top of page

Kuda Pancor Mengejutkan Balapan Dengan Dua Gerobak

Sebentar lagi masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) akan memilih calon pemimpin selanjutnya di PILKADA (Pemilihan Kepala-Wakil Kepala Daerah). Ibarat kuda dalam lintasan pacu, siapakah yang akan menempati peringkat pertama? Apakah Kuda Pancor? Atau kuda-kuda lainnya?

Di tengah mendung, Rohmi-Firin menguak awan, mendapatkan rekomendasi PKB. Rekomendasi dari partai hijau dengan logo bumi dikelilingi 9 Naga... eh Bintang itu, mengusir awan seluruhnya, seakan langit tak pernah mendung.


Kuda Pancor Mengejutkan Balapan Dengan Dua Gerobak
ILUSTRASI: Balap kuda dikendarai calon penguasa dan partai politik (Ilustrator: Ilham Firdaus Yusuf)

adbmi.org - Saya awali dengan pertanyaan, apakah dua gerobak ini terisi penuh atau kosong..? Rohmi - Firin muncul secara mengejutkan, jelang detik-detik kritis, pasangan ini mampu menjawab gosip public akan kemampuan mereka untuk mendapatkan syarat dukungan kursi partai politik, PDIP 4 Kursi, PERINDO 3, PKB 6 Kursi (total 13 kursi).


Menariknya, kedatangan pasangan ini sepertinya diikuti oleh 2 (dua) gerobak besar pedati utama massa di NTB, yaitu NWDI & NU. Pertanyaan lanjutannya adalah apakah itu gerobak kosong atau sudah full penumpang ?.


Terlepas dari kondisi gerobak & penumpangnya. Kehadiran pasangan ini Rohmi - Firin mengingatkan kita pada kemenangan "Kuda Hitam" bernama Seabiscuit atas juara bertahan, War Admiral pada tahun 1938 di lintasan balap Pimlico Race Course, Baltimore, Maryland.


Ini adalah pacuan kuda paling legendaris & menjadi memomentum paling diingat public Paman Sam.


Koran-koran utama seluruh negeri menjadikannya headline . The New York Times menulis “Seabiscuit Defeats War Admiral in Upset Race”, lalu koran sebelah Los Angeles Times menurunkan laporan utama “Seabiscuit Shocks War Admiral in Pimlico Showdown” begitu juga Chicago Tribune dan lainnya.


Di ikuti oleh 7 ekor kuda. Rumah-rumah judi berlomba menetapkan odds & taruhan untuk Petahana, dan Johnstown, seekor kuda lain yang berprestasi di lintasan sebelum pacuan ini.


Pada Hari H, seperti dalam bayangan semua orang, Kuda War Admiral memimpin di awal perlombaan, namun pacuan kuda di lintas 2,8 KM itu tidak hanya soal ketangkasan, ada sikap mental, didukung ketepatan instruksi pelatihnya, Tom Smith & insting jitu joki Red Pollard, Seabiscuits mulai membalap di pengkolan (tingkungan) 800 meter sisa lintasan.


Sebelum menyentuh finis, maka semua kuda punya peluang menang. Kemenangan Seabiscuit dalam pacuan itu menjadi motivasi rakyat Amerika yang saat itu di pimpin Presiden Franklin D. Roosevelt Tengah mengalami himpitan resesi ekonomi; bank-bank bangkrut, penggangguran meluas, produksi menurun.


Kegigihan dan daya juang Seabiscuits mengajarkan mereka pentingnya tetap menjaga harapan & fokus tujuan.


Dibelahan bumi lainnya. Tiongkok, pada abad ke-5, saat Dinasti Han berkuasa. Setelah perang usai & dimenangkan.


Saatnya untuk pulang. Di gerbang Kota, ramai para pembesar kerajaan dan rakyat menyambut kedatangan para ksatria yang pulang dari Medan laga. Diantara Bintangnya adalah Hua Jun , para jenderal & ksatria kagum akan keberanian serta kecakapan di arena perangnya.


Lebih terkejut lagi mereka semua, ketika Hua Jun membuka penyamaran dan mengatakan dirinya sebenarnya adalah Mulan, seorang Perempuan.


Ya, Mulan sang Perempuan sengaja menyamar menjadi seorang Pria bernama Hua Jun supaya bisa berperang menggantikan Ayahnya yang sudah tua dan sakit-sakitan.


Sejak saat itu, ksatria Mulan telah menjadi simbol feminisme & keberanian. Kisahnya menginspirasi banyak orang tentang pentingnya memberikan kesempatan , dukungan dan kepercayaan yang sama kepada pria & perempuan.


Jika hari ini, Amerika & Tiongkok secara politik belum bisa menyatu. Apakah mereka perlu belajar dari calon legenda dari NTB. Yaitu, Kuda hitam bernama “Kelayu Pancor”, pasangan calon gubernur & wakil gubernur Rohmi - Firin yang sukses mencengangkan public karena kecepatan membalap di pengkolan (lintasan) arena pacuan PILKADA (Pemilihan Kepala-Wakil Kepala Daerah) NTB.


Sempat santer beredar kabar burung takkan mendapatkan cukup tiket kursi dukungan Parpol. Cuaca Politik memang tak bisa diukur oleh alat-alat BMKG, bahkan Ella penyanyi Malaysia itu sudah mengingatkan kita, bahwa mendung tak selalu pasti akan hujan.


Di tengah mendung, Rohmi-Firin menguak awan, mendapatkan rekomendasi PKB. Rekomendasi dari partai hijau dengan logo bumi dikelilingi 9 Naga... eh Bintang itu mengusir awan seluruhnya, seakan langit tak pernah mendung.


Dengan Perindo & PKB di belakang pasangan Rohmi-Firin, tentu tak bisa lagi disebut kuda hitam sekarang.


Ada gerbong raksasa bernama NW dan NU di belakang kedua partai itu. Dengan demikian, lomba pacuan Kuda NTB kita makin semarak setelah pastinya kuda-kuda mana yang akan berlomba.


Nah kita sebagai penonton lomba, mari dengan tertib, waras dan tetap gembira kita saksikan siapakah yang akan memenangkan lomba. Apakah Kuda Hambalang, Kuda Sumbawa atau Kuda Pancor dengan joki Ksatria Mulan? Bagaimana Gerobak Besar NW & NU itu tidak menjadi gerobak kosong tanpa penumpang.


Itu perkara gampang-gampang susah, hanya diperlukan kejelasan fiqh yang hari-hari ini mulai dimainkan oleh lawan-lawan, yaitu hukum Perempuan jadi pemimpin? Diperlukan kehadiran & suara dari “The Real Kingmaker”, cukup dengan setengah paragraf kata di hadapan jamaah tentang khilafiyah ini.


Suara The Real King Maker, fatwa TGB (The Guru Besar ) inilah yang akan menentukan penuh atau tidaknya penumpang dalam gerobak yang dibawa Kuda Pancor Rohmi-Firin ini.


Beberapa pertanyaan tersisa adalah bagaiman harga pasar untuk kursi-kursi dari dua parpol yang belum berlabuh, GOLKAR (Partai Golongan Karya) & PBB (Partai Bulan Bintang). Apakah harganya turun atau tetap? Apakah mereka akan bersikap netral? “Anteh mayung lelah” (Menunggu rusa lelah)?


Roma Hidayat

(Direktur ADBMI)

18 tampilan0 komentar

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
bottom of page