top of page

Pekerja Migran Indonesia, Pahlawan Yang Di Gadai Negara

Tak semua orang bisa merayakan peringatan hari besar nasional, Hari Pahlawan. Tertanggal 10 November setiap tahunnya di juluki hari pahlawan. Bukan tanpa sebab, Pahlawan tentu berjasa bagi suatu bangsa dan termasuk bangsa Indonesia.

Merekalah roda penggerak kemerdekaan. Merekalah lokomotif kedaulatan negara sehingga diakui di kancah dunia.

Kini pahlawan diartikan secara umum. Bahkan dibagi perbidang – bidang. Ada yang berjuang memperjuangkan hak – hak para petani, buruh, nelayan dan bahkan ada juga yang menggadai nyawanya demi sebuah kehormatan negara. Mereka yang berada di perbatasan, bukan di perkotaan.

Di bidang pertanian, para pahlawan bukan hanya menanam dan memanen. Namun mereka juga memperjuangkan kelayakan harga pupuk, memaksimalkan adanya pupuk subsidi dan bahkan mengedukasi masyarakat terkait dengan bahaya pupuk yang semakin merusak dan mengikis emisi karbon.

Di laut, para pahlawan memperjuangkan hak – hak nelayan. Mereka menyuarakan terkait dengan penghentian reklamasi dan bahkan menghentikan pertambangan dasar laut.

Mereka bak manusia yang tak pernah tidur. Tidak tidur sebelum permasalahan sosial yang ada di sekitar mereka terselesaikan.

Pekerja Migran Indonesia, Pahlawan Yang Di Gadai Negara

Pekerja Migran Indonesia, Pahlawan Yang Di Gadai Negara


Pekerja Migran Indonesia, Pahlawan Yang Di Gadai Negara

adbmi.org – Yuni Rizkawati masih ingat apa yang dihadapi saat proses pemberangkatannya dari Abu Dhabi menuju Suriah. Ia di tampung di tempat yang tak semestinya. Makan seadanya dengan tanpa pemasukan karena belum bekerja.

Yuni Rizkawati meninggalkan satu orang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Keputusannya menjadi pekerja migran karena alasan ekonomi yang belum kuat.

Ia merupakan salah satu warga desa Anjani kecamatan Suralaga yang memilih merantau ke Abu Dhabi namun di lempar ke Suriah, negara yang penuh dengan konflik internal.

Ada pula Siti Linda Ekayanti, salah satu warga yang pernah diperjuangkan oleh Lembaga Sosial Desa Anjani dan yayasan Advokasi Buruh Migran Indonesia.

Siti Linda Ekayanti datang ke Arab Saudi tanpa penyakit, namun pulang membawa rasa sakit. Justru gaji tak ia bawa pulang.

Kepulangannya membuat penduduk sekitar tertegun. Bahkan pemerintah daerah kabupaten Lombok Timur juga gemetaran.

Siti Linda pergi tanpa dokumen yang resmi. Ia adalah korban Tindak Pidana Perdagangan Orang yang di perjuangkan oleh ADBMI melalui organisasi komunitas yang ada di setiap desa.

Mereka adalah contoh pekerja migran Indonesia yang mengalami kekerasan di negara penempatan. Perjanjian dengan agen pemberangkatan tidak sesuai dengan apa yang di alami oleh pekerja migran.

Mereka adalah pahlawan yang digadai pemerintah untuk mendapatkan devisa negara. Devisa yang menyumbang 7 persen dari pendapatan secara keseluruhan negara kita. Namun sayangnya, perlindungan bagi mereka para pekerja migran masih belum masih. Justru masih setengah hati.

Padahal, para pekerja migran menyumbang pembangunan desa yang sudah cukup baik. Bahkan pembangunan di desa sangat cepat karena adanya andil dari pekerja migran.

Namun kita tidak bisa menutup mata. Ada halaman belakang yang tak terbaca dari banyaknya uang kiriman dari keluarga yang ada di negara rantauan.

Anak – anak para PMI banyak yang putus sekolah, ada di antara mereka belum memiliki rumah dan ekonomi yang belum kuat dan mapan.

Para pekerja migran juga banyak yang tidak tamat SMA. Imbasnya negara nenggadai mereka menjadi Buruh, bukan mengirim profesor.

Negara Menggadai mereka tanpa memperhatikan keluarga mereka secara maksimal. Padahal mereka adalah pahlawan devisa negara, tidak diberikan label namun memberikan kontribusi yang besar. Mereka ada di setiap negara, jumlahnya berjuta – juta.

Dari kiriman mereka, roda ekonomi pedesaan semakin melaju kencang. Dari devisa negara, pemerintah bisa membangun jalan, ibu kota baru dan bahkan pembangunan infrastruktur lainnya.

Sudah seyogyanya para pekerja migran di maksimalkan perlindungannya. Mulai dari pra penempatan sampai dengan pasca penempatan. Selain itu juga, perlu peningkatan kapasitas keluarga PMI yang di tinggalkan merantau sehingga mereka bisa mengelola uang kiriman dari keluarga yang ada di negara penempatan.

0 tampilan0 komentar

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page