top of page

Alus Martudi, Sang Penjelajah Benua Dari Lombok Tengah

adbmi.orgAlus Martudi begitu singkat merasakan kejayaan ekonomi. Sang penjelajah benua Eropa dan Amerika tersebut bahkan saat ini sedang dilanda krisis ekonomi akibat pandemic covid 19. Dikiranya, pandemic covid 19 yang melanda global hanya berlangsung sekitar enam bulan. Akhirnya ia menghambur – hamburkan gaji yang beberapa tahun ia simpan.

Sempat juga ia bisa membeli sebidang tanah yang dibeli dari uang kiriman yang selama ini disimpan oleh istrinya. Namun karena pandemic yang berangsur lama menyebabkan ia menjual tanah tersebut demi untuk bisa bertahan hidup.

Alus Martudi sendiri bak Cristoper Collombus sang penjelajah. Alus Murtadi sudah menjelajah setengah dari bagian bumi ini dengan cara bekerja di kapal pesiar internasional.

Alus Martudi, Sang Penjelajah "Begelamang" Benua Dari Lombok Tengah

Photo Istimewa : Alus Martudi saat mengikuti pelatihan yang di selenggarakan oleh konsorsium ADBMI pada (23/08)


*Alus Martudi Purnama Sang Penjelajah Berbagai Benua*

Keinginannya untuk Kembali bertualang menjelajah berbagai benua masih ia simpan. Itu adalah mimpi besarnya saat ini yang meskipun tak direncanakan sejak kecil. Menjadi petualang dan bisa menjelajahi berbagai negara diberbagai benua menjadikan Alus mengetahui adat – istiadat dan budaya yang ada diberbagai negara. Total ada sekitar Sembilan puluh negara yang sudah ia kunjungi selama pengembaraannya menjadi kru di kapal pesiar.

Alus Martudi yang akrabnya di sapa Alus tersebut menjelajahi berbagai negara dimulai sejak tahun 2017 ketika lamaran pekerjaannya di terima disalah satu kapal pesiar berbendera Panama Bernama Princes Cruise Line. Kapal pesiar Internasional berbendera panama tersebut bermarkas di negara pimpinan Ratu Elizabet, Inggris. Negara yang terkenal dengan mata uang poundsterling.

Alus Martudi sendiri berasal dari desa Sengkol kecamatan Pujut. Desa yang bisa ditempuh sekitar 15 menit dari Sirkuit Moto GP Mandalika Lombok Tengah – NTB. Pria yang baru berumur 34 tahun tersebut baru memiliki dua orang anak dari pernikahannya yang baru berumur 6 tahun.

Di depan Ardian Pratama, salah satu pengurus BUMDes desa Sengkol, Alus menceritakan kisah hidupnya selama ini. Di salah satu ruangan Ponpes Bahrul Ulum Nahdlatul Wathan Pujut, sebelum memulai pelatihan, Alus dengan raut muka sedih menceritakan tentang kesalahan besar yang dialaminya.

Alus menceritakan bagaimana dulu ia bisa Berjaya sebelum pandemic covid 19 melanda. Dengan gaji sebesar 14 juta Rupiah dalam sebulan bisa ia dapatkan saat menjadi kru di kapal pesiar berbendera panama tersebut. Bahkan, ia bisa mengirim sekitar 10 juta rupiah dalam waktu satu bulan sehingga ia bisa menghidupi anak dan istri di rumah serta bisa membeli sebidang tanah.

Dengan muka yang sedikit melihat ke atas langit – langit ruangan, Alus Kembali mengeja sejarah hidupnya. Ia bahkan pernah menjadi guru honorer di salah satu madrasah di desa Sengkol. Itu dibayar sekitar 400 ribu/ bulan. Tak jarang ia dikasih dengan system rapel, atau gaji bulan pertama dan kedua diberikan pada bulan ketiga. Sehingga gaji yang diterima sebesar 1,2 juta/ 3 bulan mengajar.

Ia juga sempat mencoba peruntungan menjadi sopir dan bahkan Guide disalah satu perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata yang berlokasi di seputar Kawasan Mandalika Bernama PT Expres Rinjani Utama. Modal Bahasa inggrisnya pun didapatkan saat bekerja menjadi guide/pemandu wisatawan manca negara.

Berkat kepiawaiannya dalam berinteraksi dengan turis serta rasa ingin tahu yang tinggi membuat ia menemukan passionya sendiri. Seiring berjalannya waktu, ia menikmati menjadi pelaku wisata dan bahkan dengan modal Bahasa inggris inilah ia bisa diterima bekerja di kapal pesiar.

“semuanya berjalan tanpa ada rencana sebelumnya. Bahkan tidak terbersit sampai bisa ditempat ini,” terang Alus di depan Ardian sebelum pelatihan pengembangan ide bisnis bagi 100 kelurga pekerja migran.

*Kehidupan Ketika Pandemi Covid 19 Melanda*

Pandemic covid 19 merupakan penyakit global yang melanda dunia. Sejak tahun 2019 yang lalu, dunia sudah diluluh lantahkan dengan bencana internasional tersebut. Ada jutaan masyarakat dunia yang meninggal dunia terjangkit virus yang terkenal dengan nama virus corona ini. Selain itu ada milyaran manusia yang mendapatkan dampak dari covid 19. Ekonomi yang sulit dan bahkan krisis. Selain itu hubungan bilateral antar negara juga sempat terganggu. Negara yang satu menutup diri dengan negara yang lain.

Bahkan pekerjaan yang biasanya dilakukan di perkantoran harus bisa di lakukan dari rumah tanpa harus bertatap muka. Selain itu, banyak juga perusahaan ataupun tempat kerja lainnya yang mengurangi jumlah pekerjanya. Imbasnya banyak pengangguran yang bermunculan akibat dari pandemic covid 19. Salah satunya Alus Martudi, salah satu Anak Buah Kapal (ABK) kapal pesiar internasional berbendera Panama.

Alus Martudi di PHK pada saat pandemic covid 19. Kehidupannya serta – merta berubah. Ia harus bisa mencari kerja di desa kelahirannya dengan skill yang dimilikinya. Istrinya bahkan juga berjualan kue kering dan kue basah sejak sebelum pandemic covid 19.

“namun semuanya berubah setelah pandemic datang. Kami harus banting tulang dan memutar otak untuk bertahan hidup,” terangnya sembari mengingat – ingat kejadian tempo lalu Ketika awal – awal pandemic.

Ia bahkan mengira pandemic ini hanya terjadi selama 6 bulan. Akibatnya ia hambur – hambur kan gaji yang ia simpan selama ini untuk memenuhi keinginan, bukan kebutuhan keluarga. Itu pun ia lakukan karena bentuk cinta dan kasih kepada keluarga kecilnya.

Satu persatu barang berharga yang selama ini disimpan perlahan di jual demi untuk bisa bertahan hidup.

Kini ia hanya pekerja serabutan. Keinginannya Kembali merantau dan menjelajah masih tetap membara. Biasanya, Ketika orang sudah bisa merasakan di atas puncak, sulit baginya untuk bisa turun dan memilih kehidupan yang lebih sulit. Dan itu yang dirasakan oleh Alus Martudi. Ia masih tetap ingin bekerja di kapal pesiar.

“tinggal menunggu panggilan Kembali. Bahkan juga saya sudah mengajukan lamaran di perusahaan yang berbeda,” terangnya ke Ardian, pengurus BUMDes desa Sengkol tersebut.

Kini, Alus memiliki dua orang anak. Salah satu anaknya baru berumur beberapa bulan. Ini yang membuat Alus juga berfikir keras untuk bekerja. Makanya dia memilih menjadi pekerja serabutan demi mengisi waktu luang.

Alus Martudi, Sang Penjelajah "Begelamang" Benua Dari Lombok Tengah

Photo Istimewa : Salah satu peserta pelatihan yang diselenggarakan oleh yayasan ADBMI yang menyasar keluarga PMI


*Keinginan Untuk Bangkit Kembali*

Alus Martudi adalah satu dari 300 penerima manfaat dari bantuan program peningkatan ekonomi masyarakat pasca pandemi covid 19 yang dilakukan oleh konsorsium Advokasi Buruh Migran Indonesia. Program yang menyasar 3 desa di lingkar Mandalika, Tanak Awu, Sengkol dan desa Kuta kecamatan Pujut Lombok Tengah ini sudah berjalan sejak awal tahun 2022.

Adapun yang di sasar dalam program ini adalah mereka yang pernah menjadi pekerja migran Indonesia ataupun keluarga PMI. Mereka dibekali dengan pelatihan – Pelatihan bagaimana merencanakan usaha, pengelolaan remitansi/ gaji kiriman sampai dengan pengurusan izin usaha.

Dimasa pandemi covid 19, banyak masyarakat yang mengalami dampak. Baik ekonomi maupun sosial. Bukan hanya itu, sektor pendidikan sampai dengan pendidikan juga terkena imbasnya.

Namun perlahan ada harapan mereka untuk bangkit. Mereka tidak ingin menjadi penonton ketika banyaknya investor yang masuk ke bumi Mandalika yang sudah tersohor ke seluruh dunia.

Dalam pelatihan ini, Alus menjelaskan tetang ide bisnis yang sedang dibangun keluarganya. Bisnis yang suda berjalan sejak sebelum pandemi covid 19 itu ingin ia kembangkan lebih jauh lagi.

“Ide bisnis ini menjadi tumpuan kami, kami ingin memaksimalkan peluang usaha ini,” terangnya saat mengikuti pelatihan di desa Sengkol.

2 tampilan0 komentar

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page