top of page

Perjuangan Buruh Terasi: Mengolah Rasa Demi Ekonomi Keluarga

Dari sudut-sudut pesisir Selatan Pulau Lombok, ketika matahari masih setengah terbit, aroma khas terasi sudah mulai tercium dari rumah-rumah sederhana yang berjejer di sepanjang pantai.

Di sana, para buruh terasi, yang sebagian besar adalah orang tua, mulai bekerja sejak pagi buta. Mereka mengolah udang rebon yang menjadi bahan dasar terasi dengan penuh telaten. Bagi mereka, terasi bukan sekadar produk pangan, ini adalah harapan dan masa depan anak-anak mereka.
Poto Istimewa : ADBMI Foundation

adbmi.org - Salah satu buruh terasi, Pa'ah (53), telah menggeluti pekerjaan ini bertahun - tahun. Dari hasilnya menjadi buruh terasi, ia bisa membiayai pendidikan anaknya serta memenuhi kebutuhan keluarga. 


Setiap hari, Pa'ah menghabiskan berjam-jam mengupas, mencuci, menumbuk, dan menjemur udang rebon sebelum akhirnya terasi siap dijual ke pasar. Pendapatan yang diperolehnya mungkin tidak seberapa, tetapi baginya, setiap rupiah adalah langkah menuju masa depan yang lebih cerah bagi anak-anaknya.


"Sejak kecil, saya tahu betul bagaimana kerasnya hidup masyarakat pesisir. Terlebih sekarang menjadi buruh Terasi," kata Pa'ah saat pelatihan packaging terasi yang dilakukan di desa Jerowaru Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur oleh BP3MI NTB. 

Poto Istimewa : Pa'ah salah satu buruh terasi asal Desa Jerowaru Kecamatan Jerowaru, (ADBMI Foundation).

"Saya ingin anak-anak saya lebih baik dari Saya. Saya ingin mereka sekolah setinggi mungkin, punya pekerjaan yang lebih baik, dan bisa mengubah nasib keluarga kami."


Namun, perjuangan Pa'ah dan buruh terasi lainnya bukanlah hal yang mudah. Harga terasi yang fluktuatif, ditambah dengan biaya hidup yang terus meningkat, sering kali menjadi tantangan berat.


Tidak jarang, mereka harus berhutang untuk membayar biaya sekolah atau membeli perlengkapan belajar anak-anak mereka. Meski demikian, semangat Pa'ah dan rekan-rekannya tidak pernah surut.


Untuk mendampingi UKM terasi di desa Jerowaru agar bisa lebih baik lagi secara pengemasan dan pemasaran, beberapa kali pemerintah maupun NGo mendampingi dengan memberikan pelatihan. 


Program-program ini menjadi angin segar bagi keluarga-keluarga seperti Pa'ah , yang sangat berharap anak-anak mereka dapat terus melanjutkan pendidikan meskipun dari hasil berjualan dan menjadi buruh terasi. 


Para buruh terasi juga berupaya untuk meningkatkan keterampilan mereka agar dapat menghasilkan terasi yang berkualitas lebih baik dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Dengan mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh BP3MI NTB ini, mereka belajar cara-cara modern untuk mengolah terasi, pengemasan terasi, manajemen keuangan, dan strategi pemasaran yang lebih efektif.


"Bagi kami, pendidikan anak adalah yang utama," ujar Pa'ah dengan tegas. 


"Kalau anak-anak bisa sekolah tinggi, mereka bisa punya masa depan yang lebih baik."


Perjuangan para buruh terasi seperti Pa'ah menunjukkan betapa besar pengorbanan yang mereka lakukan demi masa depan anak-anak mereka. 


Meski berada di bawah bayang-bayang kesulitan ekonomi, mereka terus berjuang, mengolah rasa demi masa depan yang lebih cerah. Harapan mereka sederhana, namun sangat berarti: melihat anak-anak mereka meraih pendidikan yang layak dan keluar dari lingkaran kemiskinan yang telah lama membelenggu keluarga mereka.


Tidak Bisa Kembali Merantau

Poto Istimewa : ADBMI Foundation

Pa'ah juga termasuk mantan pekerja migran Indonesia. Ia pernah merantau ke luar negeri dengan tujuan Malaysia. Selain itu juga, ia termasuk keluarga pekerja migran Indonesia.


Pa'ah sudah tidak mau kembali merantau menjadi pekerja migran. Selain sudah tua, ia ingin menghabiskan masa hidupnya dekat dengan keluarga.


Pa'ah adalah satu dari sekian banyak keluarga PMI yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Sementara itu, setengah dari kehidupannya digunakan untuk merantau dan bekerja.


Permasalah seperti ini bukanlah hal baru. Selain gaji yang rendah, tak jarang juga tidak bisa mengelola keuangan rumah tangga. Sehingga, setelah pulang tidak ada pilihan lain selain kembali merantau sampai tua.

54 tampilan0 komentar

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page