top of page

Jutaan Anak Muda Indonesia Terancam Gangguan Mental

adbmi.org – Sebanyak 2,5 juta anak muda Indonesia mengalami gangguan kejiwaan, termasuk orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Hal ini diungkapkan oleh pakar kesehatan masyarakat Universitas Gadjah Mada, Amirah Ellyza Wahdi.

Ancaman gangguan kejiwaan yang di alami oleh anak muda Indonesia disebabkan oleh berbagai macam faktor, namun yang paling dominan adalah pola asuh dalam keluarga yang kurang baik.

Sayangnya, banyak yang tidak menganggap kasus ini menjadi sesuatu yang serius. Sehingga cenderung disepelekan dan bahkan dianggap sebagai masa pubertas.

Melihat kondisi ini, Yayasan Advokasi Buruh Migran Indonesia bersama dengan AWO Internasional kembali melakukan konseling kepada puluhan keluarga pekerja migran Indonesia. Kali ini, pelaksanaannya di desa Suradadi Lombok Timur.

Hal ini dilakukan guna mengidentifikasi masalah dalam rumah tangga keluarga pekerja migran Indonesia. Di samping itu juga, untuk menekan dan memperbaiki pola asuh keluarga dan juga komunikasi dalam keluarga pekerja migran yang notabenenya cenderung kurang baik.

Azizatul Adni, pakar psikologi mengungkapkan bahwa di dalam keluarga yang sehat terdapat komunikasi yang baik di dalamnya.

Jutaan Anak Muda Indonesia Terancam Gangguan Mental

Photo Istimewa : Azizatul Adni saat melakukan konseling keluarga di desa Suradadi, 22/10/2022.


“Selain itu juga pola asuh kepada anak juga harus diperhatikan,” terangnya saat melakukan konseling keluarga di desa Suradadi, 22/10/2022.

Gangguan kejiwaan jangan sampai dianggap remeh, bahkan ini akan berakibat panjang dikemudian hari.

“Edukasi kepada masyarakat terkait membangun komunikasi dalam keluarga juga harus dilakukan sedini mungkin. Terlebih dalam keluarga pekerja migran,” terangnya.

Diwaktu yang bersamaan, Fauzan Field Staf ADBMI juga mengungkapkan bahwa keluarga PMI paling rentan terkena gangguan kejiwaan.

“Ini banyak faktor, mulai dari pola asuh, komunikasi keluarga yang jarang sampai dengan permasalahan rumah tangga yang tidak ada penyelesaiannya,” imbuh Fauzan.

Di samping itu, bonus demografi yang tetap disuarakan oleh pemerintah kian bias karena banyaknya permasalahan yang muncul karena ketidaksiapan negara.

“Pendidikan yang kurang memadai, lapangan pekerjaan yang terbatas membuat masyarakat memilih untuk merantau menjadi pekerja migran,” cetusnya.

0 tampilan0 komentar

Commentaires

Noté 0 étoile sur 5.
Pas encore de note

Ajouter une note
bottom of page