top of page

Kesalahan Pengamalan Adat Istiadat Sasak

Oleh : M. Abdi Jatiguna |

Menjadi suatu kebiasaan kita di Gumi Paer suku Sasak Lombok Mirah dan Sasak Adi ini tentang kesalahan pengamalan dari nilai-nilai adat istiadat Sasak. Sudah menjadi suatu yang tidak menarik, kala kita sebagai seorang laki-laki memposisikan perempuan itu di bawah secara sturktur sosial kita, kebiasaan tersebut dikenal dengan budaya Patriaki. Salah satu faktor pradigma tersebut adalah garis keturunan laki-laki yang dianut oleh masyarakat Lombok. Padahal dalam konteks budaya tertentu, implementasi adat istiadat itu tidak akan terlepas dari peran serta perempuan di dalamnya.

Berbicara tentang peran serta perempuan dalam pelaksanaan adat seperti yang digariskan di atas, kita dapat menyaksikannya dalam berbagai rangkaian adat istiadat. Dan di sini kita coba memuat beberapa dari upacara adat tersebut yang menggambarkan peranan dan posisi perempuan yang bisa kita nilai. Seperti dalam acara Begawe, di sana kita bisa melihat kerjasama gotong royong yang sangat kompak. Masing-masing saling mengisi antara laki-laki dan perempuan. Bahkan dalam urusan masak-memasak, mulai dari acara Ngeriwung proses pengadaan bahan makanan, persiapan bahan-bahan makanan dikupas, dipotong, dan sebagainya hingga Ancangan yakni penyugguhan sesajian makanan kepada tamu, semua itu ditangani oleh laki-laki.

Akan tetapi, tidak demikian adanya dalam hal urusan domestik rumah tangga sehari-hari. Seorang suami cenderung memaksakan isteri menanganinya, dalam tanda kutip memaksakan itu terjadi tanpa ada sebuah komunikasi yang baik dalam membagi peran hingga terjadi kurangnya saling mengerti satu sama lain. Sebuah ketimpangan, bila mana ekseptansi peran perempuan yang cukup besar berkontribusi untuk operasional rumah tangga tidak diapresiasi. Mari kita kaji jika seorang suami akan membayar atau menggaji seseorang untuk mengerjakan apa yang dikerjakan isteri di rumah tangga. Maka angka yang harus dibayarkan tersebut bukanlah nilai yang kecil. Bahkan, yang diupayakan isteri untuk rumah tangga akan menutupi biaya-biaya lain. Sehingga secara logis persoalan bagaimana masyarakat miskin yang berpenghasilan rendah masih bisa bertahan hidup di negeri yang kaya raya ini.

Contoh lainnya, terlihat pada setiap upacara Nyongkolan yakni prosesi atau arak-arakan rombongan pengantin menuju rumah pengantin perempuan. Posisi atau barisan rombongan pengantin perempuan ada di depan dari rombongan pengantin laki-laki. Saya yakin Anda sudah bisa menyimpulkan nilai-nilai yang tersirat di sana. Apakah laki-laki sebagai seorang pengawal atau kata lain pendamping yang mebias sikap tanggung-jawabnya? Juga yang membimbing dan mengikuti? Sejatinya pesan moral dari upacara Nyongkolan tersebut sungguh mulia.

Tidak terlalu jauh tema dari tulisan di atas tentang cerita inspiratif Ibu Risa Riyanti ini. Dia seorang Ibu Kadus, begitulah orang-orang mengenalnya. Gelar itu disandangnya sejak suaminya Syaiful Bahri menjabat sebagai seorang Kepala Dusun atau disingkat Kadus di Dusun Dasan Tinggi Desa Jenggik Utara Kecamatan Montong Gading Kabupaten Lombok Timur sekitar sejak lima tahun silam. Dari penuturan Ibu Kadus, keluarga kecil mereka sangatlah menarik untuk saya tulis dan disharing.

Yang akan diceritakan di sini bukan mengenai kesuksesan Bapak Kadus memimpin Dusun Dasan Tinggi, Desa Jenggik Utara, melainkan kisah Bapak Kadus berjuang untuk kejayaan yang lain. Selain menjabat sebagai Kepala Dusun, Bapak Syaiful Bahri bersama Ibu Risa Riyanti dikenal juga sebagai pengusaha yang berhasil di Desa Jenggik Utara. Kesuksesan keluarga kecil ini tentu diawali dengan rangkaian-rangkaian giat usaha yang tidak mudah dan itu menjadi sebuah ukuran progresif usaha mereka.

Pada waktu itu suami saya meminta pendapat dan ijin saya untuk melamar menjadi Kepala Dusun. Tapi saya tidak mengijinkannya. Sehingga kami sepakat supaya dia lebih baik pergi ke negeri jiran Malaysia untuk mencoba peruntungan sebagai seorang buruh migran dengan kecakapan yang dimiliki yaitu mengoperasikan Chainsaw atau mesin pemotong kayu yang kemudian juga dia bekerja sebagai Operator Chainsaw di Malaysia.

Pergi satu tahun ke Malaysia dari tahun 2007 sampai dengan 2008, Bapak Kadus mengasah skill yang dimilikinya dalam bidang perkayuan atau seorang Carpenter profesional. Yang lalu kemampuan itu dibawa pulang untuk dikembangkannya dan hanya bermodal sokongan dana sejumlah 2,5 juta rupiah, atau setengah dari jumlah uang hasil rantauan waktu itu sebesar 5 juta rupiah dari penuturan Ibu Risa. Sebab mereka harus melunasi dulu hutang-hutangnya sebesar 2,5 juta. Selain itu juga, dukungan kuat dari seorang isteri, maka Bapak Kadus mulai berangkat dari jasa Chainsaw kayu di Desa Jenggik Utara. Dari setiap untung yang didapati akan disisihkan untuk dibelikan pekakas-pekakas atau alat perkayuan.

Jasa Chainsaw Bapak Kadus menjadi cikal bakal usaha Meublair. Usaha yang hingga kini masih bertahan dari ancaman perekonomian yang selalu memiliki kendala. Beban dan persoalan di dalam dunia bisnis itu juga tentu mempunyai rumus yang sulit. Namun semua itu bisa teratasi oleh komunikasi dan kerjasama dalam berbagi peranan untuk saling melengkapi, Ibu Risa dan Bapak Syaiful patut ditiru. Sehingga persoalan itu bisa terjawab dan beban itu akan ringan jika diatasi bersama-sama.

Tidak hanya Meublair, keluarga kecil Bapak Kadus juga kini sudah bisa mengembangkan sayapnya ke jenis usaha yang lain yakni sebagai Produsen Batako di Dusun Dasan Tinggi Desa Jenggik Utara. Maka dengan itu, predikat sukses bisa disematkan untuk mengapresiasi giat usaha yang semakin menunjukan progres atau kemajuan, hasil dari apa yang telah diperjuangkan oleh Bapak Syaiful Bahri dan Ibu Risa Riyanti tersebut.

Cerita pendek yang saya dengar dari Ibu Risa itu, dapat menjadi inspirasi yang mana peran serta laki-laki dan perempuan mampu menjadi rumusan sinergi yang kuat untuk mencapai cita-cita hidup bersama. Dan merupakan sebuah keadaan yang absoulute antara perempuan dan laki-laki itu adalah pasangan. Sehingga melibatkan perempuan dalam segala urusan adalah suatu yang positif.

Maka saya bisa membenarkan apa yang diungkapkan orang-orang bijak. “Di balik keberhasilan seorang laki-laki adalah wanita yang hebat”.
0 tampilan0 komentar

Postingan Terkait

Lihat Semua

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page