penonton, yang tidak hanya datang dari desa setempat di mana pementasan dilakukan, tapi juga dari desa di kecamatan lain. Biasa dipentaskan untuk meramaikan pesta pernikahan, khitanan ataupun syukuran atas kesuksesan tertentu. Pementasannya sendiri gratis, karena sudah dikontrak (tanggep, sasak) oleh pemilik hajat, serta merupakan prestise tersendiri bagi mereka yang dapat mengontrak bahwa dia mampu menyelenggarakan pementasan Rudat di pestanya. Untuk pementasannya dilakukan pada malam hari, pukul 00.00 Wita sampai Subuh, pagi hari. Terdiri dari paling sedikit 25 orang pemain, terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu pemain musik pengiring 7-9 orang dan sisanya pemain lakon yang berperan sebagai pemain drama.
Ide penggunaan media tradisional Rudat ini diambil berdasarkan hasil refleksi terhadap beberapa kegagalan program pemberdayaan yang dilakukan oleh Pemerintah dan NGO yang memakai pendekatan orang-orang sekolahan. Misal, melakukan sosialisasi/kampanye dengan memakai sticker, poster ataupun opini publik di koran, yang sangat sulit dipahami oleh masyarakat, mengingat fakta bahwa tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah dengan angka buta huruf (illiteracy) yang cukup tinggi. Ide pemakaian media drama ini ini juga di sandarkan pada akar kultural lokal. Masyarakat Sasak (etnis dominan Pulau Lombok) adalah masyarakat dengan budaya tutur (oral story), itulah kenapa sangat sulit menemukan manuskrip ataupun bukti sejarah tertulis tentang masyarakat Lombok. Ini nampak dari produk seni dan budaya mereka yang sebagian besar adalah seni peran dengan dialog (memakai kata-kata), seperti : Wayang, Amaq Abir, Rudat, Cilokaq, Kayak/Lelakaq, Hikayat dan lain-lain.
Kelebihan lain media tradisional ini adalah, masyarakat tidak merasa sedang digurui, lebih relaks dan bersifat rekreatif. Sehingga cukup efektif untuk mengkampanyekan isu-isu yang relatif sensitif dan berpotensi menimbulkan gejolak, misalnya adalah isi gender dan keuangan.
Kajian Quantum Learning menyebutkan kondisi senang dan menyenangkan sebagai prasyarat kesuksesan sebuah proses pembelajaran. Karena sifatnya yang rekreatif dan edukatif. Media Rudat dapat juga befungsi sebagai media rehabilitasi dan reintegrasi bagi korban BMI maupun mereka yang baru saja kembali dari kerja di luar negeri. Pesan yang disampaikan dalam Rudat pun jauh dari kesan menggurui. Dalam hal pelibatan masyarakat sangat banyak (600-800 bahkan ribuan orang yang menonton per sekali pementasan) , dan skup penonton dari lintas kecamatan bahkan kabupaten.
Objectives
The main objective of the Rudat traditional performances is to raise awareness of the target beneficiaries on regulated and unregulated financial services as well as how regulated channels would be beneficial for them. The awareness raising messages should be built into the rudat script as part of the story to maintain the audience’s attention. Through the rudat performances, it is expected that villagers will:
Have a knowledge about financial system and product with a massage that delivered from Rudat Drama;
Be able to differentiate between regulated and unregulated financial services available within and around the village;
Understand the benefits of using regulated financial services.
Keterlibatan Masyarakat
Diperkirakan kegiatan ini akan melibatkan sekitar 2.460 orang yang di dapat dari :
240 dari kegiatan assesment
60 orang dari serangkaian lokakarya
60 orang para pemain Rudat
100 warga yang di harapkan menonton pementasan Rudat .
Mereka adalah representasi dari eks buruh migran, pemegang remmitance, pengusaha kecil di desa, masyarakat miskin penerima bansos, aparatur 3 desa :
Scope of Work
Assesment
Objective:
Mengetahui kekhususan kondisi masing-masing calon penerima manfaat
Menggali kebutuhan informasi yang di butuhkan oleh Para calon penerima manfaat terkait edukasi keuangan sebagai bahan penyusunan naskah Rudat
Membangun kepercayaan dan mendapatkan kesediaan dari Para calon penerimaa Manfaat untuk hadir dalam kegiatan-kegiatan yang akan di selenggarakan oleh program
Output:
Rangkuman kondisi faktual masing-masing calon penerima manfaat
Formulir kesediaan yang sudah terisi dari calon penerima manfaat untuk hadir dalam kegiatan program
Daftar kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh calon penerima manfaat
Proses:
ADBMI akan merekruet staff lapangan yang akan melakukan assesment (mereka adalah jaringan ADBMI yang sudah existi 3 di Desa).
Setelah itu akan melakukan diskusi persiapan (paling tidak memahami substansi dan mengausai teknik penggunaan form assesment yang sudah di kembangkan oleh ADBMI sebeliumnya).
Kunjungan door to door dan wawancara langsung ke calon penerima manfaat selama 10 (sepuluh) hari oleh enumerator yang ditunjuk dari desa masing-masing dan dari ADBMI. Adapun staff lapangan berjumlah 2 orang dengan komposisi 1 laki dan 1 perempuan. Sehingga jumlah enumerator di 3 desa adalah 6 orang. Adapun pada pengisian assessment ini juga dilakukan kunjungan door to door berdasarkan data responden yang sudah disepakati bersama antara WB dan ADBMI.
Lokakarya Penyusunan Naskah Pementasan Rudat
Objective:
Mengemas Kebutuhan Informasi BM dan Komunitas BM terakita literasi keuangan ke dalam bentuk script/Naskah pementasan Drama yang sederhana sehingga mudah difahami masyarakat.
Output :
Skenario pementasan yang sesuai dengan kondisi desa
Draft Naskah pementasan yang informatip dan mudah dicerna komunitas BM
Proses :
Dilakukan selama 1 (satu) hari di tingkat Kabupaten, dengan melibatkan 10 orang, terdiri dari Pemerintah / tokoh desa, budayawan, akademisi dan Perwakilan masyarakat. Dimana proses akan dipandu oleh seorang fasiltator. Adapun script naskah berdasar pada informasi yang didapatkan pada assesment.
Diskusi Penyempurnaan Hasil Lokakarya Penyusunan Naskah Oleh Tim Ahli
Objective:
Menyempurnakan draft naskah pementasan Rudat yang sudah di bentuk pada proses lokakarya sebelumnya
Output:
Draft Naskah menjadi Naskah Pementaasan Drama Rudat yang lebih lengkap .
Daftar pembagian peran dan dialog
Proses:
Kegiatan penyempurnaan hasil lokakarya penyusunan naskah ini dilaksanakan oleh 3 tim ahli yang ditunjuk dan bertugas untuk merampungkan 3 naskah pementasan di 3 desa program. Tim ahli ini berasal dari mentor seni teater yang berpengalaman, sekahe (mentor) Rudat dalam pakem tradisional dan budayawan
Latihan Pementasan Rudat Berbasiskan Naskah Tanpa Alat Musik
Objective:
Para pemain mengetahui alur cerita, memahami peran dan menguasai dialognya
Para pemain mempunyai gambaran kapan dapat melakukan improvisasi untuk memperkuat sampainya pesan yang akan di sosialisasikan
Output:
Terlaksananya satu kali latihan di tiap desa
Proses:
Latihan dilakukan dengan menggunakan scenario yang sudah ada dengan mendatangkan mentor yang berkompeten/diupayakan. Adapun peserta terdiri dari 20 pemain rudat yang sudah ditentukan oleh komunitas dan latihan bersama tanpa alat music di masing-masing desa pada 3 desa program.
Latihan Pementasan Rudat Berbasiskan Naskah dengan Alat Musik
Objective:
Untuk mencapai harmonisasi alur cerita dan musik, serta semua pemain tahu peran dan dialognya
Semua pemain menemukan chemistry satu sama lainnya
Mengukur durasi dan timing yang tepat untuk mengukur penerimaan penonton atas pesan pementasan lewat penyelenggaraan quiz
Output:
Terlaksananya satu kali latihan di setiap desa
Proses:
Latihan dengan menggunakan scenario yang sudah ada dan dilengkapi dengan para sekahe yang sudah dikenal masyarakat. Adapun pemain rudat berjumlah 20 orang di masing-masing desa dengan jumlah personalia Sekahe sejumlah 10 (sepuluh) orang.
Sosialisasi Pementasan
Objective:
Menginformasikan dan menarik minat warga desa untuk datang menonton pada saat pertunjukan rudat.
Output:
Informasi tersampaikan melalui seluruh Posyandu di tiga desa
Informasi tersampaikan melalui seluruh Kadus di setiap desa
Informasi tersampaikan melalui mobil keliling ke seluruh dusun di ketiga desa
Proses:
Informasi mengenai rencana pementasan rudat akan disebarkan melalui Posyandu dan para Kepala Dusun yang ada di ketiga desa. Untuk itu, panitia akan menyiapkan informasi beserta selebaran yang akan digunakan. Selain itu, panitia juga akan menggunakan satu mobil yang dilengkapi dengan sound system di masing-masing desa untuk berkeliling ke seluruh dusun dan mengumumkan rencana pementasan rudat (hari, tanggal, jam, lokasi, pemain, dll) beberapa hari sebelum pementasan dilaksanakan.
Pementasan Rudat
Objective:
Melakukan edukasi keuangan melalui Pementasan Rudat kepada masyarakat desa sehingga masyarakat Desa paling tidak memahami
Have a knowledge about financial system and product with a massage that delivered from Rudat Drama;
Be able to differentiate between regulated and unregulated financial services available within and around the village;
Understand the benefits of using regulated financial services.
Output:
Terselenggaranya pementasan Rudat sebanyak 1 kali di tiap desa dengan target penonton 700 orang di setiap desa
Proses:
Penyiapan panggung dan dekorasi, surat permohonan izin keamanan dan informasi publik yang dilakukan oleh ADBMI dan masyarakat setempat. Total pementasan 3 kali (Pementasan 1 kali/ desa), dengan durasi minimal 2 Jam per Desa. Diharapkan setiap kali pementasan di hadiri oleh 700 warga mereka dapat memahami pesan yang disampaikan lewat Pementasan Rudat, yaitu mengetahui aturan tentang jasa layanan keuangan dan produk-produknya, pengelolaan uang keluarga , dapat membedakan antara layanan keuangan yang reguler dan non reguler yang ada di desa, mengetahui keuntungan dan kerugian menggunakan layanan jasa keuangan yang reguler .
Pengukuran Tingkat Penerimaan Pesan dari Pementasan Rudat
Objective:
Untuk mengetahui efektipitas, bahwa pesan yang disampaikan lewat Pementasan Rudat telah sampai atau tidak.
Output:
Minimal 5 orang dapat menjawab pertanyaan dengan tepat pada saat pementasan berlangsung
Tersebar minimal 30 kuesioner yang hasilnya akan dirangkum dalam laporan pelaksanaan
Proses:
Untuk uji penerimaan pesan, di lakukan dengan dua cara, yaitu pada saat pementasan berlangsung dan paska pementasan.
Pada saat pementasan :
Memberikan ruang bagi adanya interaksi penonton dengan pemain (di mana pemain menchalenge penontopn dengan pertanyaan )
Cara lain untuk memonitor akspetansi komunitas adalah mengadakan quiz berhadiah pada saat Pementasan Rudat. Yaitu ditengah dan akhir pementasan. Diharapkan akan ada 5 orang Penonton mampu menjawab pertanyaan yang disiapkan terkait penerimaan dan pemahaman lembaga keuangan.
Paska pementasan
Akan di lakukan wawancara (sebar quistioner) paska Pementasan secara acak (snow ball sampling) terhadap penonton, minimal kepada 30 orang.
Reporting
ADBMI akan menyiapkan Laporan pelaksanaan kegiatan ini dalam versi ingggeris mencakup:
Assessment Report, berikut lembar asesmen dari setiap orang yang diwawancarai sebagai lampirannya
Workshop Report
Rudat Performance Report, dilengkapi dengan video pementasan secara penuh di setiap desa
Setiap laporan akan di lengkapi dokumen pendukung berupa:
Foto-foto kegiatan dari proses pengisian assesment, lokakarya penyusunan naskah, latihan dan pementasan.
Rekaman video singkat (1-2 menit) yang menunjukkan suasana dan aktifitas dari proses pengisian assesment, lokakarya penyusunan naskah, latihan dan pementasan.
[/et_pb_text][/et_pb_column][/et_pb_row][/et_pb_section]
ความคิดเห็น