top of page

Desa Jenggik Utara Dalam Analisa Sosial, Dulunya Desa Rarang

adbmi.orgJenggik Utara merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Montong Gading Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Bentang Alam

Dilihat dari geografis wilayahnya, Desa Jenggik Utara memiliki ketinggian 800 mdpl dengan topografi wilayah yang berbukit dan digunakan untuk areal pertanian dan pemukiman. Curah hujan rata-rata 3000 mm/tahun dengan jumlah curah hujan 6 bulan dan suhu rata-rata hariannya 22 derajat Celcius. Secara Administratif, Desa Jenggik Utara terdiri dari 8 (Delapan) dusun, yaitu : Dusun Dasan Tinggi,Embung, Jago,Lendang Jaran, Ceret Daye, Karang Baru, Mare, Ceret Lauq dan Lingkoq Telu dengan total luas wilayahnya sekitar 119 Ha. Batas-batas wilayah Desa Jenggik Utara adalah sebagai berikut :

Analisa Sosial Desa Jenggik Utara

Jarak Desa Jenggik Utara dengan Ibu Kota Kecamatan sekitar 14 km, dapat ditempuh sekitar 30 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor, apabila ditempuh dengan jalan kaki sekitar 5 jam perjalanan. Sedangkan dari Ibukota Kabupaten, desa ini berjarak sekitar 23 km dan sekitar 45 km dari Ibu Kota Provinsi. Untuk mencapai desa ini dapat menggunakan kendaraan bermotor maupun angkutan umum.

Sejarah Desa

Sampai tahun 1963 wilayah ini merupakan bagian Desa Rarang kedistrikan Rarang Barat dan wilayah ini merupakan perkampungan yang dulunya dikenal dengan nama Perempatan Bawak Nangka karena menurut informasi dari para orang tua di perempatan yang sekarang menjadi wajah Desa Jenggik Utara ini tumbuh satu pohon Nangka yang sangat besar yang dulunya di bawah Nangka tersebut digunakan sebagai tempat peristirahatan/tempat berteduh dari teriknya matahari setelah mencari rizki.

Beberapa tahun kemudian Desa Rarang mengadakan pemilihan Kepala Desa yang dimenangkan oleh Moh. Amin yang merupakan anak dari almarhum Guru Hasan salah seorang warga dusun Jenggik.

Seiring dengan perkembangan zaman, setelah beberapa tahun Moh. Amin menjabat sebagai Kepala Desa Rarang waktu itu, dia mengajukan usulan pemekaran kepada pemerintah dan usulan tersebut diterima sehingga Desa Rarang dimekarkan dan dibagi menjadi dua desa yaitu Desa Rarang sendiri dan Desa Jenggik yang menjadi wilayah Kecamatan Terara.

Setelah pemekaran, roda pemerintahan Desa Jenggik berjalan dan berkembang mengikuti zaman dan wilayah Desa Jenggik waktu itu terbentang dari ujung selatan berbatasan dengan wilayah Desa Rarang sampai ujung utara yang berbatasan langsung dengan Hutan Tutupan. Adapun batas-batas lainnya adalah sebelah timur wilayah Desa Jenggik Utara, Desa Kilang dan Desa Sukadana sedangkan sebelah barat wilayah Kabupaten Lombok Tengah.

Dari gambaran di atas tentu dapat kita bayangkan betapa luasnya wilayah Desa Jenggik sehingga banyak wilayah dan masyarakat yang tidak tersentuh secara maksimal oleh program pembangunan.

Perkampungan Perempatan Bawak Nangka yang merupakan bagian dari Desa Jenggik bagian utara Kecamatan Terara telah memberikan andil yang sangat besar dalam memperjuangkan dan mendukung kemajuan Desa Jenggik sejak awal tidak diimbangi dengan perhatian yang berarti oleh Pemerintah Desa Jenggik hingga tahun 2003.

Pembentukan Desa Jenggik Utara

Inisiasi dari para tokoh-tokoh masyarakat dari bagian utara yang dulunya bernama Dusun Ceret Desa Jenggik mulai untuk bermusyawarah guna membahas langkah-langkah yang dianggap perlu dalam rangka mencapai kesejahteraan dan kemakmuran di wilayah utara sehingga para tokoh tersebut memperoleh kata sepakat untuk meminta kerja sama dengan pemerintah desa jenggik untuk mengusulkan pemekaran wilayah sehingga masyarakat akan bisa menikmati kesejahteraan sebagai mana desa-desa yang lainnya sehingga pada tahun 2002 usulan pemekaran tersebut disetujui oleh Pemerintah Desa Jenggik untuk selanjutnya diusulkan kepada pemerintah Kabupaten Lombok Timur.

Pada tanggal 13 Mei 2003 terbentuklah Desa Persiapan Jenggik Utara dengan pusat pemerintahan di Karang Baru dengan susunan pemerintahan sementara sebagai berikut PJS Kepala Desa, L. Jamaludin (Sekdes Jenggik); Sekdes, M. Maharudin; Staf, H. Sabri Muhtar, H.Munawir Hadi dan Abu Zuhriyah (Ahmad Sidiq).

Adapun wilayahnya meliputi 3 Dusun yaitu :

  1. Dusun Ceret Lauq dengan Kepala Dusun H. Sopihamdi

  2. Dusun Ceret Deye dengan Kepala Dusun A. Marnah

  3. Dusun Lendang Jaran dengan Kepala Dusun Zur’at Siddiq

Sejalan dengan perkembangan dari waktu ke waktu dengan segala persoalan dan permasalahan yang ada dengan status desa persiapan maka kembali para tokoh dan pemuka masyarakat melalui BPD (Badan Permusyawaratan Desa) menyerap aspirasi dari semua unsur masyarakat, maka dimulai dari niat yang kuat untuk maju dan memajukan masyarakat maka berbagai usaha pun dilakukan baik kepada masyarakat maupun kepada Pemerintah Kabupaten Lombok Timur sehingga sampai pada akhirnya pada tanggal 28 Juni 2004 dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2004 bersama 10 Desa Persiapan lainnya Desa Jenggik Utara resmi menjadi desa yang definitif dengan nama Desa Jenggik Utara.

Berdasarkan payung hukum tersebut maka dalam waktu tidak terlalu lama masyarakat kembali bermusyawarah untuk membentuk panitia pemilihan kepala desa untuk meyeleksi tokoh terbaik dari desa ini yang nantinya akan dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik dan membawa desa ini sejajar dengan desa lainnya.


Demografi

Menurut Data Profil Desa Jenggik Utara Tahun 2016, jumlah penduduk di Desa Jenggik Utara tercatat 5406 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga 1960 KK, yang terdiri atas laki-laki 2726 jiwa dan perempuan 2680 jiwa. Untuk lebih jelasnya, jumlah penduduk di Desa Jenggik Utara dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Jenggik Utara

Analisa Sosial Desa Jenggik Utara

Sumber : Profil Desa Jenggik Utara 2016

Sedangkan komposisi penduduk desa menurut tingkat pendidikannya berdasarkan Profil Desa Jenggik Utara dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Jenggik Utara


Sumber : Profil Desa Jenggik Utara 2016

Desa Jenggik Utara didiami oleh penduduk yang 100% beragama Islam, 100% berkewarganegaraan Indonesia dan 100% merupakan suku Sasak. Jadi melihat dari fakta tersebut bahwa jelas Desa Jenggik Utara termasuk desa yang Homogen.

Tabel 3.3  Agama

Analisa Sosial Desa Jenggik Utara

Tabel 3.4 Kewarganegaraan

Analisa Sosial Desa Jenggik Utara

Tabel 3.5  Etnis

Analisa Sosial Desa Jenggik Utara


Perekonomian

Sesuai dengan kondisi sumber daya alam yang ada di Desa Jenggik Utara, bahwa masyarakat Jenggik Utara sebagian besar bermata pencarian sebagai buruh galian, petani, buruh tani, peternak sapi dan pengerajin. Sedangkan untuk sektor pertanian masyarakat Jenggik Utara mengadalkan komoditi padi, jagung dan ubi jalar.

Jumlah TKI terbanyak dari Dusun Embung Jago. Dan perbandingan jumlah TKI dan TKW yang ada masih didominasi oleh TKI. Hal ini disebabkan oleh masih ada paradigma bahwa yang paling bertanggungjawab untuk mencari nafkah adalah laki laki dan adanya anggapan perempuan tidak boleh keluar jauh dari tempat tinggalnya serta yang paling menjadi hal krusial adalah ketidakberdayaan laki laki dalam mengurus anak dan rumah tangga ketika ditinggal pergi dalam waktu yang lama.

Jumlah Kepala Keluarga eks-TKI, TKI dan Keluarganya di Desa Jenggik Utara saat ini KK lebih banyak perempuan salah satu penyebab banyaknya tenaga kerja atau angkatan kerja yang menjadi TKI sehingga peran menjadi kepala rumah tangga diambil alih oleh perempuan (istri TKI). Untuk TKW jumlahnya masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah TKI. Dan semua TKW berstatus sebagai anak dalam anggota keluarga BMI yang terdata.

Jika dikaitkan dengan data kriteria kemiskinan yang telah ditentukan melalui proses Diskusi Komunitas I dan II yaitu :

  1. Memiliki penghasilan/pendapatan di bawah Rp.500.000 ribu;

  2. Tidak memiliki lahan garapan / masyarakat tidak memiliki lahan garapan;

  3. Ukuran rumah dibawah 5×7 meter persegi dan di kategorikan semi permanen;

  4. Hanya mampu membeli pakian 1x setahun;

  5. Menu makan sehari-hari berupa sayuran dan makan daging hanya acara-acara tertentu;

  6. Tidak memiliki penghasilan tetap;

  7. Berobat ke dukun karena tidak mampu membiayai perobatan ke dokter praktik, klinik atau rumah sakit swasta;

  8. Sanitasi rumah yang  tidak memadai;

  9. Cacat fisik / kaum difabel;

  10. Tidak memenuhi / melaksanakan wajib belajar 9 tahun/Tamat SD.

Maka sangat jelas tergambarkan bahwa TKI & Keluarganya lebih banyak yang masuk dalam kategori miskin. Inilah salah satu penyebab atau pendorong warga menjadi TKI.

Berangkat dari keinginan untuk merubah kondisi ekonomi seperti ingin punya rumah baru, sepeda motor, tv menjadi salah satu pemicu banyaknya masyarakat Jenggik Utara bercita-cita dan memilih menjadi buruh migran.

  1. Bahwa menjadi buruh migran adalah salah satu cita-cita di kalangan para pemuda sehingga dapat dengan segera memenuhi dan memiliki segala kebutuhan seperti sepeda motor, membangun rumah dan kebutuhan lain yang sifatnya konsumtif termasuk untuk menikah. Dan celakanya pandangan ini didukung oleh para orang tua, bahwa dengan menjadi buruh migran akan dapat segera menjawab dan mengatasi persoalan ekonomi keluarga;

  2. Minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan di desa;

  3. Rendahnya pendapatan keluarga;

  4. Rendahnya kemampuan dalam mengelola keuangan terutama terkait remitan.

Kondisi Infrastruktur

Adapun kondisi infrastruktur yang dimiliki oleh Desa Jenggik Utara dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Prasarana dan Sarana Pemerintah Desa

Analisa Sosial Desa Jenggik Utara

Pemerintahan Dan Kelembagaan Desa

Lembaga Pemerintah

Analisa Sosial Desa Jenggik Utara

Lembaga Kemasyarakatan

Analisa Sosial Desa Jenggik Utara

Lembaga Ekonomi

Ada beberapa lembaga ekonomi di desa antara lain:

  1. BUMDes “Beringin Muda” tetapi lembaga ini belum mulai berkegiatan karena belum menerima dana dari Dana Desa.

  2. UED (Usaha Ekonomi Desa) lembaga yang ini di bentuk pada tahun 2004 oleh Pemerintah kabupaten melalui BPMD.UED ini di bentuk dengan harapan sebagai salah satu solusi penguatan bagi perekonomian Desa Jenggik Utara waktu(untuk di maklumi saat itu jenggik utara termasuk desa yang baru lahir).UED ini sendiri adalah lembaga”pra koperasi” dan bergerak di usaha simpan pinjam.dengan hanya modal 4 juta,2 juta dari bantuan BPMD dan 2 juta dari iuran anggota membuat UED tidak bisa berjalan optimal,karena masing-masing hanya mendapat 200 ribu rupiah.sasaran UED ini adalah masyarakat pelaku usaha kecil seperti bakulan.setelah berjalan kurang lebih 3,5 tahun,UED tidak lagi berjalan bahkan bisa di bilang mati suri karena beberapa penyebab terbesarnya adalah pengembalian kredit yang macet dari anggota.

SEJARAH MIGRASI

Migrasi Dari Generasi Ke Generasi

Generasi pertama

Sejarah migrasi di Desa Jenggik Utara berawal pada tahun 1983, adalah Muhammad Zaenudin dari Embung Jago pada saat itu usianya baru beranjak 16 tahun tepatnya setelah tamat Madrasyah Tsanawiyah. dengan didorong cita-cita ingin melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi (dia memang ditinggal mati oleh orang tuanya saat masih kecil) sehingga praktis untuk melanjutkan sekolah merupakan sesuatu yang berat buat keluarganya terutama ibunya. Tak ingin membebani ibunya, Zaenudin lalu mengutarakan niat untuk membantu ibu dengan meminta izin untuk berangkat ke Malaysia. Dengan ongkos dari hasil menjual padi yang siap panen di sawah seharga Rp. 125.000,- berangkatlah Zaenudin bersama seorang teman dari desa tetangga melalui perjalanan darat. Mereka menaiki bus menuju Surabaya, di Surabaya Zaenudin dan kawannya menempuh perjalanan 2 hari 2 malam, lalu dari Surabaya berangkat menuju Bawean. Di Bawean ini mereka sempat ditampung selama 17 hari, kemudian melanjutkan perjalanan ke Tanjung Pinang. Di Tanjung Pinang mereka ditampung selama kurang lebih 1 bulan, dari Tanjung Pinang kemudian mereka diberangkatkan menuju Malaysia ke Johor Bahru memakai perahu kecil yang lazim disebut Pompong atau Tongkang (khusus alat transportasi untuk menyelundupkan pendatang tanpa izin/pendatang yang tidak memiliki dokumen).

Di Malaysia Zaenudin  bekerja di perkebunan kelapa sawit. Setelah cukup lama di rantuan yaitu kurang lebih 17 tahun, tepatnya tahun 2010 Zaenudin memutuskan pulang kampung. Dan dari uang hasil bekerja selama 17 tahun tersebut Zaenudin mampu membeli sebidang tanah dan mampu bikin rumah. Kemudian, setelah 4 bulan di rumah, Zaenudin kembali masuk ke Malaysia dengan niat ingin mencari modal usaha dan tentu untuk membiayai kebutuhan keluarga. Kali ini Zaenudin memilih kerja di sektor konstruksi (bangunan) setelah merasa apa yang dia dapatkan cukup untuk membuka usaha, Zaenudin pun pulang pada tahun 2013. Setelah sampai di rumah, Zaenudin malah bingung mau buka usaha apa karena usaha yg dicita-citakan dulu sebelum berangkat sudah banyak yg menggeluti. Akhirnya selama dalam proses menunggu, mengamati jenis usaha apa yang akan digelut, Zaenudin justru banyak menghabiskan uang simpanan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya.

Setelah modal yang mau dipakai usaha itu sudah habis, bahkan Zaenudin sudah kembali menghutang, maka setelah satu tahun di rumah, Zaenudin pun memutuskan kembali masuk pada tahun 2014 dan pulang pada tahun 2016 setelah berhasil membayar hutang dan mampu membeli sepeda motor.

Generasi kedua

Suaidi (39 Tahun) dari Embung Jago, berangkat tahun 1996 waktu itu baru berusia 19 tahun dan baru tamat SMA, bahkan sempat duduk di bangku kuliah selama 1 tahun, ternyata lebih memilih menjadi buruh migran karena terdorong oleh cerita teman dan terdorong oleh keberhasilan teman yang mantan buruh migran lebih tercukupi kebutuhan hidupnya seperti memiliki rumah sendiri dan motor.

Ingin seperti yang dimiliki temannya itu, Suaidi lalu meberanikan diri berhutang (seekor sapi) ke tetangga sebagai ongkos. Setelah dijual dengan harga Rp. 650.000,- Suaidi pun meyerahkan ongkos sebesar Rp. 350.000,- (sisanya dikasi ke keluarga yang ditinggalkan), Suaidi berangkat dari rumah menuju Surabaya, di Surabaya ditampung selama 7 hari, kemudian dari Surabaya diberangkatkan menuju Pekan Baru di Pekan Baru ditampung lagi selama kurang lebih 7 hari baru diberangkatkan lagi menuju Bengkalis, di Bengaklis Suaidi ditampung selama 15 hari. Kemudian dari Bengkalis ini lalu ia diberangkatkan menuju Malaysia melalui wilayah Muar Johor Bahru memakai Tongkang/Pompong.

Sesampai di Malaysia Suaidi bekerja di ladang pertanian (kebun sayur), selama satu tahun itu, Suaidi rajin bekerja dan sangat hidup ekonomis sehingga berhasil membayar hutang, dapat beli motor, dapat membiayai diri menikah.

Setelah 2 tahun di rumah, tepatnya tahun 2000 Suaidi kembali masuk dengan cita-cita mencari modal usaha dan untuk keperluan hidup. Setelah berhasil membangun tempat usaha, Suaidi  pun pulang tahun 2001. Kemudian pada tahun 2008 (setelah 7 tahun di rumah) Suaidi kembali masuk dan kali ini untuk menngumpulkan uang buat biaya sekolah anak, dan masuk kali ini Suaidi tidak lama hanya 8 bulan.

Pada tahun 2012 Suaidi kembali masuk tapi kali ini wilayah yang dituju adalah wilayah Malaysia Timur tepatnya bagian Serawak dan bekerja di sektor konstruksi. Pada akhir 2013 Suaidi pulang lalu masuk kembali pada awal 2014 dan pulang di pertengahan 2015. Dari hasil kerjanya Suaidi mampu membeli mobil pick-up baru dan bisa membeli tanah.

Sejarah Migrasi

Analisa Sosial Desa Jenggik Utara


Faktor penyebab menjadi Buruh Migran

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui teknik wawancara, bahwa sejarah migrasi di Desa Jenggik Utara dimulai sejak tahun 1980-an sampai dengan saat ini. Hal ini tergali dari para pelaku migrasi yang masih hidup hingga saat ini. Dari hasil pendataan yang dilakukan oleh ADBMI per bulan Juli 2016, jumlah BMI di Desa Jenggik Utara sesuai dengan tabel di bawah ini :

Analisa Sosial Desa Jenggik Utara

Sumber : Pendataan BMI ADBMI 2016

Dari data di atas, Dusun Embung Jago adalah dusun yang paling banyak mengirimkan TKI. Adapun beberapa faktor penyebab menjadi Buruh Migran antara lain :

  1. Bahwa menjadi BM adalah pilihan dikalangan masyarakat jenggik utara untuk dapat dengan segera memenuhi dan memiliki segala kebutuhan seperti sepeda motor, membangun rumah dan kebutuhan lain yang sifatnya konsumtif termasuk untuk menikah. Dan pilihan sikap ini juga ternyata mendapat restu oleh para orang tua, bahwa dengan menjadi BM akan dapat segera menjawab dan mengatasi persoalan ekonomi keluarga.

  2. Minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan di desa

  3. Rendahnya kemampuan dalam mengelola keuangan

  4. Rendahnya kemampuan membaca peluang bisnis atau usaha.


Penyelesaian Kasus Buruh Migran

Menurut informasi yang dihimpun bahwa tidak sedikit kasus yang pernah terjadi terkait dengan TKI, dari pemalsuan identitas, penipuan oleh calo, tidak sesuai penempatan dengan job order, TKI illegal dan beragam kasus buruh migran yang secara tidak mereka sadari adalah merupakan bagian dari kasus buruh migran baik yang bersifat pelanggaran administratif sampai dengan pelanggaran pidana. Dalam mencegah dan mengatasi persoalan ini, ADBMI melalui LSD-nya mencoba melakukan berbagai usaha, salah satunya adalah dengan intens melakukan sosialisasi tentang bagaimana menjadi buruh migran yang aman baik melalui diskusi maupun lewat lokakarya.

Sejauh ini dampak perubahan yang terjadi di Desa Jenggik Utara secara ekonomi tidaklah begitu signifikan terhadap perkembangan desa. Karena indikator keberhasilan mereka dicerminkan dengan berhasil membangun rumah, membeli kendaraan, biaya sekolah anak, membeli tanah dan sawah dan mampu membiayai hidup anak dan istri di rumah.

Jadi yang paling berpengaruh secara signifikan adalah mereka mampu membangun rumah yang permanen (menggunakan tembok batu bata), punya kendaraan bahkan mobil dari hasil keringat sendiri, dan perabot rumah tangga seperti TV dan kulkas.

Sedangkan pengaruh yang lain tidak begitu terlihat secara nyata baik dari sisi gaya hidup (yang cendrung konsumtif), bahasa, maupun dari sisi mata pencaharian.


Pandangan umum masyarakat terhadap Buruh Migran Perempuan (TKW)

Dari data jumlah TKI/TKW yang dirilis di atas sangat jelas sekali jumlah TKW hanya 42 orang dari jumlah keseluruhan 337 orang TKI desa Jenggik Utara. Ternyata hal ini sangat dipengaruhi oleh cara pandang masyarakat kepada perempuan bahwa :

  1. Perempuan kurang baik apabila bepergian sendiri apalagi jauh walaupun itu untuk mencari nafkah sekalipun.

  2. Masih kentalnya pemahaman agama di masyarakat bahwa laki-laki adalah pemimpin di dalam keluarga dan sebagai pemimpin maka tanggungjawab untuk pemenuhan kebutuhan hidup adalah urusan lelaki.


Timeline Migrasi

Analisa Sosial Desa Jenggik Utara

Catatan :

Tenaga Kerja Luar Negeri tahun 1970-1980 didominasi oleh anak-anak muda sehingga remitan lebih banyak dikirim ke orang tuanya.

Gender

Melihat perspektif gender di Desa Jenggik Utara dari kacamata kesetaraan gender, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa :

  1. Ruang untuk perempuan sudah mulai dibuka terkait dengan partsipasi perempuan dalam perencanaan pembangunan tetapi perempuan sendiri beranggapan bahwa hal tersebut tidak penting. Jsutru yang lebih penting adalah bagaimana mendapatkan hasil seperti pergi keluar menjadi buruh tani atau buruhan lainnya yang lebih potensial menghasilkan tambahan pengahsilan keluarga.

  2. Terkait dengan aspek informasi, bahwa perempuan sangat minim mendapatkan informasi. Ini disebabkan oleh perempuan itu sendiri yang menganggap bahwa cukup laki – laki saja yang mewakili terkait dengan akses segala rupa informasi dan perempuan hanya menerima saja.

  3. Termasuk juga kontrol terhadap sumber daya dan pembangunan yang ada perempuan hanya menjadi warga kelas dua. Menerima apa saja yang dilaksanakan oleh laki-laki.

  4. Begitupun dari sisi manfaat, perempuan bahkan tidak pernah terpikir bahwa mereka adalah bagian dari warga yang harusnya menjadi objek pembangunan.

Potensi Sumber Daya Alam

Potensi Pertanian dan Perkebunan

Desa Jenggik Utara merupakan daerah dataran tinggi dengan jenis tanah yang berpasir dan berwarna hitam keabu-abuan. Adapun pembagian wiayah menurut penggunaannya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.8 :  Luas wilayah menurut penggunaan

Analisa Sosial Desa Jenggik Utara

Jumlah keluarga yang memiliki lahan pertanian  sebanyak 198 keluarga.


Potensi Peternakan

Untuk potensi ternak di Desa Jenggik Utara, sebagian besar keluarga beternak sapi. Ternak sapi ini dianggap sebagai investasi atau sejenis tabungan keluarga. Ternak sapi ini bisa dikembangkan secara maksimal oleh masayarakat karena dari sisi keamanan sangat memungkinkan. Disatu sisi utnuk ketersediaan pakan ternak sendiri sangat banyak. Pakan ternak dikembangkan jenis rumput gajah. Rumput gajah ditanam dengan memanfaatkan lahan disekitar pingir sungai, pematang sawah, pinggir jalan dan kebun. Sedangkan untuk ternak kecil dikembangkan jenis ayam kampung dan bebek. Adapun jenis populasi ternak di desa Jenggik Utara dapat dilihat seperti tabel dibawah ini :

Tabel 2.9. Jenis kepemilikan  ternak

Analisa Sosial Desa Jenggik Utara


Hasil Komoditi Sumber Daya Alam

Komoditi Luar Kawasan

Analisa Sosial Desa Jenggik Utara


Komoditi Dalam Kawasan

Analisa Sosial Desa Jenggik Utara

Berdasarkan data di atas bahwa komoditi yang ada hanya dipanen kemudian dijual ke pengepul. Tidak ada upaya untuk mengolah terlebih dahulu sehingga dapat memberikan nilai lebih dari sisi ekonomi. Masyarakat juga lebih banyak bersikap praktis yang penting cepat mendapatkan hasil.

Dari hasil diskusi dan wawancara bersama para pihak di tingkat desa dapatlah diambil satu kesimpulan bahwa hasil sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan secara lebih optimal ke depan adalah pengolahan Pisang dan Ubi menjadi Kripik atau Sale. dan pengolahan Bambu untuk kerajinan tangan dan anyaman karena komodoti ini adalah komoditi yang selalu ada di setiap musim sehingga menjamin ketersediaan bahan baku.

Kecenderungan Perubahan

Analisa Sosial Desa Jenggik Utara

Catatan:

  1. Kondisi hutan dari tahun 1980 masih sangat lebat. Sejak tahun 2000 sudah mulai ada perambahan sehingga mempengaruhi kualitas hutan Desa Jenggik Utara.

  2. Kondisi lahan juga dari tahun 1980 sampai saat ini semakin sempit karena pertambahan penduduk dan penggunaan lahan untuk pemukiman dan fasilitas umum lainnya seperti masjid, sekolah dan perkantoran.

  3. Kondisi air secara kualitas dan kuantitas mengalami penurunan dari masa ke masa, ini ditandai dengan debit air semakin berkurang. penggunaan air ini juga selain sebagai air bersih juga sebagai irigasi debit air sangat kurang terutama pada musim kemarau sangat terasa bahkan air bersih hanya cukup untuk keperluan minum dan mandi saja. Ini bisa menjadi ancaman di Desa Jenggik Utara

  4. Suhu dari tahun ke tahun semakin panas, kalau dulu tahun 1980-an sangat sejuk tapi sekarang sudah panas sekali ini di tandai dengan adanya nyamuk.

  5. Cuaca juga sekarang menjadi tidak menentu, antara musim hujan dan musim kemarau sehingga mempengaruhi musim tanam petani

  6. Pemukiman penduduk semakin banyak menyebabkan lahan semakin sempit.

  7. Penduduk juga semakin banyak dari tahun ke tahun

  8. Migrasi terjadi sejak tahun 1980-an dan sampai saat ini, semakin tinggi angka warga desa menjadi buruh migran karena buruh migran dijadikan salah satu pilihan untuk mengatasi persoalan ekonomi keluarga dan menjadi andalan ketika warga ingin membangun rumah layak dan ingin memiliki kendaraan bermotor karena di desa dianggap tidak ada pekerjaan yang menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan sekunder seperti rumah dan kepemilikan sepeda motor. hal ini juga di dorong oleh banyaknya hutang sehingga luar negeri menjadi solusi yang dapat memecahkan masalah.

1 tampilan0 komentar

Postingan Terkait

Lihat Semua

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page