top of page

Cerita Nurhaini, Perempuan Lombok Yang Kerap Ditinggal Merantau Sang Suami

Jika dibilang hobi, rasanya tidak benar. Para suami ini pulang pergi merantau ke luar negari bukan untuk main-main, mereka bekerja untuk keluarganya di kampung (Indonesia). Keterbatasan mereka untuk mendapatkan upah di negara sendiri biasanya terkendala tingkat pendidikan dan wawasan yang tergolong kurang strategis. Dampaknya, para isteri dan anak-anak mereka kerap ditinggal. Mereka menahan rindu untuk cukup lama, bahkan ada yang pulang sudah mendapati anaknya beranjak remaja.

Cerita Nurhaini, Perempuan Lombok Yang Kerap Ditinggal Merantau Sang Suami

adbmi.org – Nurhaini merupakan satu dari sekian banyak perempuan luar biasa di Lombok. Ia termasuk perempuan yang setia menunggu kepulangan sang suami dari rantauan.

Nurhaini sudah lupa berapa kali sang suami merantau ke luar negeri untuk  mengais rezeki. Bahkan semua keperluan dan perabotan isi rumahnya di dapatkan dari hasil merantau sang suami di luar negeri menjadi pekerja migran.


Nurmadian, pengurus Lembaga Sosial Desa Kalijaga Timur mengunjungi rumah Nurhaini. Tujuannya untuk mendata Nurhaini dan keluarganya.


Nurhaini sendiri merupakan warga Dusun Dasan Re Desa Kalijaga Timur Kecamatan Aikmel. Ia merupakan kelarga pekerja migran Indonesia. Sang suami sudah lama merantau ke Malaysia menjadi PMI.


Bersama anaknya, Yundini Kurnaini, Nurhaini menjawab semua pertanyaan yang dilemparkan kepada. Pertanyaan tersebut ia jawab dengan baik dan sesuai dengan pengalaman yang dialaminya sendiri.


Cerita Nurhaini, Perempuan Lombok Yang Kerap Ditinggal Merantau Sang Suami
Foto Istimewa: Nurhaini saat di data oleh Nurmadian pengurus LSD Kalijaga Timur.

Bergantung Pada Hasil Panen Sawit di Malaysia


Di teras rumahnya yang berkeramik warna biru, Nurhaini hanya menggelarkan tikar plastic. Tidak ada jamuan yang istimewa. Maklum pendataan yang dilaksanakan oleh LSD dijalankan selama bulan puasa tahun ini.


Nurhaini bahkan terang – terangan menjawab bahwa hasil yang ada saat ini tidak lepas dari kerja keras sang suami di rantauan.


“untuk dapat membuat rumah, itu dananya dari kiriman gaji suami di Malaysia. Beli TV dari hasil Malaysia. Segala – galanya dari Malaysia,” terang Nurhaini saat diwawancarai, 19/03/2024 kemarin.


Nurhaini bahkan menilai pekerjaan yang ada di daerah asal atau di desanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, terlebih untuk membayar SPP Yundini Kurnaini, anak paling besarnya yang kini duduk di bangku kuliah di salah satu kampus ternama.


Hasil kerja sang suami bergantung pada hasil panen sawit di Malaysia. Jika sedikit,maka kecil pula gaji yang di kirimkan kepada keluarga. Jika melimpah, maka gaji yang dikirimkan juga lumayan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga Nurhaini.


Cerita Nurhaini, Perempuan Lombok Yang Kerap Ditinggal Merantau Sang Suami
Foto: Nurhaini saat di data oleh Nurmadian pengurus LSD Kalijaga Timur.

Sering Ditinggal Merantau Sang Suami


Nurhaini sangat luar biasa. Ia termasuk pekerja keras. Ia tak hanya mengandalkan kiriman gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ia juga bekerja. Bekerja serabutan. Pekerjaan Nurhaini tak menentu. Syukurnya ia masih bias bekerja meskipun tak tentu waktu dan hasilnya.


Nurhaini bercerita bahwa sang suami sudah lama menjadi perantau. Bahkan sebelum mereka membangun hubungan rumah tangga sampai saat ini.


“saya ndak tau berapa kali suami merantau, bahkan sebelum menikah juga sudah pergi merantau,” terang ibu rumah tangga tersebut saat ditemui.


“dua tiga tahun di Malaysia terus pulang. Pulang hanya enam bulan, balik lagi merantau. Kebutuhan kita terpenuhi jika suami merantau,” tambahnya.


Cerita Nurhaini, Perempuan Lombok Yang Kerap Ditinggal Merantau Sang Suami
Foto Istimewa: Dokumentasi pendataan keluarga PMI oleh LSD yang di support oleh ADBMI dan AWO International.

Pendataan Pekerja Migran Dimulai Dari Bawah


Yayasan Advoksi Buruh Migran Indonesia (ADBMI) bekerja sama dengan AWO International saat ini melakuhkan pendataan pekerja migran Indonesia di desa dampingan program. Pendataan ini melibatkan para pengurus Lembaga Sosial Desa (LSD) sebagai enumerator di tataran desa.


Pendataan ini dilakuhkan untuk mengetahui berapa jumlah PMI di setiap desa dampingan ADBMI di Kabupaten Lombok Timur.  Diketahui, kali ini ada empat desa dampingan program ADBMI yang di support penuh oleh AWO International. Adapun desa tersebut seperti Desa Kalijaga Timur Kecamatan Aikmel, Desa Telagawaru Kecamatan Pringgabaya, Desa Borok Toyang Kecamatan Sakra Barat dan Desa Menceh Kecamatan Sakra Timur.


Bukan hanya untuk mengetahui jumlah PMI, pendataan tersebut juga merupakan implementasi dari UU Nomor 18 tahun 2017 tentang Pelindungan dan Pemberdayaan PMI beserta keluarganya. Dari data inilah nantinya dihasilkan sebuah kebijakan yang berpihak pada PMI. Terlebih PMI merupakan kelompok rentan secara social kemasyarakatan.


Provinsi Nusa Tenggara Barat juga tercatat sebagai wilayah dengan pengiriman PMI yang sangat banyak. Data tahun 2017 sampai dengan 2022 mencatat bahwa sekitar 537.497 pekerja migran yang berasal dari NTB. 80% diantaranya memilih Malaysia untuk bekerja di sector lading.


Jumlah PMI yang besar tidak dibarengi dengan pelindungan yang memadai. Data Dinas Tenaga Kerja Provinsi NTB mencatat sekitar 1.008 kasus yang terlapor selama kurun waktu 2021 sampai 2022. Belum lagi data yang tidak terlaporkan oleh masyarakat.

Maka dengan pendataa yang dilakuhkan di masing – masing desa membuka gerbang pelindungan yang lebh maksimal kedepannya bagi PMI dan keluarganya.

1 tampilan0 komentar

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page