top of page

Musim Kemarau Panjang, Berkah Untuk Petani Garam

Adbmi.org – Sulistiana akhirnya bernafas lega, musim kemarau yang panjang menjadi berkah untuknya dan keluarga. Berkah ini juga dirasakan hampir semua warga yang mengabdikan dirinya sebagai petani garam yang ada di desa Ketapang Raya.

Sulistiana merupakan warga desa Ketapang Raya kecamatan Kruak kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Ia adalah salah satu dari banyaknya warga desa Ketapang Raya yang menjadi petani garam.

Bersama keluarganya, Sulistiana memanfaatkan musim kemarau ini dengan memproduksi garam halus. Garam ini nantinya dijual demi memenuhi kehidupannya bersama sang anak yang baru berusia 4 tahun.

Sembari mengurus anak yang masih kecil, Sulistiana juga tetap bekerja memproduksi garam.

Photo Istimewa : proses pembakaran kayu pembuatan garam halus.

Photo Istimewa : proses pembakaran kayu pembuatan garam halus.


Sementara sang suami, Okta Ali Hamzah, kini masih berada di negeri Jiran Malaysia menjadi pekerja migran Indonesia.

Demi untuk mewujudkan harapannya memiliki rumah dan memberikan kecukupan untuk keluarga, sudah setahun lebih Okta Ali Hamzah mengadu nasib menjadi PMI dan bekerja pada sektor perkebunan kelapa sawit.

“Insyaallah jika dimudahkan, rencananya kami akan membuat rumah,” terang Sulistiana.

***** Bertumpu Pada Hasil Panen Garam

Photo Istimewa : Sulistiana saat dikunjungi oleh dewan juri dalam lomba keluarga migran teladan yang diselenggarakan oleh ADBMI dan AWO International.

Photo Istimewa : Sulistiana saat dikunjungi oleh dewan juri dalam lomba keluarga migran teladan yang diselenggarakan oleh ADBMI dan AWO International.


Beruntungnya Sulis tahun ini kemarau panjang. Ia bisa memanen garam dan menjualnya ke pengepul dengan jumlah yang banyak.

Setiap hari, ia bisa memproduksi sampai tiga karung beras garam halus.

“Asal kuat di depan tungku api dengan cuaca yang panas ini,” terang Sulistiana kepada Kanit UPTD PPA Lombok Timur saat penilaian lomba keluarga migran teladan di desa Ketapang Raya pada Selasa, 24 Oktober kemarin.

Perkarungnya, ia bisa jual dengan harga sampai tiga ratus ribu. Uang itu nanti ia putar untuk membeli kebutuhan untuk produksi lagi.

Kebutuhan yang paling banyak tentunya kayu bakar dan beberapa kebutuhan lainnya. Sisanya untuk kebutuhan rumah tangga dan untuk di simpan.

Sulistiana mulai fokus menjalankan usaha garam halus sejak 2018, setelah ia menikah dengan Okta Ali Hamzah. Ia dimandatkan untuk melanjutkan usaha keluarga yang sudah turun temurun.

“Setelah menikah, pada 2018 lalu kami langsung mencoba peruntungan melanjutkan usaha keluarga,” terang Sulis akrabnya.

Tanpa diajarkan, Sulistiana sudah mahir dan tau bagaimana proses membuat garam halus. Wajar, sejak kecil ia hidup dengan hasil garam yang dijadikan sumber pendapatan keluarganya.

***** Pengalaman Mengikuti Pelatihan MERT Di Desa

Photo Istimewa : lokasi produksi garam milik Sulistiana yang terletak di desa Ketapang Raya kecamatan Kruak kabupaten Lombok Timur.

Photo Istimewa : lokasi produksi garam milik Sulistiana yang terletak di desa Ketapang Raya kecamatan Kruak kabupaten Lombok Timur.


Melalui pengalamannya mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Yayasan Advokasi Buruh Migran Indonesia, sedikit tidak ada pengetahuannya tentang ekonomi rumah tangga.

Melalui pelatihan Manejemen Ekonomi Rumah Tangga dan Usaha Mikro yang dijalankan oleh Lembaga Sosial Desa Ketapang Raya di desa Ketapang Raya, Sulistiana bisa mengelola keuangan dengan baik.

Ia kini memiliki pencatatan uang keluar masuk dan bisa membedakan kebutuhan dan keinginan. Terlebih, ia kini bisa menyisihkan keuangan usaha dan uang rumah tangga.

“Ada pencatatan yang jelas setelah ikut pelatihan di kantor desa,” terang ibu satu anak tersebut.

Ia termasuk salah satu dari sepuluh peserta keluarga migran yang mengikuti lomba keluarga migran teladan asal desa Ketapang Raya kecamatan Kruak kabupaten Lombok Timur. Ia termasuk satu – satunya pengusaha garam halus yang terlibat dalam lomba yang dinilai langsung oleh beberapa dewan juri.

Photo Istimewa : Sulistiana saat menunjukan salinan dokumen migrasi yang dimiliki sang suami.

Photo Istimewa : Sulistiana saat menunjukan salinan dokumen migrasi yang dimiliki sang suami.


Dengan seringnya terlibat kegiatan yang dijalankan oleh LSD Ketapang Raya, ia juga bisa memiliki kesadaran untuk menyimpan salinan dokumen migrasi sang suami.

Salinan dokumen berupa paspor, surat izin Keluarga yang dibuat di kantor desa serta beberapa dokumen lainnya ia simpan dalam satu map.

“Itu yang dikasitau sama LSD, dokumennya harus di simpan Poto copynya,” tandas Sulistiana.

0 tampilan0 komentar

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page