top of page

Menjual Aset Untuk Menambah Aset

Adbmi.org – Tak jarang warga masyarakat yang merantau dengan cara menjual aset untuk mendapatkan aset. Seperti halnya Juma’iah.

Sungguh luar biasa pengorbanan dari Juma’iah , perempuan 55 tahun tersebut membiayai keberangkatan anaknya untuk mengadu nasib menjadi pekerja migran dengan cara menjual kendaraan berupa sepeda motor.

Ia merasa pengorbanannya tersebut tidak sia-sia, hasilnya pun sudah ia rasakan. Jerih payah sang anak, Abdul Ghani, untuk mengais rezeki di negeri seberang mampu diwujudkan dalam bentuk rumah dan juga membantu biaya adik – adiknya untuk menuntaskan pendidikannya.

Abdul Gani sendiri merupakan anak dari Juma’iah perempuan asli Desa Anjani Kecamatan suralaga Kabupaten Lombok Timur. Iya adalah anak kedua dari mukminah.

Abdul Gani kini sudah hampir 3 tahun berada di malaysia menjadi pekerja migran pada sektor perkebunan. Dari hasilnya tersebut ia bisa membangun rumah, memenuhi kebutuhan keluarga, membiayai pengobatan sang ayah, dan juga menuntaskan pendidikan adik-adiknya.

***** Di pelataran rumahnya, Juma’iah banyak bercerita tentang keadaannya hari ini. Iya bercerita pada saat di data oleh pengurus lembaga sosial desa Anjani. Pendataan tersebut dilakukan oleh LSD Anjani setiap 3 tahun sekali dengan tujuan untuk mendata pekerja migran Indonesia yang ada di desa Anjani.

Juma’iah banyak bercerita tentang kehidupannya setiap hari yang hanya mengandalkan panggilan dari tetangga untuk menjadi buruh. Di samping itu ia juga banyak bercerita tentang Abdul Gani anak lelakinya yang kini ada di Malaysia.

Saat ditemui di rumahnya di Dusun Banjar Manis Selatan Desa Anjani Kecamatan Suralaga, Juma’iah kala itu sedang sibuk untuk menyiapkan lauk pauk seadanya untuk keluarga. Ia akan membuat sayur asem.

Juma’iah bercerita bahwa dulu ia sampai menjualkan sepeda motor satu-satunya yang dimiliki keluarga untuk membiayai keberangkatan Abdul Gani ke luar negeri. Keputusan tersebut memang berat, namun jika tidak demikian maka tidak akan ada penghasilan.

“Keputusan menjual motor itu keputusan bersama. Untuk biaya Ghani berangkat,” terang Juma’iah saat di data pengurus LSD Anjani.

Ibu paruh baya tersebut juga menjelaskan bahwa saat ini suaminya, bapak dari Abdul Gani, sedang mengalami sakit yang membuatnya tidak bisa bekerja. Dengan begitu kebutuhan keluarga juga dibebankan kepada Gani yang saat ini berada di Malaysia.

“Selain rumah, Gani juga sekarang membantu pembiayaan pengobatan bapak,” terang Juma’iah saat proses pendataan pekerja migran Indonesia tahun 203 di desa Anjani.

*****

Photo Istimewa : pendataan adbmi 2023.

Photo Istimewa : pendataan adbmi 2023.


Adalah satu Dari sekian banyaknya pemuda yang baru menamatkan pendidikan SMA kemudian memilih jalur untuk merantau. Karena kekerasan ekonomi membuatnya berani mengambil resiko untuk menjadi pekerja migran Indonesia.

Abdul Gani sendiri merupakan pemuda yang kini genap usianya 25 tahun. Usia yang cukup produktif untuk menjadi pekerja migran untuk perubahan nasib keluarga.

Pendataan Yayasan advokasi Buruh migran Indonesia (ADBMI) bekerjasama dengan AWO International, melakukan pendataan jumlah pekerja migran di 5 desa dampingan program adbmi tahun 2023. Data tersebut tetap di update setiap 3 tahun sekali.

Dari data yang dihimpun sementara, banyak pekerja migran yang tidak tamat Sekolah Dasar. Karena keterbatasan lapangan pekerjaan dan persyaratan yang tidak bisa dipenuhi, berupa pendidikan yang minimal tamat SMA, membuat mereka memilih untuk menjadi pekerja migran Indonesia.

Dari 639 responden sementara yang di data di 5 desa dampingan program adbmi dan AWO International, banyak dari mereka beralasan menjadi pekerja migran untuk membiayai kebutuhan keluarga, pendidikan keluarga, usaha dan kebutuhan papan berupa rumah yang harus dibangun.

Keinginan membangun rumah untuk sementara waktu menjadi alasan dominan masyarakat untuk menjadi pekerja migran Indonesia.

0 tampilan0 komentar

תגובות

דירוג של 0 מתוך 5 כוכבים
אין עדיין דירוגים

הוספת דירוג
bottom of page