top of page

Kisah Suriani, Perempuan Tunarungu Yang Berupaya Untuk Terus Bekerja

• Tunarungu kerap dipandang sebelah mata, tidak bisa bekerja dan kerap menyusahkan keluarga

• Tunarungu tidak sepenuhnya bisa mengakses lapangan kerja, mereka harus mandiri • Disabilitas masih belum menjadi tujuan utama dari sisi pembangunan sumberdaya manusia

******

Kisah Suriani, Perempuan Tunarungu Yang Berupaya Untuk Terus Bekerja

Photo Istimewa : Suriani saat menjajakan dagangan Serabi dan Lupis.28/1/2024.


adbmi.org – Suriani, 42 tahun, menjual Serabi (makanan tradisional) sejak masih gadis. Ia belajar dari sang ibu yang juga merupakan penjual serabi di Dusun Anjani Timur.

Selain itu, Suriani juga pernah mencoba peruntungan berjualan di warung kecil miliknya. Ia berjualan kebutuhan – kebutuhan pokok.

Semenjak sakit dan covid-19 serta keterbatasan modal, ia berhenti berjualan. Tidak ada pemasukan yang lainnya. Tidak berjualan, berarti tidak bekerja. Tidak bekerja, tidak ada penghasilan.

*****

Kisah Suriani, Perempuan Tunarungu Yang Berupaya Untuk Terus Bekerja

Photo Istimewa : Suriani saat menjajakan dagangan Serabi dan Lupis.28/1/2024.


Awan mendung pagi ini. Hawa dingin menyelimuti. Duan – daun masih basah akibat hujan kemarin malam.

Tungku api sudah menyala. Melahap kayu yang disodorkan Suriani perempuan tunarungu itu. Ini juga sebagai penanda bahwa Suriani siap mengawali pagi di hari Minggu ini dengan menjajakan Serabi.

Lalu lalang ibu – ibu pergi dan pulang dari pasar Anjani. Ada yang berjalan kaki dan ada pula yang menggunakan sepeda motor. Ada yang sendiri, bersama pasangan dan ada pula yang bergerombolan. Tak sedikit dari mereka yang berhenti setelah dari pasar, membeli jajanan tradisional yang dibaluti dengan parutan kelapa dan gula merah itu.

Suriani merupakan salah satu tunarungu asal Dusun Anjani Timur Satu Desa Anjani Kecamatan Suralaga kabupaten Lombok Timur. Ia adalah perempuan disabilitas yang cekatan.

Tangannya sangat cepat mengaduk tepung dan juga mengangkat serabi yang sudah matang. Selain itu, ada juga kue lupis, kue yang di buat dari campuran ketan.

*****

Kisah Suriani, Perempuan Tunarungu Yang Berupaya Untuk Terus Bekerja

Photo Istimewa : Suriani saat menjajakan dagangan Serabi dan Lupis.28/1/2024.


Minim Lapangan Kerja Untuk Disabilitas, Mereka Harus Ciptakan Sendiri

Setiap orang yang membeli jajanan yang di jajakan Suriani, pasti menggunakan bahasa isyarat. Isyarat jari tangan. Lima jari diartikan lima ribu. Sepuluh jari diartikan sepuluh ribu. Suriani sudah mahir mengartikan semua isyarat yang dilayangkan pada dirinya.

Warga setempat juga sudah tahu siapa Suriani, perempuan disabilitas yang sangat cekatan. Pekerja keras dan memiliki keahlian.

Meskipun tidak bisa bicara dan bahkan tidak sekolah, Suriani bisa menulis. Ia belajar otodidak.

Ia juga bisa berhitung. Menghitung untung dan bahkan menulis nama orang – orang yang sering berhutang padanya. Meskipun tidak sekolah, ia tau bagaimana cara mengelola catatan keuangan saat berjualan.

Perempuan disabilitas seperti Suriani sangat banyak. Namun sedikit sekali dari mereka yang berdaya.

Mereka terbatas secara komunikasi, secara sosial. Bahkan mereka kerap dilupakan.

Tidak ada tempat bagi kaum disabilitas. Mereka harus menciptakan lapangan kerja sendiri untuk bisa bertahan hidup, menyekolahkan anak dan juga membiayai kebutuhan sehari-hari.

Mereka luput dari perhatian. Mereka berjuang sendiri. Bahkan mereka luput dari isu pembangunan sumberdaya manusia.

*****

Saat Tahun Politik, Tunarungu Diperebutkan Hak Suaranya

Meskipun tidak bisa bicara, tunarungu kerap diperebutkan Hak suaranya. Hak suara saat pemilihan umum, baik pemilihan legislatif dan eksekutif kerap diperebutkan.

Mereka dijanjikan banyak hal. Namun yang paling sering adalah dijanjikan uang ditahun politik.

0 tampilan0 komentar

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page