top of page

Rina Marwati, Volunteer Pemberdayaan Keluarga Pekerja Migran Dari Pulau Seribu Masjid

adbmi.org – Rina Marwati, siapa yang tidak mengenal perempuan yang satu ini. Namanya sudah membekas di hati masyarakat. Terutama anak – anak dan kaula muda.

Ia adalah satu dari perempuan Sasak yang luar biasa. Ia adalah salah satu lambang dari hebatnya perempuan Sasak masa kini. Kecerdasan dan kebaikan budi pekerti diimplementasikan dalam kehidupannya setiap harinya.

Seorang ibu rumah tangga muda, meskipun sudah berkeluarga, kepedulian terhadap sesama tak pernah luntur termakan kesibukannya mengurus rumah dan suami.

Ia adalah salah satu volunteer pemberdayaan keluarga pekerja migran Indonesia. Ia tergabung dalam Lembaga Sosial Desa Wanasaba sejak beberapa tahun yang lalu.

Lama menimba ilmu di tanah Dewata tidak membuatnya luntur sebagai muslimah, setiap hari juga mengajar. Ia membuat sebuah rumah literasi di tengah pemukiman di dusun Beak Daya desa Wanasaba kecamatan Wanasaba kabupaten Lombok Timur.

Rumah literasi tersebut ia sebut Bale Baca Hasanah yang selanjutnya di singkat BBH.

Di BBH, ia adalah pendobrak, pendorong sekaligus guru bagi puluhan anak – anak yang haus akan ilmu. Termasuk anak – anak pekerja migran Indonesia.

Melalui BBH dan LSD Wanasaba, kedekatannya dengan masyarakat tak berjarak. Bahkan serupa urat Nadi. Dekat sekali.

Ia mengorbankan waktu, tenaga dan bahkan biaya demi sebuah harapan akan kehidupan anak – anak yang harus mendapatkan pendidikan yang layak.

*****

Pulau seribu masjid tidak kekurangan perempuan yang cantik. Namun kita masih butuh perempuan yang peduli dan tergerak hatinya untuk melakuhkan sebuah perubahan.

Pulau seribu masjid sangat melegenda. Bahkan legenda tanah Sasak ini lebih banyak di kenal karena kehebatan perempuannya. Bagaimana cerita Putri Mandalika dari selatan. Kita juga masih ingat bagaimana cerita Putri Rinjani dari Utara.

Mereka adalah cerita yang lahir dari masyarakat. Yang terbentuk dari akar rumput. Hidup dan menghidupkan kehidupan sehingga terlihat lebih berwarna.

*****

Keluarga Pekerja Migran Asal Tanah Lombok Masih Butuh Sentuhan

Tidak salah jika penulis mengatakan bahwa Pulau Lombok dibangun dari keringat para pekerja migran Indonesia. Pasalnya banyak sekali warga Lombok yang merantau ke luar negeri untuk membangun mimpi keluarga.

Di daerah asal, rumah megah di bangun dari hasil kerja – kerja menjadi buruh di negeri nan jauh di sana.

Anak – anak bisa mendapatkan sekolah yang layak karena ada salah satu dan bahkan lebih keluarga mereka yang merantau dan menjadi pekerja migran Indonesia.

Siapa sangka, tanah yang dibangun dari keringat dingin para pekerja migran Indonesia tersebut, masih belum mendapatkan perhatian yang layak. Keluarga pekerja migran masih butuh sentuhan.

0 tampilan0 komentar

Kommentare

Mit 0 von 5 Sternen bewertet.
Noch keine Ratings

Rating hinzufügen
bottom of page