top of page

Managing The Lomaq Lompeng Within All It’s Derivates as The Development Asset in NTB Province

Memanfaatkan Lomak Lompeng dalam Semua Substansi Pengembangan Aset di Provinsi NTB

Oleh : Roma Hidayat |

Sejak postingan salah seorang sahabat tentang “masih marakkah praktek Sihir dan Perdukunan di NTB?” yang mengundang beragam reaksi dan argumentasi namun berujung tanpa ujung. Pointless. Oleh karena alur percakapan kita yang lateral horizontal  akhirnya membawa kita kepada titik entah, yaitu titik  tanpa koordinat, sebuah percakapan yang dalam term local di sebut bekelicung taok bengan, marak tai tengak tibu. Ber-orbitasi tanpa arah.  Dan justru, hikmahnya dalam pandangan saya ; posisi ini  telah membuka ruang yang teramat lebar bagi percakapan kritis tentang tema itu sendiri.  Ruang yang tentu lebih lebar jutaan kali dari batok kepala kita, menyintas limitasi  zonasi yang di garis oleh Selat Lombok,  lintas disiplin ilmu, lintas alam  dan bahkan diskusinya bisa jadi juga melibatkan lintas mahluk.

Robbana ma kholakta hadza bathila, Tuhan Tentu tidak akan mengjinkan praktek sihir ini dengan sia-sia bukan ?. Sama  seperti  kodok yang di benci orang karena rebut terus ketika musim penghujan. Kodok pun di buru, di musnahkan, di halalkan darah dan dagingnya oleh sebagian  orang. Dan berbondong-bondong orang  Desa Semaya begobok Lepang (beburu kodok), kodok Hilang. Nyamuk bersimaharajela. Giliran sekarang Nyamuk menjadi mahluk paling di musuhi dan di benci oleh Manusia. Adakah yang sudah tahu hikmah di balik penciptaan Nyamuk ?. Dan Sihir Bagaimana ?.

Dari Percakapan yang terjadi di Postingan sahabat kita sebelumnya dalam majelis Pesbukiyah ini. Jamaah Percakapan terbagi dua , yang menegasikan praktek sihir di NTB dan yang mengakuinya sebagai salah satu kekayaan tradisi.

Dari Sudut pandang yang sedikti berbeda. Menegasikan eksistensi Lomak Lompeng/Sihir/belian/banggruk  dan semua turunan rumpun ini  sebagai bagian dari budaya yang sudah berkembang seusia dengan usia masyarakt Sasak sendiri,  (sekali lagi) bagi saya, equivalen dengan sikap tidak menghargai local wisdom, buah kesuksesan imperialis dalam mendoktrin kita, bahwa kamoe oerang kumuh en  tidak ilmijah, primitive. Sampai kita yakin bahwa memang apa yang kita punya tidak ada yang baik dan berharga. Padahal, Masyarakat Sasak telah ribuan tahun bertahan , tumbuh berkembang melawan badai zaman bermodalkan khazanah tradisi tadi. Hal ini cukup  membuktikan kebalikan dari doktrin tadi,  bahwa apa yang kita punya (seluruhnya) sangat berharga, sukses menempatkan kita sebagai bangsa yang meskipun kecil namun tidak terlupakan dalam percaturan dunia.

Tapi saya juga bisa mafhum atas sikap kelompok yang menegasikan eksistensi Lomak lompeng, Sihir dan seluruh turunannya . Dan saya bisa menduga persis kalau basis penolakannnya adalah dua hal. Pertama, Sihir berlawan dengan aqidah/syariat Islam,  dan kedua , Sihir bukan  perkara tidak ilmiah/irrasional yang kemudian pada giliranya mengesankan kita (masyarakat NTB yang primitip ) , menjatuhkan marwah bangsa yang tengah bergulat untuk mencoba menyusup masuk dalam shap terdepan bangsa-bangsa maju ini.

Kemudian. Apakah NTB memang mashur sebagai gudang Sihir/banggruk de el el itu ?. Berangkat dari pengalaman pribadi saya yang sangat terbatas , saya jawab mungkin ada benarnya.  Jika ada yang mau bukti, silakan  ke negeri jiran Malaysia atau kalau tak sempat,  ketik kata sakti Kawin lari Budaya Lombok Di Malaysia atau kata-kata sejenis itu di Al Muqarrom Tuan Segala tahu Google. LOMBOK PHOBIA tengah berlangsung gegap gempita di negeri Jiran itu. Orang se Malaysia  heboh, dan bahkan menjadi issue politik. Beberapa anggota parlemen, organisasi sayap partai politik berebut memberikan komentar. Mendesak pemerintah, para pengusaha pemilik pabrik dan kebun  untuk segera hentikan rekruetmen tenaga kerja dari Lombok. Ape pasal ??? . Eee itu pasal sepele ahh, banyak gadis mude belia (rakyat jelata dan bahkan ada juga yang dari artis ) Malaysia kepincut , turut mat indun balik ke Lombok Untuk berkahwin.  Bahkan seorang mentor , pilitisi Senior mereka Dato’ musa Hitam pernah menalipon saya soalan itu. Beberapa anggota parlemen mereka  yang Nampak islami juga mempertanyakan hal yang sama kepada saya ketika mereka datang ke Lombok untuk Menjemput Salah  seorang warga perempuan mereka yang menurut versi mereka kena Bomoh (ilmu Guna-guna) sehingga tak sedar telah berada di Lombok. Begitu juga ketika salah seorang artis mereka, Salsabila yang menikah ke Praya. Semua mereka sandarkan sebagai hasil dari praktek bomoh. Rata-rata perempuan  Malaysia itu, memberikan kesaksian yang saya persaksikan dengn telinga dan kepala saya sendiri, bahwa mereka lebih bak pisah dengan orang tua dan pindah warga Negara dari pada di suruh  pulang ke Malaysia. Kenapa ??? Karena Orang Lombok Baik dan Loyar, suka traktir makan dan  mengajak jalan-jalan (lepak-lepak). Jadi, bukan karena Bomoh Persangkaan mereka.

Lanjut percakapan. Kita diperhadapakan pada tantangan. Sihir yang agamais . Mungkinkah ???  Ada dua kisah yang paling muncul dalam hadapan saya. Mencermati kisah Nabi Musa dalam teks Al Quran , Ia di  lengkapi mukjizat (extra ordinary thing ) untuk melawan praktek ahli Sihir Fir’au. Tapi saya belum jelas, apakah setelah mengalahkan para penyihir itu dalam kontes akbar sihir itu , setelah mengajak mereka memeluk islam, Nabi Musa  juga melakukan pelarangan praktek Sihir (karena, konon di jaman Mesir, penyihr itu sebenarnya adalah Ilmuwan yang menemukan ramuan Balsem pengawet mumi, demikian juga dengan tali-tali yang bergerak seperti ular terjadi setelah tali itu di rendam dalam ramuan khusus).  Dan Sampai kini saya belum menemukan jawabannya. Ada yang bisa membantu ???

Satunya lagi adalah Kerajaan Sulaiman (The King Of Solomon).  Raja sekaligus Nabi bangsa yahudi itu memiliki kerjaaan terbesar di bumi yang pernah terbangun dalam peradaban manusia sampai kiamat nanti. Allah SWT menggaransi bahwa tiada akan pernah ada kerajaan yang semisal apalagi melebihi kerajaan tersebut. Dan salah satu rahasia kebesarannya adalah, Nabi Sulamaiman mampu mengelola sihir , setan dan jin sebagai asset dalam membangun kerajaan itu.  Setan di suruh menyelam ke dasar laut untuk mengeluarkan harta benda berupa perhiasan yang terdapat di dasar laut.

Pernyataan saya  Nabi Sulaiman memanage Sihir sebagai asset dalam membangun Kerajaannya yang sangat besar itu di tolak oleh beberapa kawan dengan dalih ; mereka yang ada di masa Nabi Sulaiman itu (khususnya pada kasus  pemindahan Singgasana Si Cantik Balqis) adalah Orang ahli kitab beriman  yang d beri hikmah. Sederhana saya jawab , bagaiman kalau saya tidak menyebut para dukun yang praktek di NTB itu penyihir tapi Orang yang di beri Hikmah oleh Allah ??. Dan jangan lupa juga, dalam pembangunan istana, menara dan mungkin termasuk Masjidil Aqsa, Jin dan Setan juga secara terpaksa ikut menjadi kuli dalam proyek itu. Namun buka berati Nabi Sulaiman Penyihir, Allah telah jelas membantah hal itu (lihat Al Baqaroh ayat 102).

Lalu Saya mencoba mencari tahu. Ternyata Lomak Lompeng  tidak sepenuhnya tidak ilmiah. Kegiatan meramu, meracik bubus (penyakit) dan anti bubus (obatnya) adalah kegiatan yang sangat scientific. Bagaimana mereka melakukan riset dan eksperimen ; bahan –bahan/tanaman  apa saja yang diperlukan, bagaiman formula dan  pemakaiannya.  Belum lagi kekuatan mental dan fikiran yang merupakan salah satau pra syarat berlakunya sihir. Kekuatan mental dan fikirna ini yang banyak di perkembangkan menjadi ilmu SQ, EQ dan melahrkan orang kaya baru seperti Mario teguh dan semisalnya.

Jadi. Adakah jalan dan kemungkinan bagi kita untuk menjadikan tradisi Sihir/Lomak Lompeng dan turunannya sebagai asset pembangunan NTB ???

Meanwhile. Menutup Ramadhan Mubarrok di malam Ini (Senin, 29 Ramadhan). Saya sampaikan Mohon Maaf lahir Batin. Taqobballahu Minna wa Minkum ( Ucapan ini saya yang saya temukan ada rujukan dan rekomendasi dari ulama untuk di ucapkan, tapi kok sebagian kita lebih banyak   pakai minal aidin wal faidzin ??. Tanya, Kenapa ???)

0 tampilan0 komentar

Postingan Terkait

Lihat Semua

ความคิดเห็น

ได้รับ 0 เต็ม 5 ดาว
ยังไม่มีการให้คะแนน

ให้คะแนน
bottom of page