top of page

Ribuan Keluarga Pekerja Migran Telah Diberdayakan ADBMI dan AWO International Untuk Pengelolaan Remi

adbmi.org – Ribuan keluarga Pekerja Migran telah diberdayakan ADBMI dan AWO International untuk mengelola remitansi dan mendorong terbukanya lapangan kerja baru.

Yayasan Advokasi Buruh Migran Indonesia (ADBMI) bekerja sama dengan AWO International lakukan pelatihan manejemen ekonomi rumah tangga dan usaha mikro kepada ribuan purna pekerja migrant beserta keluarga. ADBMI dan AWO International mendorong agar supaya PMI bisa mengelola remitansi dan bisa membuat lapangan kerja baru dengan membuat usaha.

Khusus edukasi pengelolaan keuangan dan usaha mikro ini sudah sejak 2022 yang lalu dilakukan oleh Lembaga Sosial Desa di lima desa program ADBMI.

Sedikit informasi bahwa ADBMI dan AWO International sudah bekerja sama dalam advokasi dan pemberdayaan komunitas PMI di Lombok Timur sejak 2018 silam. Program ini menyasar lima desa di Lombok Timur yang menjadi basis PMI seperti desa Wanasaba kecamatan Wanasaba. Desa Pringgasela Timur kecamatan Pringgasela, desa Anjani kecamatan Suralaga.

Adapun dua desa selanjutnya adalah desa Suradadi kecamatan Sikur dan Desa Ketapang Raya Kecamatan Keruak kabupaten Lombok Timur.

Dengan mendorong keluarga PMI mengelola remitansi atau gaji dengan cara membuat usaha bisa menumbuhkan perekonomian masyarakat sekitar. Di samping itu pula bisa membuat lapangan kerja baru yang bisa berdampak baik bagi masyarakat sekitar.

*****

Membangun Kekuatan Ekonomi Negara Dari Tataran Paling Dasar

Ribuan Keluarga Pekerja Migran Telah Diberdayakan ADBMI dan AWO International Untuk Pengelolaan Remitansi

Photo Istimewa: Zan Hasni merupakan salah satu peserta saat mengikuti pelatihan MERT tahap 6 di Tebaban Saung, Desa Anjani (26/5/2023).


Zan Hasni (35), salah satu peserta pelatihan manejemen ekonomi rumah tangga dan usaha mikro yang diselenggarakan oleh Lembaga Sosial Desa Anjani Kecamatan Suralaga. Ia mengikuti pelatihan MERT tahap 6 selama tiga hari sejak 24 – 26 Mei 2023 kemarin di dusun Banjar Manis Selatan Desa Anjani.

Ia merupakan salah satu purna pekerja migrant Indonesia di desa Anjani. Ia telah merantau selama 12 tahun ke Arab Saudi sebagai pekerja rumah tangga di Riyadh.

Perempuan yang kesehariannya membuat jajanan basah dan kering sebagai usahanya ini memilih merantau karena factor ekonomi. Alasan kebanyakan para PMI merantau ke luar negeri sampai saat ini.

Sejak tahun 2016 yang lalu, ia sudah memulai usahanya tersebut. Namun masih kecil – kecilan. Bahkan, ia sempat meninggalkan usahanya tersebut karena alasan modal yang masih kurang. Ia memilih merantau kembali ke Arab Saudi.

Saat mengikuti pelatihan MERT tahap 6, ia bercerita kemampuannya membuat jajanan sudah ia dapatkan karena pengalaman merantau, sebab ia memilih bekerja di sektor rumah tangga yang menuntunnya agar bisa segala hal. Termasuk membuat jajanan local dan juga roti khas timur tengah.

“apapun yang di pesan, insya allah saya bisa usahakan,” terang Zan Hasni saat sesi pelatihan 26 Mei 2023 lalu.

Jika lupa resep makanan yang di pesan, ia tak jarang membuka Youtube atupun Google untuk mengembalikan ingatannya tentang resep roti yang dipesan pelanggan.

Di samping itu, ia mengaku belum terlalu memperhatikan bagaimana cara pengelolaan keuangan. Ia belum membedakan kebutuhan usaha dan rumah tangga. Alhasil, ketika ada kebutuhan rumah tangga yang tak terpenuhi, ia mengambil biaya usaha untuk digunakan. Perlahan modal yang digunakan akan habis.

Kebiasaan sepeti ini tak jarang membawa malapetaka bagi para pelaku usaha. Terlebih bagi Zan Hasni yang masih kekurangan modal usaha untuk memperbesar usahanya.

Kebiasaan seperti ini akan berimbas pada jalannya usaha. Ini yang membuat para keluarga pekerja migrant menerbitkan paspor lagi setelah habis modal.

Ribuan Keluarga Pekerja Migran Telah Diberdayakan ADBMI dan AWO International Untuk Pengelolaan Remitansi

Photo Istimewa : Ribuan Keluarga Pekerja Migran Telah Diberdayakan ADBMI dan AWO International Untuk Pengelolaan Remitansi. Pelatihan MERT tahap 6, (26/5/2023).


Yayasan ADBMI dan AWO International telah berkomitmen sejak awal program akan memberdayakan para keluarga PMI. Salah satunya dengan literasi keuangan rumah tangga dan mendorong mereka mengembangkan usahanya agar bisa lebih besar dan berdampak bagi masyarakat sekitar.

Membangun ekonomi negara tidak bisa dari atas ke bawah, Up to bottom, namun harus dari bawah ke atas, bottom up. Dengan demikian, ketahanan ekonomi negara bisa bertahan meskipun situasi global sangat sulit. Dasarnya sudah kuat terbentuk.

Terbangunnya kekuatan ekonomi dari tataran paling dasar, tataran keluarga bisa berdampak signifikan bagi ketahanan ekonomi negara. Dengan terbentuknya usaha mikro kecil di tataran bawah bisa menumbuhkan iklim ekonomi yang baik. Tentunya juga, perlu keterlibatan negara dalam hal ini.

Negara berperan besar mengkondisikan iklim ekonomi yang baik bagi para pelaku UMKM di tataran bawah. Sumber modal yang menjadi permasalahan besar bagi para pelaku usaha setidaknya bisa disiapkan oleh negara.

Terlebih iklim ekonomi global pasca pandemic covid 19 masih belum stabil, meskipun beberapa tahun belakangan ini perlahan mulai pulih.

Covid 19 berdampak signifikan bagi para pelaku usaha. Terlebih bagi para pekerja migrant Indonesia beserta keluarga. Mereka tidak bisa bekerja. Tidak bisa mengirimkan gaji karena situasi yang belum stabil.

Maka untuk menggeliatkan ekonomi negara, penting sekali adanya inisiatif sendiri bagi masyarakat untuk menjalankan usaha. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi di setiap daerah bahkan di setiap negara akan berangsur – angsur pulih.

0 tampilan0 komentar

コメント

5つ星のうち0と評価されています。
まだ評価がありません

評価を追加
bottom of page