top of page

BUMDes Desa Penyangga Mandalika, Dua Doktor Hamzanwadi Uji Konsep Pengembangannya

Dua doktor tersebut tak henti – hentinya mendengar. Masing – masing dari pengurus BUMDes terus bertutur tentang konsep. Ada yang bercita – cita ingin mengembangkan pariwisata berbasis pedesaan.

Ada yang ingin memanfaatkan keindahan alam, baik lautan maupun pegunungan yang masih asri. Ada pula yang ingin menghidupkan ekonomi masyarakat dengan berupaya mengembangkan unit usaha kecil yang berbasis kelompok di masyarakat.

Miq Coy Selaku Moderator Pada Kegiatan Dua Doktor Hamzanwadi Uji Konsep Pengembangan BUMDes Desa Penyangga Mandalika

Photo Istimewa : Lalu Muhammad Ansori saat memimpin diskusi pada saat workshop penyusunan roadmap pengembangan bisnis BUMDes Desa Penyangga Mandalika (17/07).


adbmi.org Lalu Muhammad Ansori (Miq Coy) masih menjadi pemimpin diskusi. Ia memimpin sejak awal acara di mulai. Ia diberikan hak penuh oleh moderator diskusi karena ia langsung yang menjadi fasilitator penyusunan roadmap pengembangan usaha BUMDes desa penyangga Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika.

Pakar pembangunan masyarakat desa tersebut ditugaskan memfasilitasi BUMDes tiga desa. Sengkol, Tanak Awu dan Kuta kecamatan Pujut Lombok Tengah. Desa yang menjadi program dampingan dari konsorsium ADBMI dan LGBS bekerjasama dengan SIAP SIAGA ini merupakan sebuah proyek kemitraan Indonesia dengan Australia.

Terdapat dua puluh dua peserta, ada yang dari BUMDes, Jarpuk Rindang Loteng, pakar ekonomi dan tentunya pakar pembangunan masyarakat desa.

Selain itu, ada yang menarik dalam penyusunan roadmap pengembangan usaha BUMDes kali ini. Ada dua doktor ekonomi. Mereka berasal dari universitas Hamzanwadi. Sebut saja, Doktor Muhammad Ali dan Doktor Muhammad Juaini.

Mereka bertugas menguji rencana pengembangan yang di paparkan oleh masing – masing BUMDes. Rencana tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesiap siagaan dari pemerintah dan masyarakat terkait bencana. Terlebih, dunia sedang berusaha pulih dari dampak pandemi covid 19 yang berkepanjangan.

Dua Doktor Hamzanwadi Uji Konsep Pengembangan BUMDes Desa Penyangga Mandalika

Photo Istimewa : Lalu Edi Gunawan, Tenaga Pendamping Profesional kecamatan Pujut Lombok Tengah.


Satu persatu dari pengurus BUMDes maju untuk memaparkan konsepnya di depan dua doktor tersebut. Konsep pengembangan BUMDes mulai dipersentasikan oleh pengurus BUMDes Kuta. Setelah itu dilanjutkan oleh BUMDes Tanak Awu dan Sengkol kecamatan Pujut Lombok Tengah.

Presentasi tersebut tidak terlalu tegang. Karena sudah beberapa kali para pengurus BUMDes mengikuti pelatihan yang di selenggarakan oleh pemilik program.

Timbal balik pertanyaan dan masukkan dilemparkan dua doktor tersebut untuk menguji kelayakan konsep mereka. Di sinilah mulai muncul ketegangan. Ada yang tidak bisa menjawab, ada pula yang tidak bisa merasionalkan konsepnya terkait pengembangan usaha yang akan di rancang guna menunjang ekonomi masyarakat.

Konsep mereka sangat beragam. Ada yang ingin mengembangkan usaha sampah. Ada pula yang ingin menawarkan jasa travel sampai dengan home stay. Namun semuanya tetap memegang prinsip ekonomi kerakyatan. Masyarakat dituntut terlibat secara penuh guna meningkatkan roda ekonomi.

Doktor Muhammad Ali menerangkan bahwa konsep harus matang. Selain itu juga harus memiliki dasar yang kuat, yaitu dengan riset yang mendalam.

“Percuma kita memiliki modal yang besar, kekayaan alam yang melimpah jika kita tidak bisa mengelola dengan baik. Apalagi konsep yang harus kita lakukan sebelum membuka usaha harus berdasarkan data dan riset,” cetus Doktor Ali kepada para pengurus BUMDes, (17/07).

Ia bahkan menerangkan, percuma ada event Moto GP ataupun event internasional lainnya jika tidak dibarengi dampak positif yang berkepanjangan bagi penduduk lokal.

Melalui program pembinaan dari konsorsium ADBMI dan LGBS ini, diharapkan masyarakat bisa menjadi penggerak ekonomi dan mampu membuka lapangan pekerjaan di daerah masing – masing.

Selain memberdayakan BUMDes, terdapat sekitar 300 kepala keluarga yang menjadi sasaran program ini. Mereka tersebar di tiga desa program yang ada di lingkar Mandalika.

Kelompok penerima manfaat tersebut merupakan hasil dari pendataan para pengurus BUMDes. Mereka akan di dampingi selama 9 bulan. Mereka akan di dilatih untuk mengambangkan usaha.

Di dalam aula Flamboyan tempat mereka mengadakan workshop pun tak terasa dingin yang di timbulkan akibat AC yang hidup. Temperaturnya bahkan berada di 16 derajat Celcius.

Semua diam. Bahkan nyaris tak bersuara mendengar para doktor bagaikan diktator yang harus di dengar suaranya. Bukan karena apa – apa. Ia hanya ingin masyarakat bisa berdaya di balik gemerlapnya pembangunan Mandalika.

Di saat yang sama, doktor Muhammad Juaini mulai berbicara. Ia sedikit menghangatkan perbincangan. Tidak terlalu tegang. Namun tetap serius dalam menyampaikan.

Doktor tersebut memberikan sebuah doktrin yang kuat. Ia meminta kepada para pengurus BUMDes harus serius memanfaatkan momentum. Terlebih event besar berskala internasional tak henti – hentinya di galakkan pemerintah. Itu semua berfokus pada Mandalika.

“Sudah cukup kita hanya sebagai penonton apalagi pendengar. Kit harus bisa menjadi pelaku dalam setiap event yang diselenggarakan,” terangnya kepada para peserta pelatihan yang di laksanakan di aula Flamboyan Lombok Garden Hotel Mataram – NTB tersebut.

Perlu adanya kolaborasi dalam setiap sektor yang ada guna meningkatkan geliat ekonomi masyarakat sekitar Mandalika. Dan disinilah peran vital dari pengurus BUMDes.

Salah Satu Tempat di Wilayah Lingkar Mandalika

Photo Istimewa : Suasana pedesaan di lingkar Mandalika.


Hiruk Pikuk Mandalika

Semua masyarakat pasti tidak asing lagi dengan Sirkuit Mandalika. Begitu juga dengan sejarah Mandalika. Putri Mandalika terkenal cantik dan bertutur kata baik. Itu dulu, sebuah sejarah yang kini semakin terkikis karena pembangunan yang menguntungkan kaum pemodal.

Geliat pembangunan di sektor pariwisata di lingkar Mandalika berkembang pesat. Tapi tidak dibarengi dengan pengembangan sumberdaya manusianya.

Masyarakat pribumi masih saja menjual alakadarnya. Pelecing, es cendol dan aneka makanan khas pribumi lainnya yang “katanya” disukai oleh pendatang asing.

Posisi Mandalika di Selatan ibu kota Praya. Kota yang paling dekat dengan daerah bersejarah yang menyimpan keindahan alam yang luar biasa.

Gunung yang tinggi di babat habis dengan alat berat dan digantikan dengan gedung mewah pencakar langit. Sementara bibir pantainya bagaikan bentangan selendang sutra putri Mandalika yang juga terkenal dengan putri nyale yang cantik jelita.

Semua itu hanya sebuah sejarah yang tercecer dan coba di hidupkan kembali oleh para pengurus badan usaha milik desa (BUMDes) di tiga desa penyangga kawasan ekonomi khusus Mandalika.

0 tampilan0 komentar

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page