top of page

ADBMI Canangkan Pertumbuhan Ekonomi Lombok Timur Pasca Pandemi Covid-19 Melalui Sektor Usaha

adbmi.org – Yayasan Advokasi Buruh Migran Indonesia (ADBMI) canangkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Timur pasca pandemi covid-19 melalui sektor usaha. Sektor usaha berperan penting dalam mengentaskan kesenjangan di Kabupaten Lombok Timur.

Data pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lombok Timur tahun 2021 menunjukan pertumbuhan ekonomi Lotim dikisaran angka 3,1 %. Terlebih pada saat itu masih dirasakan dampak covid-19.

ADBMI berkomitmen terlibat dalam membangun kabupaten Lombok Timur melalui pemberdayaan masyarakat. Terlebih kepada purna pekerja migran maupun keluarga PMI dengan pelatihan–pelatihan pemberdayaan ekonomi dan usaha mikro yang dilaksankan di desa program.

Sejak tahun 2022, ada ribuan keluarga PMI yang mendapatkan dan pernah terlibat pelatihan manejemen ekonomi rumah tangga dan usaha mikro yang merupakan kerjasama ADBMI dan awo International. Pelatihan yang dilakukan di tataran desa dilaksanakan oleh Lembaga Sosial Desa di lima desa program.

*****

Widya Harwin selaku manajer Kebijakan Publik dan Pengorganisasian menerangkan komitmen keterlibatan ADBMI dalam membangun ekonomi di kabupaten Lombok Timur sejak awal berdirinya adbmi.

Semisal di desa Pringgasela Timur kecamatan Pringgasela kabupaten Lombok Timur – Nusa tenggara barat. Desa pemekaran Pringgasela ini memiliki data PMI tahun 2021 sebanyak 255. Ini hasil survey yang dilaksanakan lembaga social desa Pringgasela Timur.

“Dominan masyarakat yang memilih merantau ke luar negeri dikarenakan factor ekonomi di daerah asal. Lapangan pekerjaan yang minim, gaji yang rendah serta kebutuhan yang terus meningkat membuat masyarakat memilih merantau,” terang Widya Harwin yang akrabnya di sapa Wid.

Desa Pringgasela Timur sendiri merupakan wilayah penghasil pasir di Kabupaten Lombok Timur. Banyak para masyarakat yang memiliki lahan kemudian memanfaatkan lahannya untuk dijadikan sebagai tempat galian C.

Sementara masyarakat yang tidak memiliki lahan, bekerja sebagai buruh angkut. Setiap hari mereka bisa mendapatkan sampai 100 ribu. Bekerja dari pagi sampai sore, tak jarang sampai malam.

“Meski begitu, penghasilan tersebut tidak menentu. Kadang lebih, bahkan tak jarang kurang di dapatkan oleh para buruh angkut,” tegas Wid.

Hal demikian yang membuat masyarakat lebih memilih untuk bekerja di luar negeri sebagai buruh. Ada yang merantau secara prosedur, ada pula yang non prosedur.

Permasalahan yang seperti ini yang disasar oleh ADBMI dan AWO International. Keluarga yang ditinggalkan merantau di edukasi bagaimana cara mengelola Remitensi atau gaji kiriman para pekerja migrant dari rantauan.

Widya menambhakan, “Di samping itu pula, mereka di dorong untuk membuat sebuah usaha. Sehingga tidak terlalu mengandalkan uang bulanan yang di kirimkan oleh keluarga di rantauan.”

Dengan semakin banyaknya sektor usaha yang di buka oleh keluarga PMI membuat ekonomi mereka perlahan semakin kuat sehingga bisa mempersempit kesenjangan sosial.

0 tampilan0 komentar

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page