top of page

Perempuan Harus Songel, Linda Menang Mastery Pijar Indonesia Challenge

Perempuan memang seyogyanya harus songel. Songel di sini bermakna positif. Mereka harus banyak tau, ingin tau banyak dan tentunya berbuat untuk orang banyak.

Perempuan memang harus songel sehingga tidak dipandang sebelah mata. Mereka harus berani mengambil resiko, menantang kemustahilan dan bahkan menerobos budaya patriarki yang membatasi ruang gerak perempuan.

Jika mengutip puisi para pujangga, “Wanita itu ibunda manusia. Sedangkan lelaki adalah bapak kehidupan.”

Maka sudah sepatutnya perempuan harus songel. Suara boleh cerewet, namun hati haruslah lembut. karena di dalam hati yang lembut, ada kepedulian yang mendalam.

Perempuan Harus Songel

Photo : Linda Alfiani, Perempuan Harus Songel (@Linda_alfi29)


adbmi.org Linda Alfiani kini sedang duduk di bangku perkuliahan disalah satu kampus swasta di kabupaten Lombok Timur dengan mengambil jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Ia merupakan perempuan kelahiran desa Pringgasela Timur pemekaran dari desa Pringgasela kecamatan Pringgasela kabupaten Lombok Timur 21 tahun yang lalu.

Dari pengalamannya, ia bisa membaca potensi desa. Apalagi desa Pringgasela Timur terkenal dengan kain tenun yang di buat oleh para perempuan di desanya.

Hampir di setiap rumah warga selalu ada mesin manual yang digunakan untuk membuat kain tenun. Keindahannya pun tak teragukan lagi.

Linda membaca potensi desa memang sudah sejak lama. Terlebih ia juga aktif di Lembaga Sosial Desa Pringgasela Timur. Sebuah lembaga sosial yang fokus pada isu sosial dan bagaimana cara penanggulangannya.

“Saya bermimpi kedepannya kain tenun hasil karya masyarakat bisa di pasarkan secara luas melalui jejaring media sosial,” terang Linda Alfiani, (10/11).

Ia bahkan membuat sosial media khusus untuk pemasaran hasil karya masyarakat. Mulai dari membuat pans Facebook sampai dengan WhatsApp bisnis. Itu semua ia pelajari dari pelatihan di jejaring media sosial. Hanya bermodalkan kuota dan rasa songel.

Ia adalah satu dari sedikitnya perempuan yang berani membuat gerakan. Dari langkahnya ini, ia berharap bisa memberikan dampak bagi masyarakat.

Photo : Kain tenun yang terbuat dari alat tenun manual, desa Pringgasela Timur.Perempuan Harus Songel

Photo : Kain tenun yang terbuat dari alat tenun manual, desa Pringgasela Timur. Perempuan Harus Songel


“Semoga ini menjadi jariah untuk kita bersama, karena ini untuk keberlangsungan pasar masyarakat yang menjajakan kain tenunnya,” terang perempuan yang akrabnya di sapa Linda tersebut.

Baru – baru ini ia mendapatkan penghargaan dari Pijar Indonesia karena kreatifitasnya dan rasa ingin terus belajar yang ada pada dirinya.

Ini sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada para Champions lokal yang memberikan dampak kepada masyarakat yang sejengkal lebih dekat dari mereka.

Belajar Dari Linda Alfiani

Apa yang dialami oleh Kak Linda bisa dijadikan motivasi bagi kaum “Z” saat ini, terlebih lagi bagi kaum Z yang berada di tingkat desa. Tidak ada batasan apapun untuk berkarya dan berinovasi, tentu harus dibarengi dengan semangat dan kinerja yang cemerlang.

Dalam hal ini Kak Linda juga tidak langsung bisa instan memperoleh prestasinya seperti sekarang ini, ia sendiri ikut tergabung dalam organisasi peduli PMI yang di sebut LSD (sudah disebutkan di atas), mengikuti berbagai pelatihan dan diantaranya diselenggarakan oleh ADBMI Foundation.

Belum lagi Kak Linda sedang berkuliah di salah satu Universitas di Kabupaten Lombok Timur dan sekarang sudah mencapai semester 5. Jadi tidak gampang untuk bisa mencapai prestasi yang sekarang ini. Pemuda khususnya perempuan harusnya bisa menjadikan Kak Linda sebagai role model dalam berkarya dan prestasi untuk memicu inovasi.

0 tampilan0 komentar

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page