top of page

Refleksi Pembelajaran Advokasi Pengurangan Risiko Bencana

adbmiBencana bisa datang kapan saja dan dimana saja, kita tidak bisa memprediksikan kapan akan terjadi bencana. Pada zaman dahulu masyarakat di pegunungan mengantisipasi letusan gunung berapi dengan melihat aktivitas hewan–hewan yang mulai menuruni gunung.

Dipesisir Pantai nelayan mengetahui Tsunami dengan melihat Air Laut yang sururt secara tiba – tiba. Dari pengalaman kebencanaan tersebut kita secara tidak sadar mengantisipasi terjadinya bencana. Selain 2 bencana tersebut masih ada bencana alam yang memberikan dampak korban yang banyak dan kerusakan yang besar, Gempa  Bumi.

Gempa Bumi adalah bencana alam yang terjadi akibbat gesekan lempeng bumi yang aktif. Gempa Bumi memiliki 4 jenis yaitu Gempa Tektonik, Gempa Vulkanik, Gempa Ekstraterestial dan Gempa Faktor Lainya. Hingga saat ini belum ada alat buatan manusia yang mampu memprediksi datangnya gempa. 


Lalu apa yang harus diperbuat jika manusia tidak dapat memprediksi datangnya bencana? Pengurangan resiko bencana saat ini penting untuk kita pelajari bersama agar kita mampu mengantisipasi bencana yang menimbulkan korban jiwa yang besar. YSI (Yayasan Sheep Indonesia) Bersama dengan beberapa NGO lain melakukan kerja sama dalam pengurangan resiko bencana di Lombok Utara dan Lombok Timur. 

Pemilihan Lombok Timur dan Lombok Utara sebab 2 kabupaten ini yang paling beresiko dengan bencana alam karena adanya gunung berapi aktif yang bisa menyebabkan gempa vulkanik ataupun gunung meletus. Bisa di katakan beberapa kawasan di Lombok Timur dan Lombok Utara masih sangat terisolir terhadap akses informasi dan bantuan dari pemerintahan.  Pertemuan Refleksi Pembelajaran Advokasi PRB yang digagas oleh YSI yang mengundang ADBMI, YLKMP, dan AJI. Dipertemuan yang berlangsung selama 2 hari itu mengevaluasi kinerja advokasi kita dalam 3 ruang lingkup

  1. Regulasi Mendorong pemerintah menguarkan kebijakan dalam penanggulangan resiko bencana berdasarkan rekomondasi atau situasi yang terjadi di lapangan. Banyak regulasi/kebijakan yang memang sudah di keluarkan namun masih pelaksaannya belum maksimal.

  2. Implementasi/Tata Laksana Monitoring kebijakann sangat penting di lakukan untuk melihat sejauh mana kebijakan ini berlangsunng Peran Media sebagai Lembaga publikasi sangat berpengaeruh dalam proses monitoring

  3. Kesadaran Kritis Masyarakat Membangun kesadaran kritis masyarakat menjadi kunci agar masyarakat mampu menuntutu hak-haknya untuk terpenuhi sebagai warga negara. Kesadaran Kritis Masyarakat ini dapat mengubah perspektif dan kebijakan yang akan diluncurkan oleh pemerintah.

ADBMI begerak dalam lingkup membangun kesadaran kritis masyarakat. ADBMI yang mengadvokasi Pringgasela Timur sebagai desa rawan bencana karena banyaknya tambang Galian C. Pembangunan Kritis Masyarakat di Pringgasela Timur dis rasa cukup berhasil di buktikan dengan pemuda/I Pringgasela yang sudah mampu mengadvokasi kebijakan tentang kebaradaan tambang.

Selain itu Pemerintah desa Pringgasela Timur mengkampanyekan tentang penanaman pohon durian sebagai upaya pencegahan pembangunan tambang dan memperbaiki alam di Pringgasela Timur. Dari Refleksi yang telah memberikan dampak positif  di 3 ruang lingkup ini,  YSI menginisiasi pembuatan buku Lesson Learned agar menjadi pembelajaran bagi masyarakat luas dalam pengurangan resiko bencana.

Selain itu bagi pemerintah buku ini bisa menjadi pelajaran untuk pembuatan kebijakan dalam pengurangan resiko bencana baik sebelum dan sesudah bencana.

0 tampilan0 komentar

Kommentare

Mit 0 von 5 Sternen bewertet.
Noch keine Ratings

Rating hinzufügen
bottom of page