top of page

Analisa Sosial Desa Perigi

METODOLOGI

Analisis sosial (ansos) merupakan salah satu metodologi yang dikembangkan  untuk mengetahui dan mendalami realitas sosial. Ansos dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lebih lengkap tentang sebuah situasi sosial dengan menggali hubungan-hubungan historis dan kulturalnya. Misalnya mempelajari tentang keadaan ekonomi, potensi sumber daya alam dan manusia, budaya, serta menggali informasi tentang tenaga kerja Indonesia yang ada di desa tersebut.

Ada dua metode atau data yang digunakan dalam analisa sosial (ansos) yang digunakan di Desa Perigi Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur, adalah:

  1. Data kualitatif yaitu data yang dinyatakan dengan atribut. Data kualitatif diperoleh dari gambaran yang teratur tentang suatu peristiwa atau kejadian maka statistik ini disebut “Deskriftif” misalnya pengukuran nilai sentral (Rata-rata, Median, Modus), deviasi, perhitungan angka indeks, ukuran korelasi, dan trend.

  2. Data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dengan bilangan. Pada pendekatan seperti ini menggunakan alat statistik. Bila pendekatan menggunakan alat statistik berarti analisis data dilakukan menurut dasar-dasar statistik. Pendekatan kuantitafif seperti survey yang dapat berupa korelasional dan evaluatif.

RINGKASAN

Batas Wilayah

Secara administratif, Desa Perigi berbatasan dengan :

SebelaUtara                      : Hutan Lindung

Sebelah Selatan                : Desa Pringgabaya Utara

Sebelah Timur                  : Desa Puncak Jeringo

Sebelah Barat                   : Desa Mekar Sari

Desa Perigi terdapat sembilan kekadusan yaitu Dusun Limbungan Timur, Dusun Limbungan Barat, Dusun Durian Utara, Dusun Bukit Durian, Dusun Karang Asem, Dusun Kuang Banyak, Dusun Aik Beta, Dusun Iting dan Dusun Gunung Rawi.

Luas wilayah

Luas wilayah Desa Perigi 3.752 Hektar dengan jumlah penduduk 7.621 jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk 8.000 jiwa/km, dengan jumlah 2.531 KK. Jarak dari kota kecamatan 16 km dan ibu kota Kabupaten Lombok Timur 45 km dan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat 90 km. Desa Perigi terletak di ketinggian 600 meter dari permukaan laut (mdpl) serta curah hujan rata-rata 2000-3000 mm/tahun dengan suhu rata-rata + 20 °C-32°C.

Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Perigi 7.621 jiwa atau 2.531 KK yang terdiri dari 3.681 jiwa laki-laki dan 3.940 jiwa perempuan. Lebih rinci dapat dilihat pada table di bawah ini:

Jumlah Tenaga Kerja Indonesia

*Sumber : ADBMI & Friends pada sensus BMI (2016)

Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Desa Perigi Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur adalah 221 jiwa laki-laki, 306 jiwa perempuan dengan perincian yang menjadi eks TKI  174 jiwa dan keluarga TKI 353 jiwa. Sedangkan keluarga yang menjadi TKI adalah 37 jiwa perempuan dan 446 jiwa laki-laki dan yang menjadi tanggunganya adalah 797 jiwa perempuan dan 564 jiwa laki-laki.

Sejarah dan Budaya

Serjarah

Desa Perigi merupakan salah satu desa dari delapan desa yang ada di wilayah Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur yang berdiri pada tahun 1964 dan merupakan pecahan dari Desa Pringgabaya dengan kepala desa yang pertama adalah Amaq Irama dengan tiga wilayah dusun yaitu Bukit Durian, Limbungan dan Lekong Pulut.

Desa Perigi sebelum menjadi desa lebih dikenal dengan nama Bukit Durian, tetapi setelah disempurnakan dengan aturan Pemerintah pada masa Orde Baru, istilah Bukit Durian diabadikan menjadi sebuah nama dusun. Dari dongeng dan sejarah dari orang tua secara turun temurun serta dari mulut ke mulut bahwa kenapa dinamakan Bukit Durian dahulu sebelum menjadi Perigi. Konon dahulu semasih menjadi hutan belantara di sebuah bukit terdapat pohon-pohon besar dan di bawahnya ditumbuhi duri sehingga sangat sulit untuk memasuki bukit itu. Akan tetapi, seorang yang kebal pada waktu itu memulai membabat hutan itu untuk dijadikan lahan pertanian dan setelah berlangsung bertahun-tahun mulailah orang datang untuk membuat pemukiman dan langsung dipimpin oleh seorang yang kebal tersebut. Dan karena permukaan tanah yang miring dan untuk menghindari longsor orang-orang yang mendiami bukit itu memasangkan batu-batu penyangga yang lebih dikenal dengan nama perigi.

Sebelum menjadi desa, Limbungan pernah menentang Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Warga menolak untuk membayar pajak (upeti) sehingga Belanda sangat marah dan langsung menyerang Limbungan kala itu. Perang pun pecah dan teragedi itu terkenal dengan perang Silat Limbungan yang dipimpin oleh para pepadu antara lain Patih Darwasih, Penganten Ratnayu dan Guru Kepak. Karena lemahnya kekuatan dan pertahanan, Limbungan dapat dikalahkan oleh Belanda. Para tokoh-tokoh Limbungan ditangkap dan dibuang ke Aceh di ujung Pulau Sumatera.

Setelah terjadi pemekaran Desa Pringgabaya, disematkanlah nama desa tersebut menjadi Desa Perigi, nama perigi tersebut diambil dari kondisi permukaan desa yang berbatuan dan mirip sebuah timbunan tembok batu atau dalam Bahasa Sasak yaikni perigi. Kemudian Desa Perigi dimekarkan lagi menjadi 3 bagian, yaitu Desa Mekar Sari dan terakhir Desa Puncak Jeringo.

Budaya

Masyarakat Desa Perigi Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur sangat alami dan masih sangat kuat memegang tradisi nenek moyang mereka. Salah satu yang paling terkenal adalah Rumah Adat Limbungan. Sampai dengan sekarang di sana masih sangat mempertahankan bentuk dan konstruksi bangunan tradisionalnya. Diperkuat dengan aturan atau larangan yang tidak membolehkan membangun dan menggunakan bahan yang diproses dengan sentuhan teknologi.

Selain itu, pada umunya mereka masih memegang teguh prinsisp gotong royong dan saling tolong menolong di antara warga. Misalnya dalam membangun rumah, masyarakat akan saling bahu membahu mengerjakan semua pekerjaan pembangunan. Bentuk gotong royong lainya yang masih berlaku di masyarakat adalah melayat “Rujung/Langar”, yang dilakukan jika ada warga yang meninggal, mereka akan mengadakan acara selamatan atau begawe. Dalam hal ini, warga memberikan sumbangan berupa atau beras bagi keluarga yang mendapatkan musibah kematian atau yang mengadakan gawe.

Selain gotong royong, di kalangan masyarakat Desa Perigi juga sudah mulai tumbuh dan diterapkan nilai-nilai demokrasi. Misalnya, dalam penyelesain setiap permasalahan selalui dilakukan dengan cara musyawarah.

Indikator Kemiskinan

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh ADBMI & Friends dengan menggunakan alat kajian assessment secara langsung dan melalui lokakarya serta diskusi komunitas dengan melibatkan pelbagai unsur baik Pemerintah Desa, para Kadus, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda dan tokoh perempuan. Ditemukan kriteria atau indikator kemiskinan masyarakat Desa Perigi yang di antaranya sebagai berikut:NoPenghasilanPendidikaanPakaianRumahAssetKesehatan1Perbulan Rp. 800.000Menjalani Pendidikan Sampai SD1x Setahun (Lebaran)4 x 6Tidak Memiliki LahanRendahnya Pemahaman Tentang “PHBS”2Penghasilan per 6 bulan Rp. 5.000.000Banyak anak sekolahLantai TanahTidak Memiliki TabunagnDukun – PUSTU3Putus sekolah (DO)BedakMotor KreditTidak Memiliki MCK4Pernikahan DiniAtap bobok/ Ilalang4.Tidak Memiliki Pentilasi5Tidak SekolahNyodok Tinggal/ Nyewa.6Ukuran rumah 4 x 6 yang di kategorikan miskin pagar bdek laintainya tanah dan SDMnya kurang.Aset pas-pasan dan keluarga banyak yang di tanggung sementara penghasilan tetap.Gaya hidup yang tidak beraturan dan ekonomi yang sangat minim.

*Sumber : ADBMI & Friends pada Diskusi Komunitas (2016).

Dari tabel di atas juga dapat dijelaskan indikator kemiskinan masyarakat Desa Perigi yang di antaranya :

  1. Penghasilan kurang dari Rp. 500.000

  2. Tidak ada pekerjaan tetap

  3. Tidak ada perjaan tetap

  4. Pendidikan SD/SMP

  5. Drop Out/Kerja

  6. Pernikahan Dini

  7. Kerja Musiman

  8. Tidak ada alternatif pekerjaan lain

  9. Ganti pakaian 1x setahun (Lebaran).

  10. Pendidikan

  11. Warga tidak tamat SD

  12. Warga tidak mampu calistung

  13. Kesehatan

  14. Warga berobat ke dukun karena warga tidak mampu bayar obat di puskesmas.

  15. Cacat fisik jasmani

  16. Luas lahan rata-rata 0.40 Ha.

  17. Frekuensi makanan dibawah 3x sehari dengan lauk sayur.

Gender

Relasi Perempuan dan Laki-Laki di Level Keluarga dan Masyarakat

Relasi antara laki-laki dan perempuan hampir tidak memiliki sekat namum sering kali beban kerja bagi perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki, karena selain bekerja di dalam rumah perempuan juga dituntut untuk bekerja di luar rumah yaitu di sawah dan ladang untuk membantu pekerjaan suami dan keluarga mereka. Di sektor pertanian misalnya, selain menyiapkan masakan untuk keluarga, perempuan juga dituntut untuk menyiangi, mengairi bahkan sampai mengangkut beban dari sawah ke rumah.

Akses dan Partisipasi dalam Pembangunan Desa

Masyarakat Desa Perigi lebih cendrung memilih laki-laki dari pada perempuan dalam segala posisi disebabkan karena faktor geografis Desa Perigi yang terhitung jauh dari pusat kecamatan atau kabupaten dan juga kondisi lahan yang sangat miring dan berbatasan langsung dengan hutan lindung serta TNGR. Kondisi tersebut menyebabkan perempuan hanya memiliki peranan di masyarakat atau di desa pada persoalan domistik, posisi strategis yang bisa tempati oleh perempuan di desa atau di masyarakat adalah sebagai pengurus PKK, Kaur Keuangan di kantor desa dan sebagai seksi konsumsi atau bendahara di setiap kepengurusan organisasi.

Kebijakan dalam Rumah Tangga

Desa Perigi sangat beragam, ada yang sebagai petani, buruh tani, pengrajin, TNI/POLRI sampai jadi sopir dan tukang batu. Dengan keberagaman profesi tidak menjadi batasan bagi masyarakat untuk menjalin hubungan antara yang satu dengan yang lainya. Tetapi jika ditinjau dalam keluarga misalnya relasi antara laki-laki dan perempuan bagi masyarakat Desa Perigi masih mendominasi laki-laki dari pada perempuan. Dilihat misalnya dalam pengaturan rumah tangga yang cendrung menginisiasi segala sesuatunya adalah para lelaki. Sedangkan ditinjau dari sudut masyarakat juga peranan antara laki dan perempuan masih didominasi oleh laki-laki, misalnya dalam soal kelembagaan yang ada di masyarakat atau di desa.

Sejarah Migrasi

Migrasi masyarakat desa migrasi dimulai sejak tahun 1980. Proses migrasi dimulai oleh salah seorang yang bernama Nurasih atau Amaq Muhsinin. Selain Amaq Muhsinin ada juga masyarakat Desa Perigi yang pergi merantau pada saat itu yang beberapa di antaranya adalah Abah, Amaq Sumeran, Suhaedi dan Sanaf, dkk.

Jalur migrasi yang ditempuh pada saat itu adalah jalur Lembar, namun tidak semua sampai ke negara tujuan melainkan ada yang tertipu, para TKI (Tenaga Kerja Indonesia) diputar-putar di perjalanan oleh tekong kemudian diturunkan di Sambelia Kabupaten Lombok Timur. Biaya ongkos atau transportasi ke Negara Malaysia melalui jalur laut yaitu Lembar sebanyak Rp.200.000. Malaysia adalah negara tujuan utama bagi para TKI disebabkan negara yang terdekat dengan Negara Indonesia, di samping itu juga Malaysia adalah sangat menjanjikan kebutuhan ekonomi bagi para TKI. Selain itu tekong tujuan ke Negara Malaysia sangat banyak sehingga masyarakat langsung memilih untuk bermigrasi ke Malyasia. Para tekong pada saat itu hanya memperkenalkan Negara Malyasia sebagai negara tujuan untuk pergi bermigrasi.

Faktor lain Malaysia sebagai negara tujuan bermigrasi adalah orang tua, disebabkan jika bukan Malayasia sebagai negara tujuan maka para orang tua tidak akan mengizinkan anaknya untuk pergi bermigrasi atau menjadi TKI. Di sisi lain juga ada persamaan bahasa antara Malaysia dengan Indonesia sehingga sangat memberikan harapan besar bagi para TKI untuk bermigrasi ke Malaysia.

Faktor ekonomi ini adalah faktor yang paling dominan mempengaruhi masyarakat untuk mencari pekerjaan ke luar negeri, namun dengan kondisi tersebut tidak memberikan hasil yang baik bagi para keluarga TKI yang menanti harapan bagi para TKI. Hal tersebut disebabkan para TKI masih kesulitan dalam proses pengiriman uang, lebih-lebih pada saat itu masyarakat belum mengenal bank.

Dari sisi budaya para TKI tidak membawa perubahan di masyarakat Desa Perigi artinya budaya yang diketahui di Malaysia tidak dibawa atau dibudayakan di desanya, contoh pada bahasa yang digunakan, sepulang para TKI dari Malaysia mereka tetap mempertahankan dan mempergunakan bahasa, gaya hidup atau adat istiadat yang ada di Desa Perigi.

Menjadi TKI bagi masyarakat Desa Perigi adalah pilihan hidup, sebab menjadi TKI bisa merubah kondisi hidup atau ekonomi keluarga, di samping itu menjadi TKI adalah hal yang sangat menjanjikan. Rata-rata selesai pendidikan SMA masyarakat Desa Perigi memilih menjadi TKI selain menjadi petani baik laki maupun perempuan.

Perempuan yang menjadi TKI biasanya yang sudah menyandang status janda dengan alasan untuk membuang masalah dan memperbaiki ekonomi. Menjadi TKI bagi masyarakat Desa Perigi sudah menjadi hal yang biasa dipandang oleh masyarakat baik TKI perempuan dan anak.

Adapun upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk membantu TKI yang menjadi korban baik penganiyayaan, kematian dan lain sebagainya adalah lewat Pemerintah Desa Perigi selanjutnya Pemerintah desa bekerjasama dengan Disnakertrans Kabupaten Lombok Timur dan BNP2TKI. Namun sampai tahun 2016 masyarakat yang menjadi TKI belum ada yang memberikan laporan tentang adanya korban pengniayayaan dan lain sebagainya.

Timeline MigrasiNoNamaUsiaTahunTujuanBiayaRuteHasil1.Sabry451980Malaysia Rp 200.000Pekaan Baru – MalysiaIstri/anak2.A. Cemut381981MalaysiaRp 200.000Tanjung PinangUang (Rumah)3.Suhaedi411993Malaysia2 jutaPekan BaruRumah4.Makrifudin401994Malaysia2 jutaTanjung PinangDapat beli sawah5.Budi511995MalaysiaPotong gajiTanjung PinangDapat buat kios6.Muhammad371999Malaysia2 jutaTanjung PinangDapat buat rumah7.Sarni362010Malaysia5 jutaTanjung PinangDapat buat rumah8.Indrawati302011MalaysiaPotong gajiTanjung PinangBeli tanah

Potensi Sumber Daya Alam

Potensi sumber daya alam yang dimiliki Desa Perigi adalah hutan, mata air, sawah dan ladang. Adapun potensi SDA yang ada di dalam dan di luar kawasan hutan di antaranya sebagai berikut:NoKomoditiProduksi/PengolahanPelaku1ManggaØ  Makan sendiri

Ø  Produksi : jus mangga, selay mangga, rujak mangga, beberok kembang paok, manisan mangga, sirup

Ø  DijualØ  Warga

Ø  Pedagang (Bas)2SrikayaØ  Makan sendiri

Ø  Dijual

Ø  Produksi : jusØ  Warga

Ø  Pedagang (marianah)3TomatØ  Makan sendiri

Ø  Dijual

Ø  Jus tomat

Ø  Saus

Ø  Pengasam ikan

Ø  Obat luka bakar

Ø  Jadi sambelØ  Warga

Ø  Toma

Ø  Toga

Ø  Pedagang (inak Esi, Har)4KopiØ  Makan sendiri

Ø  Dijual

Ø  Obat luka bakar

Ø  Obat mencret

Ø  Obat penahan kantukØ  Amak anah5Bawang merah dan putihØ  Makan sendiri

Ø  Dijual

Ø  Bawang goring

Ø  Obat asma

Ø  Obat duri

Ø  Obat sakit perut

Ø  Obat penurun panas

Ø  Penguat kukuØ  Warga

Ø  Ustadz nasir

Ø  Ana6JaheØ  Dijual

Ø  Bumbu

Ø  Obat sakit pundak

Ø  Menghangatkan tubuh anak kecil, orang melahirkan

Ø  Obat serak

Ø  Obat batuk

Ø  Campuran kopi

Ø  Permen jaheØ  Bapak maskun7KunyitØ  Makan sendiri

Ø  Dijual

Ø  Bumbu

Ø  Pewarna alami

Ø  Jamu

Ø  Obat penyakit kulitØ  Warga, toma, toga8LengkuasØ  Makan sendiri

Ø  Dijual

Ø  Bumbu

Ø  Obat panu

Ø  Jamu

Ø  Sambel goringØ  Warga, toma, toga9KemiriØ  Makan sendiri

Ø  Dijual

Ø  Bumbu

Ø  Perenyah

Ø  Obat rambutØ  Warga10SukunØ  Makan sendiri

Ø  Dijual

Ø  Digoreng

Ø  Direbus

Ø  Sayur

Ø  Gorengan sukun

Ø  Kripik sukunØ  Kasim, inaq uti, amaq ida, ulis11KelayuØ  Makan sendiri

Ø  Dijual

Ø  Jus kelayu

Ø  Rujak

Ø  Pewarna

Ø  Kayu bakar

Ø  Bahan bangunanØ  Warga, toma, toga11KelapaØ  Makan sendiri

Ø  Bumbu

Ø  Sesaur

Ø  Minyak goring

Ø  Tainlala

Ø  Bahan bangunan

Ø  Sapu lidi

Ø  KetupatØ  Inaq padre

Ø  Inaq Kabul

Ø  Inaq pian12BambooØ  Liwer

Ø  Topi bambu

Ø  Pagar

Ø  Keranjang

Ø  Tangga penghias

Ø  Usuk rumahØ  Warga

Ø  Amaq pah13Ketimus/BuneØ  Makan sendiri

Ø  Dijual

Ø  Seserbuk

ØØ  Warga14Rumah adatØ  Pariwisata

Ø  Penginapan

Ø  Potoan

Ø  PrewedingØ  Warga

Ø  Pemdes15Air pegununganØ  Air minum

Ø  Keperluan sehari-hariØ  Warga16Jeruk monteØ  Sambel

Ø  Dijual

Ø  Pengharum bumbu

Ø  Sayur-mayurØ  Warga

Ø  pedagang17AsamØ  Jamu

Ø  Sayur

Ø  Penyedap masakan

Ø  Ikan asin

Ø  DijualØ  Warga

Ø  Pedagang18SawoØ  Jus

Ø  Makanan sendiri

Ø  Obat sakit perut

Ø  DijualØ  Warga

Ø  Pedagang19SapiØ  Membajak sawah

Ø  Sate

Ø  Dijual

Ø  Abon

Ø  Hewan qurbanØ  Warga

Ø  Pedagan20PapayaØ  Dijual

Ø  Sabun papaya

Ø  Jus papayaØ  Warga

Ø  Pedagang21JambuØ  Dijual

Ø  Jus jambuØ  Warga

Ø  Inaq mastur22CabeØ  Dijual

Ø  Saos

Ø  BumbuØ  Inaq siska

Ø  Tia23PadiØ  Dijual

Ø  Konsumsi sendiri

Ø  Tepung berasØ  Pedagan

Ø  Amaq ciin24Kendokak/kecipirØ  Dijual

Ø  Makan sendiri

Ø  CemilanØ  Pedagang

Ø  Amak ris25LabuØ  Dijual

Ø  Makan sendiri

Ø  Roti labu

Ø  Pangan labu

Ø  Kolek labuØ  Pedagang

Ø  Inaq tamrin26AlpukatØ  Makan sendiri

Ø  Dijual

Ø  Jus alpukatØ  Pedagang

Ø  Junaedi27PisangØ  Makan sendiri

Ø  Dijual

Ø  Pisang goring

Ø  Kripik pisang

Ø  Es krim

Ø  Kolak pisangØ  Warga

Ø  Pedagang

Ø  Inaq anto

Ø  Sahirun

Ø  Sur28Kayu manisØ  Sayuran

Ø  Obat

Ø  Kue

Ø  Pencegah kanker

Ø  Pengharum minuman

Ø  Campuran kopi

Ø  Obat kecantikan

Ø  DiabetesØ  Warga

Ø  pedagang

*Sumber : ADBMI & Friends pada Diskusi Komunitas (Oktober-Desember 2016)

Kerentanan Asset Warga

Hutan

Kondisi hutan mengalami degradasi dan penyempitan disebabkan oleh penebangan liar dan perladangan liar. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat dan kemiskinan warga.

Pada musim panas, sering terjadi kebakaran hutan, hal ini disebabkan karena perambahan dan perburuan liar.

Mata Air

Terdapat sekitar 10 mata air di Desa Perigi. Semua mata air tersebut tetap berair walaupun pada musim panas. Akan tetapi debitnya sangat kecil. Kecilnya debit mata air tersebut disebabkan oleh karena di samping kurangnya fungsi hutan dalam menyerap air, tetapi juga karena memang mata air yang ada adalah mata air rembesan. Ketika musim hujan airnya keruh, harus disaring dan dimasak baru bisa diminum.

Air Minum

Air bersih merupakan salah satu masalah utama yang dihadapai oleh masyarakat Desa Perigi. Bukan hanya untuk air minum, tetapi juga untuk irigasi. Letak permasalahanya adalah kecilnya debit air, tidak sebanding dengan jumlah warga yang menggunakanya. Di samping itu juga, sistem pengelolaanya yang tidak baik. Misalnya saja air bersih, letak pemasangan pipa yang masih belum mempertimbangkan aspek keamanan, sehingga ketika musim hujan pipa sering kali tergerus oleh air.

Pengelolaan air bersih dilakukan oleh masyarakat secara tradisional. Pada setiap dusun dibuatkan bak-bak pembagian kemudian dialirkan ke dalam rumah tangga menggunakan slang atau pipa. Untuk pemerataan agar semua rumah tangga mendapatkan akses air, maka diberlakukan sistem rolling, warga bergantian mengisi bak yang ada di dalam rumah tangga. Jika sudah penuh diganti ke rumah tangga yang lainya dan begitu sterusnya. Sementara warga yang tidak dapat mengakses air langsung ke dalam rumah tangga, dibuatkan bak-bak umum.

Irigasi

Sebagaimana halnya dengan air bersih, air untuk irigasi juga menjadi masalah utama di Desa Perigi. Di mana sumber air yang ada sangat kecil, tidak sebanding dengan luasan lahan pertanian yang diairi. Padahal, mata pencaharian masyarakat sebagian besar adalah bertani. Kondisi ini berdanpak pada tidak maksimalnya petani dalam mengolah tanah terlebih lagi jika musim panas, nyaris sebagian warga tidak bisa mengolah lahan mereka. Akibatnya, pendapatan warga menjadi berkurang.

Sungai

Terdapat 6 sungai di Desa Perigi, antara lain Sungai Seruni, Sungai Begende, Kokok Batu, Sungai Otak Aik, Sungai Rangge Mate, Kokok Kemong, Kokok Koak. Pada  musim panas semua sungai tersebut tetap berair tetapi kecil. Jika musim hujan airnya besar, tetapi tidak sampai meluap ke permukiman.

Konservasi dan Usaha Ekonomi Rakyat

Melihat dari potensi yang ada baik sumber daya manusia dan sumber daya alam Desa Perigi sangat sangatlah kompleks, di mana Desa Perigi menyimpan banyak kekayaan yang di antaranya lahan pertanian yang sangat potensial untuk menanam beberapa jenis komoditi yang dapat menaikkan taraf ekonomi bagi masyarakat. Contohnya padi dan jagung merupakan komoditi unggulan masyarakat di sektor pertanian sehingga hampir seluruh lahan pertanian ditanami dengan padi, jagung. Dan di sektor perkebunanya ada tembakau ranjangan dan buah srikaya yang merupakan komoditi unggulan utama bagi masyarakat. Selain pertanian masyarakat juga masyarakat Desa Perigi berternak sapi dan kambing yang juga sebagai sumber mata pencaharian.

Sumber daya alam lainya masyarakat Desa Perigi yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan lindung dan selanjutnya kawasan TNGR, kawasan hutan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bercocok tanam. Masyarakat yang bercocok tanam di kawasan hutan lindung tidak diimbangi dengan menanam pohon kayu sebagai tegakan untuk menjaga longsor dan menjaga hutan agar tetap lestari.

Untuk menjaga kawasan hutan tetap lestari upaya Pemerintah Desa belum melakukan gerakan konservatif hutan, hal tersebut sudah terbentuk kelompok petani hutan yang dibentuk oleh Dishutbun yang direkomendasikan oleh desa. Kelompok petani hutan di Desa Perigi sebanyak 5 kelompok. Kelompok tersebutlah yang terus melakukan konservasi di kawasan hutan yang di-support oleh Dishutbun.

Potensi desa yang begitu banyak, tetapi tidak semua masyarakat menjadi sejahtera, banyak juga masyarakat Desa Perigi yang dalam kategori miskin. Dari kondisi tersebut Pemerintah Desa memberikan perhatian terhadap masyarakat untuk ke depanya akan membentuk BUMDes, namun Pemerintah Desa masih dalam tahap merancang BUMDes tersebut agar betul-betul matang dan tidak terulang kembali kejadian-kejadian seperti pengalaman pada tahun sebelumnya. Seringkali usaha-usaha yang dibuat oleh desa untuk mendorong prekonomian masyarakat macet atau hanya sesaat disebabkan masyarakat memandang itu adalah uang mayarakat sehingga jarang yang mengembalikan modal desa yang digunakan untuk membantu prekonomian masyarakat.

Analisa SWOTNoStrengths (Kekuatan)Weaknesses (Kelemahan)Opportunity (Peluang)Threats (Ancaman)

1

Kemiskinan a.     Akses (informasi dan infrastruktur) cukup memadai.

b.     Ada rumah adat Limbungan yang bisa dijadikan ekowisata.

c.     Adanya program pemberdayaan dari NGO.a.    Management pengelolaan remittance yang masih rendah.

b.    Minimnya pemberdayaan masyarakat di level desa.

c.    Kurangya inisiasi dari masyarakat setempat.a.     Peningkatan kapasitas masyarkat.

b.     Melakukan pemberdayaan masyarakat sesuai yang diatur dalam undang-undang desa.

c.     Munculnya wira usaha baru.

d.    Membangun konsep ekowisata.a.    Semakin tingginya tingkat persaingan hidup.

2

konservasia.     Memiliki potensi sumber daya alam yang cukup, seperti hasil hutan bukan kayu (HHBK).a.    Sumber daya manusia yang masih rendah.

e.     Reboisasi dan konservasi kawasan hutan.a.    Terjadinya kekeringan dan merosotnya debit air.

3

Migrana.    Jumlah anggota TKI yang cukup banyak.

b.    Adanya sebagian TKI yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai.a.    Tidak ada pekerjaan alternatif.

b.    Tidak adanya pembinaan.a.    Peningkatan kapasitas masyarakat TKI.

a.    Terjadinya pengangguran.

b.    Tuntutan ekonomi rumah tangga yang terus bertambah.

4

Gendera.     Jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada laki-laki.

b.     Terbangunya partisipatif perempuan dan laki-laki dalam pembangunan.a.     Kurangnya keterlibatan perempuan secara penuh.

b.     Tufoksi perempuan masih dalam ranah domistik.a.     Terbukanya ruang dalam menyatakan pendapat.

b.     Peran perempuan lebih banyak daripada laki-laki dalam pembangunan desa, seperti dalam pelaksanaan sensus penduuk, pelayanan kesehatan (posyandu) yang mayoritas pengerjaanya adalah perempuan.a.    Terbatasnya peran perempuan dalam pengambilan keputusan.

b.    Rendahnya minat perempuan dalam pembangunan.


0 tampilan0 komentar

Postingan Terkait

Lihat Semua

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page