top of page

Berbenah Menyambut Sembalun Sebagai Destinasi Pariwisata Berbasis Green Economy

Sembalun terkenal dengan sumberdaya alam yang berlimpah. Selain itu juga, kawasan kaki gunung Rinjani ini menyimpan keindahan yang bisa memanjakan mata. 
Keindahan Sembalun sudah terkenal sejak dulu kala, terlebih saat ini pemerintah menempatkan Sembalun sebagai daerah wisata. Fasilitas di bangun, mulai dari jalan dan homestay untuk menggenapkan Sembalun sebagai destinasi wisata alam. 
Rata - rata warga Sembalun hidup dari hasil tani, sayur mayur pulau Lombok disuplai dari hasil pertanian Sembalun. Selain itu juga, Sembalun terkenal dengan hasil kopi berkualitas tinggi. Tak jarang, pengunjung datang ke Sembalun hanya untuk menyeruput kopi Sembalun dibarengi dengan menikmati keindahan alam yang asri. 

Hotel Sampah dan Rumah Belajar Sangkabira Sembahulun

adbmi.org - Wathan adalah seorang aktivis, pegiat pariwisata dan lingkungan. Selain itu juga ia adalah founder Rumah Belajar Sangkabira Sembahulun. Rumah belajar yang diniatkan untuk meningkatkan literasi anak - anak di Sembalun. 


Sembalun atau yang dikenal juga dengan sebutan Sembahulun berasal dari dua akar kata. Sembah yang berarti menyembah atau taat. Serta Ulun yang bermakna kepala, atasan atau yang kuasa. Sehingga sesuai dengan pemaknaannya, warga Sembalun identik dengan penghormatan dan jiwa sopan santun yang tinggi. Sesuai dengan karakteristik masyarakat lingkungan pariwisata. Sementara itu, Sangkabira bermakna tolong - menolong. 


Rumah belajar yang di beri nama Sangkabira ini terletak di kaki gunung Rinjani tepatnya di jalur pendakian bukit pergasingan, yang berbatasan langsung dengan sungai Sangkabira. 

Di rumah belajar Sangkabira Sembahulun ini, warga masyarakat diajarkan bagaimana proses dihasilkannya kopi, mulai dari penanaman sampai dengan produksi. 


Wathan selaku founder Rumah Belajar Sangkabira menjelaskan bahwa tempat ini menjadi ruang edukasi masyarakat kaki gunung Rinjani.  


"Bukan hanya kegiatan edukasi, kami juga membina petani kopi Sembalun," terangnya. 


Ada puluhan petani kopi Sembalun yang masuk dalam kelompok pemberdayaan petani kopi di rumah belajar Sangkabira. 


Uniknya, para pekerja migran Indonesia purna juga terlibat dalam kelompok pemberdayaan. Mereka menjadi petani kopi setelah tidak lagi menjadi PMI. 


Para PMI purna tersebut didampingi untuk mengembangkan kopi di lahan mereka yang kaya akan tanah vulkanik di kaki Rinjani. 


Selain itu, Wathan juga mengembangkan hotel sampah Sangkabira sebagai upaya kolaboratif menjaga Rinjani bebas sampah. Hotel ini terintegrasi dengan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani atau TNGR. Tujuannya, menjanjikan Rinjani bebas sampah tahun 2030. 


"Ini salah satu upaya kita untuk menjaga lingkungan untuk terbebas dari sampah, terutama plastik di Rinjani," terang Wathan. 


Dengan menjadikan masyarakat sebagai target edukasi, hotel sampah Sangkabira ini diharapkan bisa menjadi role model dalam penanganan sampah di kawasan TNGR. 


Hotel sampah Sangkabira dan juga rumah belajar Sangkabira Sembahulun menjadi salah satu destinasi wisata edukasi dengan memanfaatkan alam. Melalui rumah belajar Sangkabira, anak - anak di kaki Rinjani diajarkan untuk mengembangkan potensi lokal berbasis Green Economy. 


Di samping itu juga hotel Sampah Sangkabira mengelola sampah yang bisa didaur ulang. Sampah - sampah tersebut diambil dari sampah rumah tangga masyarakat sekitar. 


Meskipun kini, hotel sampah Sangkabira tak sepenuhnya beroperasi dikarenakan gempa 2018 membuat beberapa bagiannya rusak. 


Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Potensi Lokal

Tim peneliti dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) saat berkunjung ke Rumah Belajar Sangkabira Sembahulun Sembalun merasa terpukau. Mereka masih mengenang momen itu. 


Sopan santun warga kawasan wisata menjadi daya tarik wisatawan untuk kembali berkumpul. Salah satunya peneliti dari UMJ, Dr. Nani Nurani Muksin,M. Si.,


Dr. Nani merasa terpukau dengan kearifan lokal warga Sembalun. "Saya disambut senyum dan kopi warga Sembalun kala itu," kenangnya. 


Dr. Nani tak sendiri, ia datang beserta Dr. Oktaviana Purnamasari, M. Si., dan juga Jumail, M.Sc., untuk meneliti tentang Kontribusi Komunikasi Kelompok Pekerja Migran Indonesia Purna Dalam Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal dan Green Economy. 


Pemilihan Lombok Timur sebagai lokus penelitian dikarenakan kabupaten Lombok Timur menjadi pengirim Pekerja Migran Indonesia terbesar kedua di Indonesia, setelah kabupaten Indramayu. Bahkan tertinggi di Nusa Tenggara Barat. 


Dr. Nani beserta rombongan juga melihat potensi kopi di kawasan Sembalun yang sangat tinggi. Ini menjadi potensi lokal yang harus terus dikembangkan. 


Selain kopi, Sembalun juga memiliki potensi sumber pangan yang tinggi. Dari mulai padi, cengkeh, sayur mayur yang bisa menyuplai kawasan Lombok secara umum. 


"Bawang putih misalkan, banyak sekali di tanam dan menjadi oleh - oleh saat warga berkunjung.  Selain itu juga ada kopi dan buah - buahan segar," terang Dr. Nani. 


Pengembangan ekonomi berbasis potensi lokal selaras dengan konsep green economy. "Kita kelola dengan penuh tanggungjawab apa yang ada di sekitar kita tanpa merusak lingkungan." 


"Tidak menutup kemungkinan, Sembalun akan hilang keasriannya karena pembangunan yang pesat," tambahnya. 


"Maka pengelolaan potensi lokal secara bertanggungjawab adalah solusi utama," pungkas Dr. Nani saat berkunjung. 


Akademisi UMJ tersebut menilai pentingnya pembangunan ekonomi dengan konsep ekonomi hijau. 


"Sektor pariwisata harus digarap dengan ramah lingkungan, pengelolaan sampah juga harus naik kelas dan bisa dikelola dengan baik sehingga mengurangi pencemaran lingkungan," tutupnya. 

Di tempat yang berbeda, Bapak Irmawati selaku ketua kelompok tani "Bumi Tani Lestari" menaruh harapan besar pada kelestarian lingkungan. Sebab, mata pencahariannya bersumber dari kekayaan alam Sembalun. 


Petani kopi asal Sembalun Sajang tersebut juga mendirikan koperasi. Koperasi tersebut bernama Bumi Tani Lestari. 


Beberapa produk sudah bisa dihasilkan, mulai dari kopi Sajang Sembalun sampaikan dengan madu hutan Rinjani yang dikemas dengan baik. 


Keberhasilan koperasi yang dikelola petani kopi Sajang ini menghantarkan mereka untuk mendapatkan penghargaan sebagai Local Enterpreneurship Award dari Human Initiative.


Dengan memanfaatkan potensi lokal setempat, serta pengelolaan sumberdaya yang ramah lingkungan dengan konsep ekonomi hijau bisa menjaga kelestarian lingkungan. 


Melalui green economy, destinasi wisata Sembalun akan tetap lestari dikarenakan sumberdaya alam yang tidak dieksploitasi secara berlebih-lebihan. Di samping itu, akan membuka lapangan kerja baru bagi penduduk lokal.

11 tampilan0 komentar

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
bottom of page