top of page

Menjamurnya Ritel Modern Memaksa Hariani Pindah Berjualan

Ia memiiih pindah karena ada ritel modern yang berdiri megah di dekat tempat ia berjualan. Sebelumnya, Hariani tak berjualan di tempat ini. Ia terpaksa pindah lokasi sejuah seratus meter dari tempat yang sudah bertahun – tahun ia duduki. Selain itu juga, ada alasan lain yang membuat ia memilih pindah lokasi jualan.Hariani harus kembali membangun kekuatan bisnisnya kembali. Dengan hanya berjualan makanan kecil dan juga kopi serta beberapa olahan makanan yang di titip tetangganya membuat ia harus memilih untuk tetap berjualan.Di lingkungannya sendiri, sudah beberapa ritel modern berdiri. Wajar saja, ia sendiri tinggal diperkotaan yang dikelilingi oleh ritel modern. Baik Alfamart ataupun Indomart. Jaraknya tak begitu jauh. Bahkan ada disetiap jalur sepanjang jalan kota Selong- Lombok Timur.Potret Hariani adalah salah satu galeri dari keadaan masyarakat Lombok Timur yang memilih menghindar karena adanya raksasa pasar yang datang untuk berbisnis. Sementara Hariani berjualan untuk bertahan hidup. Selain itu juga untuk biaya pendidikan anaknya yang saat ini masih duduk dibangku sekolah.Beberapa masyarakat menjadikannya tumpuan. Mereka menitip dagangannya dengan cara bagi hasil. Semua itu ia lakuhkan untuk membantu masyarakat yang ada di kawasan tempat ia tinggal saat ini di Selong Lombok Timur. Harapan – harapan mereka bisa makan, menyekolahkan anak mereka sampai dengan kebutuhan dapur mereka tertumpu pada Hariani yang hanya menjadi pribumi yang berjualan di pinggir jalan di ibu kota Selong.
Menjamurnya Ritel Modern Memaksa Hariani Pindah Berjualan

Photo Istimewa : Hariani saat menggoreng pisang sembari melayani pembeli.


adbmi.orgMatahari siang itu tepat berada di atas kepala. Bayang – bayang sudah hilang karena posisi matahari siang hari yang menyengat dan juga berada di koordinat 90 derajat. Lalu lintas terlihat ramai lancar. Masyarakat ada yang pulang beristirahat, ada juga yang sedang mencari makan di pinggir jalan raya.

Udara panas ditambah dengan polusi dari asap kendaraan bermotor yang melintas melengkapi suasana siang itu. Debu – demu diterbangkan oleh roda kendaraan yang melintas. Meski ini bukan jalan utama, namun menjadi salah satu jalan tercepat untuk menuju pusat kota Selong Lombok Timur.

Siang itu, Hariani terlihat sedang sibuk menggoreng pisang untuk dijadikan salah satu barang jualannya karena pisang goring yang sedari pagi ia jual sudah habis. Berada di depan kompor dan beratapkan terpal tak bisa menghalangi panas yang dirasakan oleh Hariani.

Sesekali ia melayani pembeli sembari menggoreng jajanan tradisional yang dijajakan. Ada yang membeli nasi bungkus ditambah dengan air kemasan. Ada pula yang hanya membeli jajanan tradisional yang dititipkan kepadanya sebagai upaya membantu masyarakat.

* Berusaha Untuk Bertahan Hidup, Bukan Berbisnis *

Hariani merupakan salah satu warga di kelurahan Selong yang kesehariannya dihabiskan dengan berjualan nasi bungkus dan gorengan serta jajanan lainnya. Ia sudah berjualan bahkan sebelum ia menikah. Banyak usaha yang sudah ia jajakan sampai dengan saat ini. Ia pernah berjualan Geprek, usaha sembako sampai dengan berjualan nasi bungkus, Kopi dan juga gorengan yang dibuatnya seorang diri.

Perempuan anakan satu ini merupakan warga asli Masbagik yang kemudian menikah dan tinggal di selong. Sembari melayani pembeli, Ia banyak bercerita tentang usahanya yang sempat mati dan hamper gulung tikar.

Beberapa bulan yang lalu ia berjualan di tempat yang sangat ramai. Dengan hanya berjualan nasi dan gorengan, ia bisa meraup untung sampai ratusan ribu rupiah setiap harinya. Itu ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia juga sisakan untuk kebutuhan sekolah anaknya yang masih sekolah. Dari usaha ini, ia bisa bertahan hidup.

”sekarang saya sudah pindah dan memilih di sini karena di sana ada Alfamart,” terang Hariani sembari menunjukkan posisinya yang dulu berjualan. Kini ia harus membangun kembali usaha yang sudah menjadi tumpuan hidupnya bersama keluarga.

Alasannya tetap berjualan juga karena banyak masyarakat yang menitipkan dagangan kepadanya. Nanti keuntungan didapatkannya dari bagi hasil. Ini juga salah satu caranya agar supaya tempatnya berjualan terlihat ramai dengan barang dagangan yang beraneka ragamnya.

Sembari menggoreng pisang, hariani tiba – tiba mengungkapkan bahwa usaha ini untuk bertahan hidup, bukan untuk berbisnis dengan cara mengambil untung besar. Ia juga berharap, jika ada modal dikemudian hari ia akan memperbesar jualannya supaya semakin banyak masyarakat yang bisa menitipkan barangnya.

Menjamurnya Ritel Modern Memaksa Hariani Pindah Berjualan

Photo Istimewa : Ritel Modern berdampingan dengan pelaku usaha swasta.


* Ritel Modern Mematikan Usaha Masyarakat Lokal *

Keberadaan ritel modern seperti Alfamart dan Indomart menjadi momok menakutkakn bagi masyarakat. Tak ayal, banyak mereka yang memiliki usaha kecil kalah saing dengan pelaku usaha yang bermodal besar, sementara masyarakat yang bermodal kecil mendapatkan efek dari adanya ritel modern ini.

Keberadaan ritel modern juga sudah lama ditentang oleh masyarakat, terutama pemuda dan mahasiswa dan juga para pelaku usaha kecil. Mereka beramai – ramai menuntun agar pemerintah daerah tak lagi memberikan kebebasan akan berdirinya ritel modern yang tak semua masyarakat mendapatkan keuntungannya ini.

Ada yang menggelar audiensi sampai dengan aksi bakar ban untuk menuntut pemerintah menutup akses ritel modern. Bahkan setiap adanya tindakan demo dari masyarakat, mereka selalu menagih janji Bupati Lombok Timur pada masa pencalonan. Bupati dan wakil Bupati pernah berjanji akan membatasi ruang ritel modern di Lombok Timur. Namun setelah menjabat, ritel modern semakin menjamur di setiap desa di Lombok Timur.

Menjamurnya ritel modern tak terlepas dari peraturan pemerintah yang membuka ruang investasi di daerah Lombok Timur terutama terkait dengan ritel modern. Bahkan investasi menjadi salah satu tolok ukur kemajuan dari suatu daerah.

Namun, tentu itu menimbulkan efek domino. Masyarakat para pelaku usaha kecil, usaha kelontong, pedagang kaki lima sampai dengan para pelaku umkm akan merasa terancam dengan banyaknya berjamuran ritel modern di Lombok Timur. Apalagi sampai saat ini sudah puluhan ritel modern yang bergrilya di setiap wilayah. Bukan hanya di perkotaan, namun sampai masuk ke pedesaan.

Menjamurnya Ritel Modern Memaksa Hariani Pindah Berjualan

Photo Istimewa : Dagang pinggir jalan milik Hariani setelah pindah dari lokasi sebelumnya.


Pemerintah kabupaten Lombok Timur bukannya tinggal diam saja melihat fenomena merambaknya ritel modern. Bahkan melalui peraturan daerah Nomer 3 tahun 2019 tentang pengelolaan dan pemberdayaan pasar rakyat serta penataan pusat perbelanjaan dan toko swalalyan telah memberikan panduan yang harus ditaati oleh pengusaha ritel modern dalam melakuhkan bisnisnya di daerah ini seperti pola kemitraan dengan pelaku UMKM, Jarak serta Zonasi dan lain sebagainya.

Namun kenyataannya, jarang sekali produk hasil tangan masyarakat bisa tembus ke gerai ritel modern seperti Indomart dan Alfamart. Aturan yang terlalu tinggi sehingga masyarakat juga mengalami kesulitan dalam memenuhinya sehingga masyarakat juga merasa enggan.

Padahal, jika melihat aturan pembatasan zonasi dan juga jarak yang diberlakukan. Banyak sekali ritel modern yang tak berjarak. Bahkan jaraknya hanya puluhan meter. Bahkan kurang. Selain itu juga, ada salah satu bangunan ritel modern yang berada di pusat pasar tradisional dan menjadikan lahan dagangan masyarakat menjadi lahan parkir.

*Maksimalkan Peran Fungsi BUMDes Melalui BUMDes Mart*

Menjamurnya Ritel Modern Memaksa Hariani Pindah Berjualan

Photo Istimewa : salah satu pelaku UMKM


Hampir semua desa di Lombok Timur memiliki Badan Usaha Milik Desa atau yang akrabnya disapa BUMDes. BUMDes muncul sebagai salah satu unit untuk mendapatkan pendapatan asli desa atau PADes. Sayangnya, keberadaan BUMDes kerap kali dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan bahkan tidak dimaksimalkan peran fungsinya oleh pemerintah desa sendiri sehingga tak jarang BUMDes hanya menjadi uang simpanan desa.

Uang simpanan desa bermakna setiap desa membutuhkan anggaran, BUMDes sebagai penyuplai. Sehingga tak jarang pula BUMDes kepengurursannya berkaitan erat dengan politis. Padahal jika ditelaah lebih seksama, jika BUMDes aktif maka roda ekonomi masyarakat desa setidaknya bisa berputar. Masyarakat bisa meminjam di BUMDes untuk modal usaha, bukan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari apalagi memenuhi keinginan.

Salah satu unit usaha yang biasanya dijalankan oleh BUMDes di setiap desa rata – rata simpan pinjam. Masyarakat meminjam atau menyimpan di BUMDes dengan cara menabung. Selain itu juga, ada sedikit sekali BUMDes yang membuka unit usaha melalui BUMDes Mart. BUMDes Mart bisa menjadi penyedia barang bagi masyarakat atau penyedia barang bagi desa pada saat melakuhkan pembangunan infrastruktur ataupun ATK.

BUMDes mart juga bisa menjadi orang ke tiga, dalam artian penghubung produsen dengan konsumen. BUMDes bisa menjadi penampung barang para pelaku UMKM disetiap desa sehingga keberadaan BUMDes bukan hanya ada secara konstituen dan juga secara struktural, namun juga dirasakan dampaknya bagi masyarakat.

Tugas pemerintah daerah saat ini memaksimalkan peran fungsi BUMDes yang ada di desa. BUMDes bisa menjadi fasilitator untuk pengembangan usaha yang ada di desa. Bahkan juga, BUMDes bisa menjadi jembatan untuk menciptakan kemitraan dengan ritel modern sehingga ritel modern bukan menjadi pendatang yang kemudian meraup untung dan membawanya pergi ke laur daerah, namun juga bisa memberdayakan pelaku usaha yang ada di desa sesuai dengan amanat undang – undang.

0 tampilan0 komentar

Kommentarer

Gitt 0 av 5 stjerner.
Ingen vurderinger ennå

Legg til en vurdering
bottom of page