Adbmi.org – Kepulan asap hasil pembakaran kayu untuk menggoreng keripik tidak bisa ditahan lagi Supiani. Beberapa kali ia mengusap keringat dan air mata yang bercucuran karena panas api.
Tembok dekat tungku pembakaran terlihat hitam akibat panas api dari tungku tradisional. Atap yang terbuat dari asbes hanya sebagai peneduh, tapi belum bisa menghalangi panas udara siang hari.
Setiap hari, Supiani harus datang, sedari pagi sampai sore hanya untuk menggoreng keripik. Tidak hanya itu, ia juga mengupas dan mengiris ubi yang akan di goreng.
*****
Photo Istimewa : Supiani saat menggoreng kripik di dusun Beak Daya Desa Wanasaba. 9/10/2023.
Supiani sendiri kini berusia 21 tahun, masih gadis dan belum menikah. Ia merupakan perempuan tamatan sekolah menengah atas di salah satu sekolah di kabupaten Lombok Timur.
Ia tidak kuliah, tidak ada biaya. Akhirnya ia memilih untuk membantu perekonomian keluarga dengan bekerja di salah satu keluarganya.
Ia adalah anak ke enam. Di bawahnya, ada dua orang adiknya yang masih duduk di bangku sekolah.
“Sempat ingin kuliah, tapi tidak ada biaya,” terang Supiani, 9 Oktober 2023.
Supiani merupakan warga desa Wanasaba. Tepatnya di Dusun Beak Daya Desa Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur.
*****
Photo Istimewa : Hirman peserta lomba keluarga migran teladan adbmi dan awo International saat diwawancarai dewan juri. 9/10/2023.
Hirman, 39 tahun. Ia adalah owner dari kripik yang dibuat oleh Supiani. Hirman sendiri adalah keluarga dari Supiani.
Hirman memulai usaha ini sejak setahun yang lalu. Ia terinspirasi karena mengikuti kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh Lembaga Sosial Desa Wanasaba desa Wanasaba.
Hirman sendiri merupakan salah satu peserta pelatihan manajemen ekonomi rumah tangga dan usaha mikro yang merupakan program ADBMI dan AWO International.
Bukan hanya mengikuti MERT, ia bahkan termasuk langganan kegiatan dari LSD Wanasaba.
Hirman saat ini didelegasikan oleh pengurus LSD Wanasaba untuk mengikuti lomba keluarga migran teladan yang diselenggarakan oleh ADBMI. Hirman tak sendiri, ada 9 orang peserta lain yang berasal dari desa Wanasaba.
Para peserta di kunjungi ke rumah dan melihat bagaimana perkembangan usahanya. Selain itu juga, mereka di tanya perihal bagaimana mengelola keuangan usaha dan rumah tangga.
Bukan hanya soal ekonomi, para peserta sendiri di tanya soal komunikasi keluarga dan masyarakat.
コメント