top of page

Komunitas Menggendong Anak, Gerakan Laki-Laki Baru

Program "Laki-laki baru", mengendong anak ada komunitasnya? Yang menggendong laki-laki lagi, astaga!? Mungkin banyak dari pembaca yang bingung kenapa hal ini bisa terjadi, dan apakah hal ini nyata? Tentu saja hal ini nyata, bahkan komunitas ini sudah terbentuk belasan tahun silam. Anak tidak hanya tanggungjawab seorang perempuan (Isteri) namun juga merupakan ranah tanggungjawab seorang laki-laki (Suami).

Komunitas yang disebut "Komunitas Menggendong Anak" ini lahir pada tahun 2010, dan diinisiasi oleh 2 (dua) laki-laki baru yaitu Amin dan Marsudin.


Komunitas Menggendong Anak, Gerakan Laki-Laki Baru
ILUSTRASI: Seorang laki-laki mengendong anak perempuan (Illustrator / Bing Copilot)

adbmi.org - Sulit sekali rasanya menerima fakta saat ini sedang gencar-gencarnya feminisme. Dimana perempuan sebagai komoditas besar di belakangnya.


Jauh sebelumnya, kesetaraan gender yang sangat dekat dengan isu feminisme digaungkan oleh ADBMI, perempuan tak beda dengan laki-laki, sama-sama memiliki posisi yang kokoh dan hak sebagai insan.


Dalam dunia migrasi, perempuan banyak mengambil peran sebagai tulang punggung keluarga, bekerja ke luar negeri untuk mencari nafkah. Mayoritas mengambil sektor pekerja rumah tangga seperti asisten rumah tangga dengan tujuan timur tengah menurut data yang kami peroleh saat ini.


Amin dan Marsudin terpilih menjadi role model dalam program "Laki-laki Baru" yang diunsung ADBMI sebagai cara baru dalam mengkampanyekan kesetaraan gender di akar rumput. Program ini dimaksudkan untuk memberikan contoh bagaimana cara memperlakukan seorang perempuan dan memberikan akses terhadap hak-hak perempuan.


Selain memiliki kualifikasi yang sangat cocok sebagai maskot dari program "Laki-laki Baru", dua orang laki-laki (Amin dan Marsudin) memiliki latar sebagai Buruh Migran Indonesia (BMI, istilah lama) yang tidak jarang mengharuskan mereka meninggalkan keluarga (Anak dan Isteri).


Program "Laki-laki Baru" ini menyusur di 4 (Empat) desa di Kabupaten Lombok TImur, antara lain: Desa Telaga Waru (Kecamatan Pringgabaya), Desa Bungtiang (Kecamatan Sakra Barat), Desa Pengadangan (Kecamatan Pringgasela), dan Desa Sukarara (Kecamatan Sakra Barat).


Kenapa laki-laki baru diperlukan dalam isu migrasi? Dari pengalaman dan bacaaan ADBMI, ketimpangan gender merupakan satu masalah besar yang mempengaruhi tidak optimalnya pengelolaan remittance. Tingginya angka perceraian, banyaknya kawin siri dan yang paling penting adalah mengorbankan harkat dan bahkan jiwa manusia bernama Perempuan.


Trend keberadaan "Buruh Migran" perempuan secara sepintas adalah runtuhnya salah satu penjara dinasti Patriarkhi. Namun jika ditelisik lebih lanjut sebenarnya adalah eksploitasi atas perempuan.


Feminisasi potret buruh migran di lombok secara signifikan sejak tahun 1999 akhir, ketika imbas krisis keuangan serta proses transisi demokrasi indonesia paska reformasi membuat ekonomi nasional dan lokal dirasakan begitu rumit dan menghimpit kehidupan. Dan dalam persepsi umum masyarakat, migrasi menjadi alternatif utama untuk mengatasi masalah ekonomi.


Keluarnya perempuan-perempuan desa dari kungkungan budaya menjadi tenaga migran tidak dapat dibaca dengan kacamata tunggal sebagai pemenuhan hak perempuan atas kerja dan kehidupan yang layak semata.


Karena rentetan kejadian yang mengikuti proses migrasi perempuan, semenjak ia masih dalam rumah, penampungan, tempat kerja dan sampai ia kembali pulang menunjukkan ketidakadilan atas perempuan. Remitance yang mereka kirimkan digunakan kawin lagi oleh suami di rumahnya atau suami poligami yang mengandalkan isteri sebagai penopang utama ekonomi keluarga dengan mengirimkan isterinya secara bergilir ke bebrbagai negara sebagai buruh migran adalah contoh-contoh yang mudah ditemukan di Pulau Lombok.


Ketidakadilan yang dialami kaum perempuan dalam sektor buruh migran membuat ADBMI mencoba untuk mengatasi hal ini dengan membangun sebuah program dengan bermaskotkan laki-laki sebagai simbol kepedulian laki-laki terhadap perempuan.



Amin dan Marsudin "Laki-Laki Baru", Simbol Gentleman


Matahari Kembar Laki-Laki Baru Dari Desa Pengadangan. Dua orang (Amin dan Marsudin) model ini telah memberitahukan dan mengajarkan pada kita semua. Bahwa sungguh, meskipun mereka tidak pernah mendengar, membaca dan belajar gender, mereka telah mempraktekkannya.


Komunitas Menggendong Anak, Gerakan Laki-Laki Baru
Foto Istimewa: Event pemberian penghargaan sebagai Mantan TKI (istilah lama) yang menjadi 2 matahari baru gerakan gender di komunitasnya, Marsudin (Kacamata) dan Amin (Baju Merah).


Dan mereka meraih cita-cita hidup yang diimpikan banyak orang (Gentleman), yaitu bahagia, damai dan sejahtera.


Marsudin dan  Muhammad Amin layak untuk menjadi model dan promotor gender mainstreaming. Dua orang ini adalah mantan BMI yang paling sedikit telah bolak-balik sampai 3 kali mengais rezeki ke luar negeri. 


Mereka berdua memiliki kesamaan, sama-sama sukses mengelola remittance menjadi sebuah usaha dan sama-sama telah mempraktekkan keseteraan gender dalam kehidupan nyata seharin-hari.


Mereka berdua layak menjadi model laki-laki idaman itu. Marsudin setelah 3 kali bolak-balik ke Malysia, kini ia menjadi seorang sarjana dan mengabdi sebagai guru honorer di kampungya.


Sementara Muhammad Amin yang telah belasan kali  berorbit di lintasan Indonesia –Malaysia punya kelebihan lainnya: Ia mau menerima Isterinya (Cacat karena penyakit Polio) apa adanya dengan segala konsekuensinya. Ia tak malu menjadi pemuka dan patriot  pekerjaan-pekerjaan domestik di rumahnya.


Itulah dia "Laki-Laki Baru", Amin dan Marsudin yang dengan Gentleman-nya mampu menrapkan keseteraan gender dalam kehidupan sehari-harinya. Tak mengejarkan pekerjaan rumah, karena bagi mereka, rumah tangga adalah tanggungjawab bersama.


Terakhir, Amin dan Marsudin telah mampu mendorong lahirnya KOMUNITAS MENGGENDONG ANAK, yang anggotanya adalah para orang tua pria di sekitar rumah masing-masing.


Yang setiap sore, mereka berkumpul di depan rumah menggendong anaknya sambil mendiskusikan berbagai hal. Melalui kegiatan ini, Amin dan Marsudin menginduksikan ideologi laki-laki baru, supaya para ayah lebih percaya diri dan yakin bahwa apa yang mereka lakukan akan sangat bermanfaat buat anak dan mereka sendiri nanti.



Catatan Pendamping Lapangan (2010)

9 tampilan2 komentar

2 Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
Guest
Aug 16
Rated 5 out of 5 stars.

Tulisan ini mengingatkan kaum laki2 bahwa kewajibannya (bagi yg muslim) bukan hanya mencari nafkah, tp juga mengurus segala kebutuhan rumah tangga termasuk mengasuh, menjaga, mendidik isteri dan anak2nya..

Like
Replying to

Komunitas ini membuat Ayah dekat dengan Anak, dan jauh dari omelan isteri ya 🙂

Edited
Like
bottom of page